"Jika kami tak membatalkannya (operasi itu), maka lebih dari 200 orang tak bersalah akan tewas," ujarnya dilansir Sky News Sabtu (20/6/2020).
Operasi ceroboh itu memantik kecaman dari seluruh dunia, karena menunjukkan gembong narkoba, bukan pemerintah, yang berkuasa atas sebagian besar Meksiko.
Lopez Obrador sendiri mengungkapkannya beberapa hari setelah insiden, di mana dia juga menolak tawaran Presiden Donald Trump untuk menumpas geng kriminal.
Satu bulan setelah insiden, polisi elite yang ikut dalam operasi penangkapan anak El Chapo itu tewas setelah ditembak hingga 155 kali.
Lopez Obrador sudah berjanji akan menangkal kekerasan, di mana angka pembunuhan mulai meningkat pada 2014, dengan kenaikan tertinggi terjadi pada 2018.
Kebanyakan dari kasus pembunuhan itu datang dari geng kriminal, seperti kartel Sinaloa yang selama bertahun-tahun menjual heroin hingga ganja ke perbatasan AS.