Penulis
Intisari-Online.com - Dalam beberapa hari terakhir, Korea Utara terus memicu ketegangan dengan negara tetangganya, Korea Selatan.
Banyak pihak menilai, aksi tersebut tampaknya bertujuan untuk merebut kembali perhatian pemerintah AS yang belakangan terganggu oleh masalah dalam negeri.
Melansir Reuters, Korea Utara meledakkan kantor penghubung bersama di sisi perbatasan pekan lalu, dan menyatakan diakhirinya dialog dengan Korea Selatan dan mengancam aksi militer.
Setelah tiga pertemuan bersejarah dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un gagal menghasilkan kesepakatan denuklirisasi, perhatian Presiden AS Donald Trump beralih ke tempat lain.
Yakni termasuk epidemi virus corona, protes anti-rasisme dan pemilihan presiden November.
Kim, bagaimanapun, menghadapi konsekuensi nyata dunia atas perundingan yang gagal itu, di mana ekonomi Korea Utara yang terkena sanksi semakin terpukul oleh penguncian perbatasan yang diberlakukan untuk mencegah wabah virus corona.
Kondisi ini berpotensi mengancam basis dukungannya di antara para elit dan militer.
Analis mengatakan, salah satu tujuan Kim dalam menyerang sekutu AS, Korea Selatan, adalah untuk mengingatkan Washington tentang masalah yang belum terselesaikan dengan Korea Utara.
"Trump dapat merasakan kebutuhan untuk berbicara dengan Korea Utara untuk mengelola situasi untuk saat ini."
"Dan secara terbuka mengklaim bahwa ia telah menangkal kemungkinan provokasi militer yang mengancam Kim," kata Chang Ho-jin, mantan sekretaris kebijakan luar negeri presiden Korea Selatan.
"Dengan meningkatkan ketegangan antar-Korea, Korea Utara juga bisa berharap Korea Selatan akan mendorong lebih keras untuk mendapatkan pembebasan sanksi untuk proyek-proyek ekonomi bersama yang sejauh ini sulit dipahami."
Sumber diplomatik di Seoul mengatakan, para pejabat AS, termasuk Wakil Menteri Luar Negeri Stephen Biegun yang telah memimpin negosiasi dengan Korea Utara, bersedia melakukan "upaya terakhir" sebelum pemilihan AS.
"Ada kegelisahan di antara mereka bahwa mereka tidak bisa hanya diam saja di paruh pertama tahun ini," kata sumber itu, mencatat Washington akan segera beralih ke mode pemilihan penuh.
Tetapi sumber AS yang akrab dengan masalah itu mengatakan kepada Reuters bahwa sementara Washington bersedia untuk berbicara dengan Pyongyang kapan saja, tidak akan ada negosiasi yang mengarah pada terobosan signifikan dalam waktu dekat.
Terutama jika Korea Utara hanya menawarkan untuk membongkar fasilitas nuklir utamanya Yongbyon.
Sumber itu mengatakan bahwa pelonggaran sanksi kemungkinan tidak akan terjadi, karena Korea Utara tidak mau membahas program nuklirnya.
Sehingga mustahil bagi Amerika Serikat untuk mempertimbangkan membatalkan sanksi.
Artikel ini pernah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Kim Jong Un ajak perang Korsel untuk menarik perhatian Donald Trump"
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari