Find Us On Social Media :

Jangan Khawatir Jika Pasien Sembuh Covid-19 Kambuh dan Positif Lagi, Studi Ini Temukan Penyebabnya, Disebut 'Positif Palsu', Apa Maksudnya?

By Maymunah Nasution, Jumat, 8 Mei 2020 | 09:29 WIB

Gambar mikroskop elektron transmisi menunjukkan virus corona SARS-CoV-2, juga dikenal sebagai 2019-nCoV, virus coronavirus yang menyebabkan COVID-19

Intisari-online.com - Korea Selatan (Korsel) sempat khawatir tentang virus Corona baru.

Lebih-lebih setelah bulan April kemarin terdapat ratusan pasien yang telah sembuh dari Covid-19 kemudian positif lagi.

Kekhawatiran itu muncul karena beberapa orang yang terinfeksi Covid-19 lagi berpotensi mempersulit upaya untuk mencabut pembatasan karantina dan menghasilkan vaksin.

Namun, berminggu-minggu penelitian, Korea Selatan bisa cukup lega.

Baca Juga: Heboh Kasus Jenazah ABK WNI Dilarung ke Laut Oleh Kapal China, Kemenaker Mulai Selidiki Kasus Tersebut

Mereka mengatakan hasil tes tersebut sepertinya 'positif palsu'.

Positif palsu maksudnya adalah hasil tes positif yang disebabkan oleh virus yang tertinggal tetapi kemungkinan tidak menular.

Korea Selatan pada Rabu (6/5) melaporkan lebih dari 350 kasus pasien yang sudah sembuh kemudian positif terjangkit virus corona lagi, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC).

Karena semakin banyak orang Korea yang tak lagi menjalani pengobatan Covid-19, otoritas kesehatan menemukan tren yang mengganggu.

Baca Juga: Dibutuhkan Banyak Orang, Dokter Asal India Ini Resmi Jadi Miliarder Saat Pandemi, Inilah Asal Kekayaannya

Banyak pasien yang sembuh setelah menjalani tes ulang hasilnya positif.

Sementara para pejabat mengkaji beberapa penjelasan termasuk infeksi ulang pasien atau reaktivasi virus, sebuah panel ahli yang pemerintah bentuk pekan lalu menyimpulkan, yang paling mungkin adalah tes tersebut "positif palsu".

Korea Selatan menggunakan tes reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR), yang mendeteksi materi genetik virus corona.

Proses RT-PCR bisa dengan cepat menunjukkan hasil dan dianggap sebagai cara paling akurat untuk mengetahui, apakah pasien terinfeksi virus corona.

Baca Juga: Nyaris Membuat Temuan Signifikan Terkait COVID-19, Peneliti China Ini 'Ditembak' Mati di AS, Kepolisian Ungkap Kejadian Sebagai Aksi Bunuh Diri

Tapi, Seol Dai-wu, pakar dalam pengembangan vaksin di Universitas Chung-Ang, Seoul, mengatakan, dalam beberapa kasus, tes tersebut bisa mendeteksi partikel virus yang lama, yang mungkin tidak lagi menjadi ancaman signifikan bagi pasien atau orang lain.

Tidak menular

"Mesin RT-PCR sendiri tidak bisa membedakan partikel virus yang menular versus partikel virus yang tidak menular, karena tes ini hanya mendeteksi komponen virus apa pun," kata Seol seperti dikutip Reuters.

Senada, KCDC menyatakan, apa yang disebut sebagai hasil "positif palsu" kemungkinan berada di balik kasus pasien yang pulih yang dinyatakan positif lagi.

Baca Juga: Sempat Buron dan Masuk Daftar Pencarian Orang, YouTuber Ferdian Paleka Akhirnya Ditangkap Polisi Bersama Teman dan Pamannya

"Kami masih mengumpulkan bukti untuk mendukung teori bahwa partikel itu berasal dari sel virus mati," ujar Direktur KCDC Jeong Eun-kyeong seperti dilansir Reuters.

Hanya, Jeong bilang, pasien yang kembali positif setelah pulih dari Covid-19 tampaknya tidak menular.

"KCDC belum menemukan satu kasus pun pasien seperti itu telah menularkan virus corona ke orang lain," kata Jeong.

Saat menyelidiki orang yang tampaknya mengalami kekambuhan gejala setelah pulih dari Covid-19, KCDC mengambil kultur virus, sebuah proses yang membutuhkan lebih dari dua minggu sebelum hasil yang bisa diandalkan keluar.

Baca Juga: Terlihat Kodok Hidup Segar Dijual di Pasar Hewan Liar di China yang Dapat Membuka Kekhawatiran COVID-19: Pedagang Bingung 'Hewan Liar' Itu yang Bagaimana?

Tes kultur virus terhadap 29 pasien sembuh tapi positif kembali sudah keluar pada Rabu (6/5) lalu, dan hasilnya negatif.

"Virus (corona) dalam kasus kambuh memiliki sedikit atau tidak ada infeksi," ujar Jeong.

Oh Myoung-don, dokter di Rumahsakit Universitas Nasional Seoul yang memimpin panel para ahli yang menyelidiki kasus tersebut, mengatakan, tidak seperti virus hepatitis B atau HIV, virus corona tidak menyusup ke dalam inti sel inang.

"Itu berarti, tidak menyebabkan infeksi kronis dan kemungkinan mengaktifkannya kembali sangat rendah," katanya pekan lalu.(*)

Baca Juga: Bangsawan Kejam Elizabeth Bathory, Tega Bunuh 612 Perawan dan Gunakan Darah Korban untuk Mandi Tanpa Rasa Bersalah

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Penelitian: Pasien sembuh corona kambuh lagi, arahnya positif palsu"

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini