Suasana Haru Jelang Soekarno Wafat, Saat Anak-anak Berkumpul dan Megawati Bisikkan Syahadat, hingga Ucapan Bung Karno yang Membuat Putrinya Tak Bisa Membendung Air Mata

Khaerunisa

Penulis

Suasana sangat mengharukan terjadi dalam detik-detik menjelang Soekarno menghembuskan napas terakhirnya

Intisari-Online.com - Suasana sangat mengharukan terjadi dalam detik-detik menjelang Soekarno menghembuskan napas terakhirnya.

Saat itu, anak-anak Soekarno berkumpul mengantarkan kepergian sang ayah.

Diantaraya yaituGuntur, Megawati, Sukmawati, Guruh dan Rachmawati.

Cerita ini dilansir dari buku "Soekarno Poenja Tjerita" terbitan tahun 2016.

Baca Juga: Banyak Orang Mengganti Namanya Termasuk Presiden Soekarno dan Jokowi hingga Mulan Jameela, Ini Kata Ahli tentang Kekuatan Nama untuk Sang Pemilik

Hal ini berawal saat Soekarno sudah dalam kondisi sekarat pada tanggal 16 Juni 1970.

Soekarno ditempatkan dalam sebuah kamar berpenjagaan ketat di lorong rumah sakit.

Kondisi Soekarno kala itu terus memburuk.

Pada 20 Juni 1970, kesadaran Soekarno sempat menurun hingga akhirnya mengalami koma.

Baca Juga: China Selalu Tolak Tudingan, Tapi Para Ilmuwan Punya Bukti Kuat Bahwa Virus Corona Memang Dibuat di Laboratorium, 'Ini Buktinya Sehingga Dia Sangat Menular'

Dokter yang menangani Soekarno, Mahar Mardjono tampaknya sudah mengerti apa yang sedang terjadi.

Mahar kemudian menghubungi anak-anak Soekarno.

Mereka pun berkumpul di RSPAD Gatot Soebroto tempat Soekarno dirawat pada 21 Juni 1970 pukul 06.30 WIB.

Anak-anak Soekarno pun mengajukan sejumlah pertanyaan ke dokter Mahar, tapi sang dokter tak menjawab.

Dokter Mahar hanya menggelengkan kepala.

Baca Juga: 'Ngebet' Tapi Ragu-ragu, Inilah ADIZ, Proyek Pemuas Ketamakan China akan Laut China Selatan, Ternyata Sudah Disiapkan Sejak Tahun Ini

Beberapa saat kemudian, suster mencabut selang makanan, dan alat bantu pernapasan.

Anak-anak Soekarno kemudian mengucapkan takbir.

Megawati membisikkan kalimat syahadat ke telinga Soekarno.

Soekarno berusaha mengikutinya tapi hanya mampu mengucapkan "Allah".

"Allaaah...," ucap Soekarno lirih seiring napasnya yang terakhir.

Soekarno meninggal pada pukul 07.07 WIB.

Baca Juga: Saat Pamor Angkatan Udaranya Pudar Gara-gara Jet Tempur Andalan Jatuh Ditembak Suriah, Israel Langsung Bikin Rudal Supersonik Tapi Masih Tetap Bisa Dirontokkan oleh Senjata Buatan Rusia Ini

Alasan Soeharto Makamkan Soekarno di Blitar

Alasan Soeharto makamkan Soekarno di Blitar terungkap dalam buku berjudul 'Pak Harto The Untold Stories'.

Amoroso Katamsi, aktor pemeran Soeharto dalam film 'Pengkhianatan G30S/PKI' menceritakan bahwa ia sempat bertanya alasan Soeharto memilih memakamkam jenazah Soekarno di Blitar, Jawa Timur.

Kemudian Presiden ke-2 RI ini mengatakan bila ia ingin makam Soekarno dekat dengan makam sang ibu.

"Ketika Bung Karno meninggal mau dimakamkan di mana, karena ketika itu terdapat berbagai masukan dari keluarga beliau. Tetapi saya ingat bahwa Bung Karno adalah orang yang sangat menghargai ibunya. Jadi saya putuskan beliau dimakamkan dengan ibunya di Blitar," kata Amoroso, menirukan Soeharto.

Baca Juga: Saat Pamor Angkatan Udaranya Pudar Gara-gara Jet Tempur Andalan Jatuh Ditembak Suriah, Israel Langsung Bikin Rudal Supersonik Tapi Masih Tetap Bisa Dirontokkan oleh Senjata Buatan Rusia Ini

Dijelaskan Amoroso, hal itu merupakan bentuk penghormatan Soeharto kepada sang Proklamator.

Sebab, Amoroso pernah membicarakan perannya dalam film 'Trikora'.

"Ketika itu Bapak kan ngendhiko (mengatakan), saat Bung Karno bertanya kepada Bapak, aku iki arep mbok apakke (saya ini mau kamu apakan)?" ujar Amoroso kembali menirukan ucapan Soeharto kala itu.

Soeharto lantas menjawab bahwa ia ingin memberikan sebuah penghormatan kepada Soekarno.

Salah satunya dengan cara mengabadikan nama Soekarno di pintu gerbang Indonesia, Bandara Soekarno-Hatta.

Baca Juga: Bikin Penasaran, Kemanakah Limbah Medis Seperti 'Potongan Bagian Tubuh Manusia' Dibuang oleh Rumah Sakit?

"Saya ini orang Jawa. Saya menganggap Bapak adalah bapak saya, sehingga prinsipnya adalah mikul dhuwur mendhem jero (mengangkat semua kebaikan setinggi-tingginya, menimbun semua keburukan sedalam-dalamnya)," kata Amoroso, yang masih mengulang ucapan Soeharto.

"Situasi politik pada waktu itu tidak memungkinkan saya berbuat banyak kepada Bung Karno, karena itu akan bertentangan dengan kehendak rakyat. Tetapi sesudah semuanya reda, saya segera memerintahkan untuk mengabadikan nama beliau di pintu gerbang Indonesia, Bandara Soekarno-Hatta," tutur Amoroso menambahkan.

Bahkan Amoroso juga pernah mengungkap alasan Soeharto memberikan gelar Pahlawan Proklamasi kepada Soekarno.

Baca Juga: Pria Ini Memasukkan Telur Ayam dalam Lubang Berair yang Ada pada Rerumputan, Kemudian Secara Mengejutkan Hewan Tak Terduga Ini Muncul

Menurutnya, saat itu ada banyak pertentangan atau perdebatan mengenai gelar pahlawan untuk Soekarno.

Tidak hanya itu, Soeharto juga sempat berpikir, gelar pahlawan apa yang paling tepat untuk Soekarno.

Hingga, akhirnya Soeharto pun memberikan gelar Pahlawan Proklamasi kepada Soekarno.

"Akhirnya saya (Soeharto) berikan nama Pahlawan Proklamasi dan itu tidak ada yang bisa melawan, karena memang kenyataannya Bung Karno adalah Sang Proklamator," ujar Amoroso.

Baca Juga: 10 Potret Lucu Bagaimana Orang-orang Ini Paham Bagaimana Cara Menghibur Diri Sendiri, Mana Favoritmu?

Megawati tak setuju Bung Karno dimakamkan di Blitar

Putri Soekarno, Megawati Soekarnoputri mengungkapkan perjuangan sang ayah dalam meraih kemerdekaan Indonesia.

Dalam Haul Bung Karno ke-48 di Makam Bung Karno, Bendogerit, Blitar, Sabtu (20/6/2018) lalu, Putri Bung Karno, yaitu Megawati Soekarnoputri mengatakan, ayahnya memiliki dedikasi tinggi dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

"Dedikasi Bung Karno kepada bangsa dan negara, baik dalam pemikiran maupun karya, dan perjuangannya sangat luar biasa. Tidak heran rakyat Indonesia menyebut beliau Proklamator, Bapak Bangsa, dan juga sering disebut penyambung lidah rakyat Indonesia," kata Megawati.

Kemudian Megawati bercerita tentang kehidupan Soekarno di akhir hayatnya.

Megawati tak bisa membendung air mata ketika mengingat perlakuan pemerintah yang baru pada ayahnya.

Baca Juga: 'Galak Banget!', Viral Cara Unik Pengurus RT Peringatkan Warganya Soal Tetangga yang Nekat Mudik ke Zona Merah

"Saya ikhlas dibuang, dipenjara, karena saya yakin, suatu saat kita akan punya negara dan bangsa, itu yang diceritakan Bung Karno kepada kami, anak-anaknya," ujar Megawati.

Ketua Umum Partai PDI Perjuangan ini juga menceritakan penolakan keluarga saat jenazah Soekarno akan dimakamkan di Blitar.

"Tetapi karena pada waktu itu pemerintahan begitu keras, jadi seluruh keluarga akhirnya merelakan untuk dimakamkan di sini," lanjutnya.

Megawati mengatakan, banyak rakyat yang datang mengantarkan jenazah Bung Karno ke tempat peristirahatan terakhir.

"Padahal waktu itu, masyarakat tidak boleh banyak yang datang dan sangat dijaga dengan kuat, tetapi saya masih ingat arus dari rakyat itu tidak ada yang bisa membendung, karena rakyat memang mencintai beliau," kata Megawati sambil menyeka air matanya.

Baca Juga: 'Siapkan yang Terburuk', Terungkap Rencana China Pertahankan Laut China Selatan yang Sudah 'Digodok' Selama 10 Tahun, Sekarang Libatkan Pesawat Mematikan Ini

Artikel ini telah tayang di Pop.grid.id dengan judul Detik-detik Jelang Soekarno Wafat, Megawati Bisikkan Syahadat, Lalu Bung Karno Ucapkan Kata Ini Sebelum Hembuskan Nafas Terakhir

Artikel Terkait