Find Us On Social Media :

Beginilah Tragisnya Bisnis Prostitusi di Jepang, Anak Laki-laki Muda Rela Bekerja Sebagai Pemuas Pria Karena Himpitan Ekonomi, Kisahnya Sangat Rahasia

By Afif Khoirul M, Rabu, 24 Juni 2020 | 14:32 WIB

Bisnis prostitusi di Jepang.

Intisari-online.com - Hampir seluruh negara di dunia, memiliki bisnis prostitusi, ada yang ilegal ada pula yang dilegalkan.

Namun, tahukah Anda di dunia ini ada bisnis prostitusi yang sangat mengerikan di Jepang.

Melansir dari Eva.vn, kisah tentang kehidupan prostitusi terselubung di Jepang ini berhasil di ungkap dengan sangat rahasia tahun 2017.

Sebuah film dokumenter berjudul Boys For Sale, mengungkap sisi kelam kehidupan pekerja seks di Jepang, khususnya di prefektur ibu kota Tokyo.

Baca Juga: Kabar Baik, Listrik Gratis Diperpanjang Sampai September 2020!! Sungguh Menggembirakan

Film ini bahkan memenangkan empat penghargaan film di Los Angeles, Afrika Selatan, Meksiko dan Ekuador di tayangkan perdana di Jepang 26 November 2017 sebagai bagian Tokyo Aids Week.

Produsernya adalah Thomas Ash yang tinggal selama 15 tahun di Jepang, hanya untuk membuat film ini.

Dia sangat terkejut mengetahui kebenaran, bahwa di dunia prostitusi Jepang ada seks gay di mana pelakunya adalah anak-anak pria di bawah umur.

"Kami memulainya 10 tahun lalu dan butuh 4 tahun untuk memproduksi film ini, bercerita tentang pekerja seks, yang kebanyakan adalah perempuan, tapi di Jepang banyak anak laki-laki yang diperjualbelikan," jelas Thomas.

Baca Juga: Bolak-balik Masuk Penjara, Ternyata John Kei Miliki Kekayaan Miliaran Rupiah hingga Punya 600 Anak Buah, 'Jika Saya Suruh Pergi ke Neraka, Mereka Pergi ke Neraka'

Lingkungan gay ini tumbuh di Shinjuku Ni-Chome, di Distrik Shinjuku, Tokyo, sekitar 800 bisnis beroperasi di bawah tanah dengan sangat rahasia.

Pelanggan mereka adalah pria biseksual, atau pria yang berbubungan badan dengan pria.

Selain itu di tempat itu juga menyediakan klub pramugari pria, jumlahnya sekitar 1.000 orang meski Thomas tidak bisa memastikannya.

Menurut Thomas, rata-rata pekerja di sana adalah laki-laki berusia 18-24 tahun, sebagian besar adalag gay, tapi ada pula normal tetapi terjerumus ke dalamnya.

"Bagi mereka ini semua pekerjaan, mereka menceritakan secara terbuka dengan pacar tentang pekerjaan mereka," katanya.

Pekerja seks pria di tempat ini disebut dengan urisen, saat salah satunya diwawancarai oleh Thomas, sebagian mengatakan terrjun ke dalam bisnis ini karena kesulitan uang.

Baca Juga: Berulah Lagi, Korea Utara Ancam Bakal Mulai 'Babak Baru Perang Korea' dan Gunakan Senjata Nuklir untuk Hancurkan AS

Shingo (28) manajer bar Das mengatakan dia memiliki 42 urisen, sebagian besar adalah anak laki-laki normal, tetapi ada yang pura-pura heteroseksual demi memenuhi pekerjaannya.

 

Pada awalnya mereka tidak mengetahui pekerjaan spesifik mereka, mereka hanya mengira bekerja sebagai pelayan bar.

Tetapi lama kelamaan mereka terjun ke industri bawah tanah ini karena tergiur uang yang lebih besar.

Hirosi, seorang urisen mengatakan penghasilan mereka per hari rata-rata sekitar 10.000 Yen.

Sementara urisen lain bernama Shota mengaku perbulan dia bisa mendapatkan penghasilan 150.00 Yen.

Sudut mengerikan dari pekerjaan ini adalah, mereka sedikit mengetahui tentang penyakit menular, terlalu muda, kurangnya pengalaman hidup, dan hanya memikirkan uang.

Baca Juga: Di Perbatasan Bentrok dengan India, di Laut Bentrok dengan AS, China Masih Berencana Melakukan Serangan Besar-Besaran Ke Jepang, Mengapa?

"Banyak anak muda di Jepang berusia dibawah 25 yang tidak tahu tentang penyakit HIV/AIDS," kata Thomas.

Sementara itu, profesi urisen masih ada hingga hari ini, berdasarkan celah hukum Jepang, karena UU Anti-Prostitusi di Jepang tidak merujuk pada perdagangan seks laki-laki.

Menurut para ahli, pemerintah Jepang juga tidak memiliki rencana untuk mengubah undang-undang ini.