Advertorial

Beratnya Capai 1 Ton Lebih, Inilah Monster Ular dari Zaman Prasejarah yang Pilih Buaya Sebagai Mangsanya

Mentari DP

Editor

Intisari-Online.com - Bicara mengenai ular, apa yang muncul dibenak Anda?

Pasti hewan yang memiliki tubuh sangat panjang dan tentunya berbahaya.

Menariknya predator berbahaya ini sudah ada sejak zaman dulu.

Misalnya ketikakita pergi ke Kolombia saat 60 juta tahun.

Baca Juga: Ada Lebih dari 25.000 Kasus Virus Corona di Indonesia, Tapi 8 Provinsi Ini Catatkan 0 Kasus Baru, Ada Provinsi Anda?

Pada zaman itu, kita akan menemukan ular raksasa yang panjangnya melebihi bis sekolah.

Ular itu menjadi predator paling berkuasa pada periode Paleosen, 65,6-55,8 juta tahun yang lalu, setelah kemusnahan dinosaurus terjadi.

Bagaimana tidak, dengan panjang yang mencapai 14,6 meter, Titanoboa sudah terlampau besar meskipun menurut standar masa itu di mana hewan-hewan besar tercipta dalam kondisi lembab dan beruap.

Bobot Titanoboa juga diperkirakan mencapai 1,13 ton.

Baca Juga: Ketika Israel Ledakkan 5 Pesawat Mig-21 Soviet Hanya dalam Waktu 3 Menit, Pemerintah Mesir Langsung Terbitkan Larangan Tertawa, Seperti Ini Kisahnya

Dengan tubuh yang raksasa tersebut, tidak heran bila monster ular ini bisa membelit dan menelan buaya utuh-utuh

Dikutip dari BYU, penemuan Titanoboa berawal saat tim peneliti mengunjungi tambang batubara terbesar di dunia di Cerrejón di La Guajira, Kolombia, pada tahun 2002.

Saat itu, peneliti sedang mempelajari penemuan berupa fosil daun dari seorang mahasiswa asal Kolombia.

Fosil tersebut memberi petunjuk tentang keberadaan kawasan hutan hujan kuno di jaman Paleosen di lokasi tersebut.

Lalu, ekspedisi yang dipimpin oleh Smithsonian Tropical Research Institute di Panama dan Museum Sejarah Alam Florida di University Florida dilakukan untuk meyakinkan asal muasal fosil daun tersebut.

Hasilnya, peneliti meyakini lokasi tersebut merupakan hutan hujan pertama di bumi.

Para peneliti juga menemukan fosil ular, buaya raksasa, serta tanaman kacang-kacangan, pisang, alpokat dan cokelat.

Baca Juga: Jadi Pasien Covid-19 Tertua di Indonesia, Nenek Usia 100 Tahun Ini Berhasil Sembuh, Ini Rahasia Kesembuhan

Jonathan Bloch dari Museum Sejarah Alam Florida dan Carlos Jaramillo dari STRI yang merupakan pakar terkemuka di dunia dalam ular purba bergabung dalam penelitian tersebut untuk menguak dan belajar lebih banyak tentang bagaimana Titanoboa hidup dan berburu.

Fosil menunjukkan bahwa setelah masa kepunahan dinosaurus, suhu daerah tropis lebih hangat dari hutan masa sekarang.

Saat itu, hutan hujan pertama di Amerika Selatan pun terbentuk dan makhluk besar berjuang untuk menjadi pemangsa puncak bumi, termasuk Titanoboa.

Kini nenek moyang ular itu dapat disaksikan kembali di Monte L. Bean Life Science Museum di Universitas Brigham Young, Utah, Amerika Serikat.

Model Titanoboa dibuat dengan skala penuh lengkap dengan buaya yang setengah tertelan di mulutnya.

(kompas.com)

Baca Juga: Sadis, Sosok Lebanon Ini Sebut Solusi Terbaik Bagi Israel Adalah Lenyap dari Muka Bumi, Ternyata Ini yang Membuatnya Benci Israel

Artikel Terkait