Find Us On Social Media :

Dijuluki 'Godfather of Broken Heart', Ternyata Didi Kempot Curhat Pernah Patah Hati di Usia 14 Tahun, 'Saat Itu Karena Beda Kasta'

By Mentari DP, Selasa, 5 Mei 2020 | 12:20 WIB

Didi Kempot Meninggal Dunia.

Intisari-Online.com - Indonesia berduka.

Salah seorang penyanyi legenda Indonesia, penyanyi campur sari, Didi Kempot, meninggal dunia pada hari ini, Selasa (5/5/2020) pukul 07.30 WIB.

Berita duka ini sudah dikonfirmasi oleh kakak kandung Didi Kempot, Lilik.

Menurutnya, Didi Kempot tak menderita penyakit apa pun dan dia meninggal secara mendadak.

Baca Juga: Sebelum Meninggal, Didi Kempot Sempat Gelar Konser Amal demi Galang Dana untuk Mereka yang Terdampak Covid-19, Terkumpul Rp5,3 Miliar dalam 3 Jam

Jika musik dangdut kita mengenal Raja Dangdut Rhoma Irama, maka di musik campursari Didi Kempot adalah rajanya.

 

Disebutkan bahwa Didi Kempot sudah menciptakan sekitar 700 sampai 800 lagu

"Saya sudah menciptakan sekitar 700 sampai 800 lagu," kata Didi Kempot, penyanyi campursari saat acara Ngobam (Ngobrol Bareng Musisi) yang diselenggarakan oleh YouTuber Gofar Hilman di Wedangan Gulo Klopo, Kartosuro, Jawa Tengah pada Minggu (14/7/2019).

Baca Juga: Sedih Tak Bisa Mudik? Jangan Khawatir, Presiden Jokowi Pertimbangkan Ganti Cuti Lebaran ke Akhir Juli Berdekatan dengan Idul Adha

Musisi campur sari asal Solo yang memiliki nama asli Didi Prasetyo itu, mengawali karir sebagai seorang musisi jalanan.

Dia pernah pengamen di kota kelahirannya Solo sejak tahun 1984 hingga 1986.

Ia kemudian mengadu nasib ke Jakarta pada tahun 1987 hingga 1989.

Saat itu, dia menulis dan merekam sendiri lagu-lagu ciptaannya. 

Bahkan Didi Kempot "dinobatkan" oleh penggemarnya sebagai Bapak Patah Hati Nasional atau lebih dikenal dengan sebutan Godfather of Broken Heart.

Julukan ini muncul karena hampir sebagian lagu-lagu yang diciptakan Didi Kempot bertemakan patah hati dan kehilangan.

Dia beralasan sengaja memilih tema tersebut karena semua orang pernah mengalami.

"Saya memilih tema lagu yang deket dengan masyarakat."

"Patah hati semua pernah mengalami. Kata-kata yang dipilih juga yang mudah dipahami," jelasnya. 

Baca Juga: Aturan-aturan Aneh yang Hanya Ada di Korea Utara, Dilarang Senyum, Dilarang Lipat Koran, hingga Wajib Selamatkan Foto Kim Jong Un Saat Kebakaran

Dia sendiri bercerita patah hati pertama kali pada usia 14 tahun.

"Saat itu karena beda kasta. Tapi yaa kudu dilakoni," katanya disambut riuh tepuk tangan pengemarnya.

Alasan dekat dengan masyarakat juga menjadi alasan Didi Kempot menggunakan nama-nama tempat sebagai judul atau lirik lagunya.

Seperti Stasiun Balapan Solo, Terminal Tirtonadi Solo, Pantai Klayar Pacitan, Gunung Api Purba Nglanggeran, Malioboro Yogyakarta, atau Jalan Tembus Karanganyar-Magetan. 

“Tempat itu kan sudah dikenal lebih dahulu. Jadi lagunya juga mudah dikenal masyarakat,” jealsnya.

Namun untuk lagu Sewu Kuto, ia bercerita jika lagu aslinya berjudul Hanya Firasat yang dinyanyikan oleh Ari Wibowo sekitar tahun 1980-an.

Sementara lagu Cidro yang saat ini popular dikalangan anak muda diciptakan Didi Kempot sekitar tahun 1989.

Baca Juga: Demi Murid-muridnya, Guru SD Ini Rela Ngajar Door to Door ke Rumah Murid di Tengah Pandemi Covid-19, 'Tak Semua Orang Punya Smartphone'

Salah satu lagu Didi Kempot yang fenomal adalah Layang Kangen, yang menceritakan tentang seorang kekasih yang membaca surat cinta dari pasangannya yang terpisah karena jarak.

“Saat nulis Layang Kangen itu pas kangen sama keluarga."

"Kepikiran jadi mengkhayal. Yaa saya kan banyak hidup di jalanan."

"Di Stasiun Balapan sering liat orang pisahaan nangis jadi terinspirasi,” katanya,.

Untuk mengarang satu lagu, dia mengaku paling lama membutuhkan waktu sekitar dua hari, sedangkan paling cepat sekitar satu jam.

"Di lagu Sekonyong-konyong Koder itu kan butuh kata yang berakhiran er. Lemper, super, itu nulisnya agak lama" ungkapnya.

(Rachmawati)

(Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Didi Kempot, The Godfather of Broken Heart Asal Solo yang Ciptakan 800 Lagu")

Baca Juga: Tahun Ini Ditunda, Pemprov DKI Jakarta Bayar 'Tanda Jadi' ke Formula E Rp270 Miliar, Diadakan di Tahun 2021?