Nekat Praktikkan Herd Imunity untuk Melawan Virus Corona, Bukan Kekebalan yang Diperoleh, Negara Ini Justru Dirundung Masalah Covid-19 Lebih Parah

Khaerunisa

Penulis

Intisari-Online.com - Ratusan negara harus menghadapi mewabahnya virus corona.

Berbagai cara dilakukan setiap negara untuk mengatasi penyebaran virus tersebut.

Masing-masing negara pun memiliki cara yang berbeda.

Ada yang menerapkan lockdown, penutupan sebagian wilayah seperti PSBB di Indonesia, ada juga yang langsung menerapkan herd immunity.

Baca Juga: Setiap Hari Terjadi Penambahan Ratusan Kasus Positif Virus Corona, Rupanya Uji Sampel Covid-19 di Indonesia Masih Jauh dari Syarat WHO

Artikel yang diterbitkan MIT Technology Review menyatakan pada dasarnya ada tiga cara untuk menghentikan penyakit Covid-19 untuk selamanya.

Salah satunya melibatkan pembatasan luar biasa pada pergerakan yang kini dikenal lockdown, serta pengujian agresif, untuk menghentikan transmisi sepenuhnya. Namun, ini sulit mengingat virus corona sekarang telah mewabah ke 100 lebih negara.

Yang kedua adalah vaksin yang bisa melindungi semua orang, tetapi vaksin masih perlu dikembangkan dan kita hanya boleh berharap karena tampaknya masih lama.

Yang ketiga berpotensi efektif tetapi mengerikan untuk dipertimbangkan, yakni membiarkan orang tertular sampai mendapatkan kekebalan virus.

Baca Juga: Covid Hari Ini 28 Mei 2020: Status Bencana Nasional Masih Diperlukan, hingga 1.000 Pegawai Pabrik Rokok di Madiun Harus Jalani Rapid Test Gara-gara 1 Pegawai Positif Covid-19

Jika virus terus menyebar, pada akhirnya banyak orang yang akan terinfeksi dan (jika mereka bertahan hidup) menjadi kebal sehingga wabah akan hilang dengan sendirinya, karena kuman menemukan semakin sulit untuk menemukan inang yang rentan. Fenomena ini dikenal sebagai "herd immunity".

Swedia salah satunya, adalah negara yang terang-terangan mengambil pendekatan herd immunity.

Tetapi Swedia jujur mengungkapkan bahwa meskipun mengadopsi langkah-langkah yang lebih santai untuk mengendalikan virus corona, hanya 7,3% orang di Stockholm yang mengembangkan antibodi yang diperlukan untuk melawan penyakit pada akhir April.

Angka tersebut, yang dikonfirmasi oleh Otoritas Kesehatan Masyarakat Swedia, kira-kira sama dengan negara-negara lain yang memiliki data dan jauh di bawah 70-90% yang dibutuhkan untuk menciptakan herd immunity dalam suatu populasi.

Baca Juga: Terapung 3 Hari di Lautan Gara-gara Kapalnya Tenggelam, Begini Cerita 6 ABK Akhirnya Bisa Selamat

Kepala ahli epidemiologi Swedia Anders Tegnell mengatakan jumlah itu "sedikit lebih rendah" dari yang diharapkan "tetapi tidak terlalu rendah, mungkin satu atau beberapa persen."

"Itu sesuai dengan model yang kami miliki," katanya saat berbicara di konferensi pers di Stockholm.

Penelitian yang dilakukan oleh Badan Kesehatan Masyarakat Swedia bertujuan untuk menentukan potensi herd immunity dalam populasi, berdasarkan 1.118 tes yang dilakukan dalam satu minggu.

Ini bertujuan untuk melakukan jumlah tes yang sama setiap tujuh hari selama periode delapan minggu. Hasil dari daerah lain akan dirilis nanti, kata juru bicara Otoritas Kesehatan Masyarakat Swedia.

Baca Juga: Misteri Makhluk Misterius yang Sebabkan Seorang Pria Tewas dan Beberapa Orang Terluka Akhirnya Terungkap, Semua Orang Tak Menyangkanya

Alih-alih mengorbankan kebebasan masyarakat, Swedia telah mengadopsi strategi yang berbeda dengan negara-negara Nordik lainnya selama pandemi, memilih untuk menghindari lockdown dan menjaga sebagian besar sekolah, restoran, salon dan bar tetap buka.

Namun, pemerintah mengimbau orang untuk menahan diri melakukan perjalanan panjang dan menekankan tanggung jawab pribadi.

Strategi ini dikritik oleh para peneliti Swedia sejak awal, yang mengatakan bahwa upaya untuk menciptakan herd immunity memiliki dukungan yang rendah.

Herd immunity tercapai ketika mayoritas populasi tertentu, sekitar 70 hingga 90%, menjadi kebal terhadap penyakit menular, baik karena mereka telah terinfeksi dan pulih, atau melalui vaksinasi.

Baca Juga: Kisah Memilukan Seorang Pria Tak Bersalah Dicambuk dan Digantung Kakinya hingga Cedera, Hanya Gara-gara Ponsel!

Tetapi dilansir Business Insider, Senin (25/5/2020), sejauh ini hanya 7,3 persen orang Swedia yang punya antibodi.

Hal itu terungkap dalam studi yang berasal dari pemeriksaan terhadap 1.100 warga Stockholm.

Sejauh ini, kasus virus corona di Swedia adalah yang tertinggi dibanding negara-negara Skandinavia lain seperti Norwegia, Finlandia, Denmark, dan Islandia.

Berdasarkan peta Johns Hopkins University, total kasus virus corona di Swedia adalah 33.459 kasus dengan kematian berjumlah 3.998.

Bila melihat total angka, kematian akibat virus corona di Swedia lebih rendah ketimbang negara-negara Eropa yang menerapkan lockdown, seperti Inggris, Prancis, dan Italia.

Baca Juga: Misteri Patung Mirip Nyi Roro Kidul di Pantai Bali Akhirnya Terkuak, Pelaku Mengaku Dapat Bisikan

Akan tetapi, angka kematian harian akibat virus corona per 1 juta orang di Swedia sudah lebih tinggi dari Italia, Inggris, bahkan melebihi Amerika Serikat.

Namun pemerintah Swedia, melalui Tegnell, masih tetap percaya diri.

Menurutnya, Swedia akan berhasil dalam jangka panjang ketika melawan gelombang kedua virus corona.

"Pada musim gugur akan ada gelombang kedua," ujar Tegnell kepada Financial Times.

"Swedia akan memiliki level imunitas tinggi dan jumlah kasus kemungkinan akan cukup rendah."

Baca Juga: Rumah Sakit 'Menganggur' Tiga Bulan, Pasien Syok Mengaku Melihat Ular di Dalam Rumah Sakit, Dokter yang Memeriksanya Lebih Syok Tidak Temukan Ular Tetapi Justru Temukan Hewan Ini

Berikut jumlah kasus di negara-negara Skandinavia:

1. Swedia: 33.459 kasus (3.998 pasien meninggal)

2. Norwegia: 8.352 kasus (235 meninggal)

3. Finlandia: 6.579 kasus (307 meninggal)

4. Denmark: 11.360 kasus (562 meninggal)

5. Islandia: 1.804 kasus (10 meninggal)

Baca Juga: Dipercaya Sebagai Ladang Ganja Terbesar di Dunia, Inilah Penampakan Kebun Ganja Bernilai Rp19 Miliar, yang Disembunyikan Jauh di Perut Bumi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya telah memperingatkan bahwa teori 'Herd Immunity' untuk mengatasi virus corona sangat berbahaya.

Direktur Eksekutif Program Darurat Kesehatan WHO Dr Mike Ryan menegaskan bahwa manusia bukanlah kawanan ternak yang bisa dibiarkan begitu saja.

“Ini adalah penyakit serius. Ini adalah musuh publik nomor satu. Kami mengatakannya lagi, lagi, dan lagi bahwa akan terjadi 'pembunuhan manusia' yang besar bila ini dit,erapkan," kata Dr Ryan diberitakan The Telegraph, 12 Mei 2020. (*)

Baca Juga: Dikenal Sebagai Sosok yang Kejam dan Gemar Lakukan Eksekusi Mati, Teman Lama Kim Jong-Un ini Justru Bocorkan Sifat Asli Sang Diktator

Artikel ini telah tayang di Health.grid.id dengan judul 'Cita-cita' Herd Immunity Hadapi Covid-19 di Swedia Gagal, Hanya 7,3% Penduduk yang Punya Kekebalan, Malah Jumlah yang Mati Meningkat

Artikel Terkait