Penulis
Intisari-online.com -China, Korea Utara, India dan Pakistan sedang giat kembangkan senjata nuklir mereka.
Padahal, di saat yang sama negara dengan militer nomor 1 dan nomor 2 dunia yaitu Amerika Serikat dan Rusia justru menggudangkan senjata nuklir mereka.
Estimasi yang dirilis oleh Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) pada Senin mengindikasikan jika, awal tahun ini China memiliki hulu ledak 30 lebih banyak dibandingkan pada Januari 2019 lalu.
Sementara Korea Utara menambah 20 hulu ledak lagi, sehingga mereka masing-masing memiliki 320 dan 30-40 hulu ledak sekarang.
Selain keduanya, India, Inggris, Pakistan dan Israel juga tambahkan hulu ledak tetapi jumlah mereka tidak sebanyak jumlah China.
Laporan tersebut juga menyebutkan "China sedang ada di tengah modernisasi signifikan dan ekspansi senjata mereka.
"Sementara India dan Pakistan juga sedang tingkatkan ukuran senjata nuklir mereka."
Meskipun ada 6 negara yang tingkatkan jumlah senjata nuklir mereka, inventori global masih lanjut turun seperti yang dilaporkan .
Hal ini karena dua pemilik senjata nuklir terbesar di dunia, Rusia dan Amerika Serikat terus-terusan membongkar stok lama mereka.
"Di saat yang sama, Amerika dan Rusia sedang lakukan program ekstensif dan mahal untuk mengganti dan memodernisasi hulu ledak nuklir mereka, misil dan sistem peluncuran juga termasuk serta fasilitas produksi senjata," tulis laporan tersebut.
"China sedang kembangkan program bernama nuklir tiga serangkai, membuat pulau baru dan misil laut serta pesawat berkapasitas nuklir," lanjut laporan tersebut.
"Korea Utara melanjutkan untuk prioritaskan nuklir program mereka sebagai elemen pusat dari strategi keamanan nasional."
Sementara itu, Amerika mengurangi senjata mereka dari 6.185 hulu ledak menjadi 5.800 saja, dan Rusia kurangi senjata mereka dari 6.500 menjadi 6.375.
Laporan tersebut mengatakan jika keseluruhan hulu ledak nuklir di dunia menurun sebanyak 465 menjadi 13.400 hulu ledak saja.
"Penurunan seluruh senjata nuklir di dunia pada tahun 2019 sebagian besar disebabkan Rusia dan Amerika mulai menggudangkan senjata rongsok mereka, yang jika digabungkan ada sekitar 90% dari senjata nuklir global," tulisnya.
Meski Rusia dan Amerika menggudangkan senjata lama mereka, mereka sedang fokus dalam ciptakan senjata nuklir baru.
"Kedua negara juga mulai perluas peran senjata nuklir dalam rencana militer dan doktrin mereka, yang menandai trend pasca perang dingin yaitu marginalisasi senjata nuklir secara bertahap."
Amerika telah sebarkan 1750 hulu ledak, yang diletakkan di misil atau di pangkalan militer dengan pasukan operasi, dan 4050 hulu ledak tua yang menunggu dipensiunkan.
Sementara Rusia telah sebarkan 1570 hulu ledak dan 4805 sudah digudangkan atau dibongkar.
Dari 13.400 hulu ledak, ada 3.720 disebarkan dengan pasukan operasi.
Sementara ada 1800 dari hulu ledak disimpan dengan penjagaan maksimal.
Walaupun 6 negara yang sedang giat tambah stok hulu ledak mereka, jumlah total milik keenam negara tersebut masih kurang dari 2000, kurang dari sepertiga jumlah hulu ledak Rusia.
Ancaman lain
Di luar persenjataan nuklir, ada ancaman baru yaitu senjata kimia dan biologi yang tetap muncul, membuat dunia mulai tidak stabil daripada sebelumnya.
Laporan tersebut juga peringatkan adanya pasukan yang dikembangkan di luar angkasa.
Sejak 2017, Amerika telah mendeklarasi bahwa luar angkasa menjadi domain perang atau area untuk operasi militer ofensif dan defensif.
Perancis, India dan Jepang telah mengikuti pimpinan Amerika dengan mengumumkan unit ruang militer yang didedikasikan.
Laporan SIPRI ini muncul setelah tim resmi Donald Trump pada bulan Mei mendiskusikan untuk lakukan pengujian nuklir pertama kali sejak 1992.
Zhou Chenming, ahli militer di Beijing, mengatakan perubahan di militer dunia menunjukkan keseimbangan perdamaian yang semakin genting.
"Banyak negara sekarang kembangkan sistem anti-misil mereka untuk lindungi negara mereka dari serangan hulu ledak nukir, tetapi ketika sistem sudah canggih, akan mulai ada serangan pertama.
"Beberapa negara mungkin akan mengambil inisiatif untuk menyerang negara lain, dan dunia semakin berbahaya pada saat itu," ujar Zhou.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini