Find Us On Social Media :

Sebuah Desa Terpencil di Himalaya Ini Masih Lakukan Tradisi Istri Punya Banyak Suami, Bahkan Sudah Berjalan Seabad Lamanya, Begini Nasib Mereka

By Mentari DP, Sabtu, 30 Mei 2020 | 14:30 WIB

Tradisi poliandri masih dijalankan oleh sebagian masyarakat Upper Dolpa di Himalaya.

Intisari-Online.com - Kita sering mendengar suami memiliki lebih dari 1 istri.

Kita biasa menyebutnya dengan poligami.

Namun sangat jarang kita mendengar istilah poliandri atau seorang istri yang memiliki banyak suami.

Walau terdengar jarang, namun di sebuah desa terpencil di kawasan Himalaya, Nepal, justru menjalankan tradisi poliandri ini.

Baca Juga: Gara-gara Terlalu Deg Degan, Remaja 17 Tahun Ini Alami 3 Kali Koma dan Divonis Tidak Boleh Jatuh Cinta Seumur Hidupnya, Memangnya Apa Penyakitnya?

Kisah ini mungkin bisa menjadi sedikit gambaran tentang tradisi poliandri di wilayah tersebut.

Tersebutlah seorang remaja putri bernama Tashi Sangmo, 17 tahun.

Pada umur 14 tahun dia sudah dinikahkan dengan tetangganya.

Sebagai bagian dari pernikahan itu, Sangmo juga setuju untuk menikah dengan adik lelaki suaminya.

Baca Juga: Dulu Jadi Kota dengan Desain Terbaik Bahkan Dapat Julukan 'Negeri 1001 Malam', Kini Kota Ini Hancur Lebur Karena Perang

Pada masa lalu, anak-anak lelaki dari setiap keluarga di wilayah Upper Dolpa menikahi satu perempuan.

Namun, kini praktik poliandri itu mulai terkikis sebab masyarakat di sana mulai terbuka pada kehidupan yang modern.

Kini praktik yang sudah berlangsung seabad itu bertahan hanya di desa-desa terpencil di Himalaya.

"Segala sesuatu lebih mudah dengan cara seperti ini karena semuanya berada dalam satu keluarga."

"Harta tidak dibagi di antara banyak istri dan di sini saya yang bertanggung jawab," kata Sangmo.

"Dua lelaki kakak beradik pulang membawa uang dan sayalah yang memutuskan bagaimana menggunakannya."

Ketika Sangmo menikah dengan Mingmar Lama 14 tahun lalu, sudah disepakati bahwa adik Mingmar, yang waktu itu berumur 14 tahun, bakal masuk dalam kehidupan rumah tangga mereka.

Di dalam rumah tangga mereka, lahir tiga anak lelaki, masing-masing berusia delapan, enam, dan empat tahun.

"Saya ingin berbagi ikatan ini dengan adik karena kehidupan menjadi lebih mudah bagi kami berdua," kata Pasang (25), di rumah keluarga mereka di Desa Simen, yang terletak di ketinggian 4.000 di atas permukaan laut dan diperlukan waktu lima hari berjalan kaki ke kota terdekat.

Baca Juga: Sudah Infeksi 6 Juta Orang di Seluruh Dunia, Nyatanya 12 Negara Tetap Klaim Miliki 0 Kasus Virus Corona, Salah Satunya Korea Utara

Secara tradisional, warga Upper Dolpa merupakan bagian dari kelompok masyarakat yang membuka jalan antara Nepal dan Tibet.

Saat ini mereka masih mengikuti tradisi menggiring yak yang membawa garam dari Tibet dan beras dari dataran Terai.

Dengan minimnya sumber daya alam, masyarakat Upper Dolpa tidak memiliki banyak harta.

Namun, praktik poliandri itu bisa mencegah pembagian harta di antara keluarga.

Persediaan makanan pun cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Sebagian besar pernikahan di kawasan itu sudah diatur keluarga.

Sebuah keluarganya yang memilih istri untuk anak lelaki tertua mereka dan memberi kesempatan adik-adiknya untuk menikahi perempuan yang sama di kemudian hari.

Dalam beberapa kasus para istri bahkan membantu merawat adik-adik suaminya, yang notabene calon suaminya juga, saat mereka masih kecil.

Hubungan seksual antara mereka terjadi ketika para lelaki itu dianggap sudah cukup umur.

Baca Juga: Beratnya Capai 1 Ton Lebih, Inilah Monster Ular dari Zaman Prasejarah yang Pilih Buaya Sebagai Mangsanya