Find Us On Social Media :

Setelah Perang Dagang Bikin Dunia Ketar-ketir dan Corona Bikin WHO Kehilangan Pendanaan, Buruknya Relasi AS-China Kini Bisa Bikin Dunia di Ambang Perang

By Ade S, Senin, 4 Mei 2020 | 11:43 WIB

 

Intisari-Online.com - Bak kucing dan anjing, relasi antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok (China) seolah sangat sulit dibuat mesra, atau setidaknya adem ayem.

Perseteruan keduanya melintasi berbagai aspek kehidupan mulai dari ekonomi, kesehatan, hingga keamanan.

Tentu saja kita masih mengingat bagaimana perang dagang antara dua negara pemilik PDB terbesar di dunia tersebut.

IMF bahkan sampai menurunkan pertumbuhan ekonomi global akibat ketidakakuran AS-China terkait perdagangan antar kedua negara tersebut.

Baca Juga: Lewati China, Ini Alasan Amerika Serikat Punya Kasus Covid-19 Terbanyak di Dunia, 'Trump Sangat Terlambat Menangani Hal Ini'

Ketika perang dagang belum benar-benar terselesaikan, muncul masalah baru berupa virus corona yang membuat AS berang bukan main.

Fakta bahwa virus tersebut mulai menginfeksi manusia di China dan AS sebagai negara dengan jumlah kasus dan kematian tertinggi di dunia, telah memicu satu dampak besar: WHO kehilangan sumber pendanaan setelah AS memutuskan memberikan sumbangan untuk lembaga tersebut.

Lalu, kini, saat semua negara sedang pusing mengatasi virus corona di negaranya, AS-China kembali berulah.

Kali ini relasi keduanya bisa memicu dampak yang tak kalah buruknya dari ekonomi dan kesehatan, yaitu keamanan dalam wujud perang!

Baca Juga: Ditanya Soal China, Setengah dari Total Warga Amerika Serikat Ternyata Ketakutan, Kenapa?

Militer China menyebut Amerika Serikat sebagai "pembuat onar" di Laut China Selatan yang disengketakan pada hari Kamis.

Pemerintah China bahkan menekankan kini Beijing berada dalam situasi "siaga tinggi" untuk melindungi kepentingannya di perairan yang diperebutkan.

Kedua negara, menurut South China Morning Post, telah terlibat dalam pertikaian yang menegangkan di Laut China Selatan di mana kehadiran AS di wilayah tersebut ditujukan untuk menantang klaim ekspansif China dalam beberapa hari terakhir.

Kapal penjelajah berpeluru kendali AS, USS Bunker Hill, melakukan “operasi navigasi kebebasan” di Kepulauan Spratly pada hari Rabu, sehari setelah perusak rudal berpemandu USS Barry melakukan operasi serupa di dekat Kepulauan Paracel.

Armada ke-7 AS mengatakan operasi itu sebagai tanggapan terhadap klaim maritim di Laut Cina Selatan yang menimbulkan ancaman serius terhadap kebebasan laut, termasuk kebebasan navigasi dan penerbangan, dan hak lintas tidak bersalah dari semua kapal.

Pada minggu lalu, pasukan Australia bergabung dengan kapal perang AS dalam latihan bersama di Laut China Selatan setelah kapal riset China Haiyang Dizhi 8, disertai dengan kapal penjaga pantai Tiongkok, menguntit kapal perusahaan minyak negara Malaysia yang melakukan eksplorasi di daerah itu.

Baca Juga: Dengan 85.377 Kasus, Amerika Serikat Jadi Negara dengan Kasus Positif Virus Corona Tertinggi di Dunia, Kalahkan China dan Italia!

Juru bicara kementerian pertahanan China Wu Qian mengatakan, Beijing telah "mengawasi dengan cermat dan waspada" terhadap kegiatan militer AS dan Australia.

"Seringnya operasi militer di Laut China Selatan oleh negara-negara ekstra-regional seperti AS dan Australia tidak kondusif bagi perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan dan kami dengan tegas menentang mereka," kata Wu seperti yang dikutip South China Morning Post.

"Berkali-kali, AS telah membuktikan diri sebagai kekuatan terbesar dalam mendorong militerisasi di Laut China Selatan dan pembuat onar dalam mencegah perdamaian dan stabilitas di kawasan itu," tambah Wu.

Pada hari Selasa, Komando Teater Selatan Tentara Pembebasan Rakyat mengatakan misi USS Barry di dekat Paracels yang dikontrol Beijing adalah "intrusi ke dalam perairan wilayah China".

Komando itu mengatakan pihaknya berusaha melakukan patroli udara dan laut untuk "melacak, memantau, memverifikasi, mengidentifikasi dan mengusir" kapal-kapal Amerika.

Juga pada hari Kamis, Wu menolak laporan AS bahwa China diam-diam melakukan uji coba nuklir bawah tanah.

Baca Juga: Tak Hanya Tuding China, Trump Juga Klaim Punya Bukti Virus Corona Berasal dari Laboratorium di Wuhan, Ini Kira-kira Waktu Penyebarannya

Mengutip laporan dari Departemen Luar Negeri AS, The Wall Street Journal melaporkan, dua minggu lalu bahwa Washington prihatin dengan peningkatan aktivitas di lokasi uji Lop Nur China di wilayah barat jauh Xinjiang, termasuk penggalian luas yang menimbulkan dugaan ledakan.

"Laporan oleh AS dibuat-buat dan tidak masuk akal," kata Wu. "China, tidak seperti AS, selalu menepati janjinya pada kendali senjata internasional."

 

Artikel ini sudah tayang di kontan.co.id dengan judul "China siaga tinggi di Laut China Selatan, sebut Amerika sebagai biang onar!".

Baca Juga: Seakan Masih Kurang Puas dalam Menuduh China, Sesneg Amerika Menuduh Beijing Sudah Hancurkan Sampel Virus Corona Agar Tidak Diketahui Dunia, 'Mana Sampel Awal?'