Ilmuwan Dunia Umumkan, Vaksin Covid-19 Mungkin Tidak Akan Tersedia Hingga Tahun 2036, Inilah Penyebabnya

Afif Khoirul M

Penulis

Intisari-online.com - Perlombaan global untuk memerangi Covid-19, tampaknya menghadapi rintangan berat dari pengujian klinis dan uji coba ke manusia.

Para ahli mengatakan, vaksin virus corona mungkin tidak akan tersedia hingga tahun 2036, dalam skenario terburuk.

Menurut Daily Mirror, pada Sabtu (2/5/20), sebelumnya, ilmuwan ungkapkan inokulasi tidak akan siap setidaknya selama satu tahun.

Hal itu dinyatakan oleh Dr Anthony Fauci yang mengatakan, bahwa vaksin itu tidak bisa diproduksi dalam 12 hingga 18 bulan kedepan.

Baca Juga: Waspada Jika Warna Ini Muncul saat Anda Buang Air Besar, Bisa Jadi Gejala Pendarahan Lambung Seperti yang Dialami Mendiang Erwin Eks Dewa 19

New York Times melaporkan, kesulitan memproduksi vaksin bisa memakan waktu bertahun-tahun lagi.

Laporan itu menguraikan bagimana menciptakan jab yang aman dan berfungsi, untuk menghasilkan vaksin yang efektif dan aman digunakan.

Beberapa produsen mengatakan, mereka berharap bisa memiliki vaksin yang siap dipasarkan pada Agustus 2021, namun itu adalah waktu paling cepat untuk kelas vaksin mRNA.

Langkah-langkah luar biasa, seperti memulai uji coba lebih awal, dan melewatkan beberapa penelititian klinis diyakini bisa mempersingkat waktu dua hingga empat tahun lagi.

Baca Juga: Belum Selesai Tuduhan Covid-19 Berasal dari Lab Wuhan, AS Kembali Klaim Laboratorium di China Bisa Saja Kembali Membocorkan Virus Lain di Masa Depan

Menurut New York Times produksi vaksin paling cepat adalah mRNA atau vaksin ekperimental yang sebisa mungkin akan segera di produksi.

Vaksin mRNA bekerja dengan membuat antigen mereka sendiri, untuk melawan penyakit seperti Covid-19.

Sementara vaksin khas Covid-19 memiliki cara kerja menyuktikkan subyek dengan antigen spesifik penyakit, untuk merangsang produksi antibodi.

Ini adalah perbedaan vanksin mRNA dengan vaksin khas yang di perkirakan masih lama untuk diproduksi.

Sementara Vaksin mRNA lebih cepat diproduksi, dan para ilmuwan mempertaruhkan harapan, bahwa teknologi baru itu bisa menjadi senjata penting untuk melawan Covid-19.

Tetapi, ilmuwan juga menjelaskan bahwa mempercepat pengembangan vaksin tersebut, juga memiliki hambatan dan rintangan tersendiri.

Baca Juga: Hadapi Corona Meski Dilakukan PSBB Tapi Tubuh Harus Tetap Aktif dan Olahraga Harus Diutamakan, Begini Tips untuk Melakukannya

Menurut uraian New York Times, negara yang pertama kali memproduksi vaksin ini, tentu akan memprioritaskan warganya terlebih dahulu sebelum meluncurkannya ke seluruh dunia.

Kedua, produsen juga harus mengimbangi permintaan pasar untuk vaksin, karena mereka juga harus menghasilkan alat pengiriman dan wadah untuk vaksin.

Ketika, meluncurkan vaksin ke seluruh dunia, akan menjadi kegiatan logistik yang sangat besar bagi setiap pemerintah.

Layanan kesehatan akan berpacu dengan waktu, juga harus mengatur produksi supaya bisa diangkut ke seluruh dunia dalam unit penyimpanan vaksin yang aman.

Sekitar lusinan unit penelitian dan perusahaan seluruh dunia, memiliki vaksin potensial dalam pengembangan.

Tetapi, peneliti harus memastikan vaksin mereka aman untuk pasar, termasuk uji coba pra-klinis, tiga fase uji coba, ke manusia hingga membangun pabrik dan menghasilkan produk, serta melewati persetujuan regulator obat di setiap negara.

Baca Juga: Sudah Terlanjur Dirayakan Dengan Hujan Duit dan Sebarkan Kabar Kematian Kim Jong-Un ke Masyarakat Korea Utara, Tak Disangka Kim Jong-Un Masih Hidup!

Menurut Times, itu sebabnya sebagian besar vaksin memerlukan waktu setidaknya 10 tahun untuk sampai ke pasar.

Para ahli mengungkapkan contoh vaksin sepertri (HPV) untuk kanker serviks, membutuhkan waktu 15 tahun untuk penelitian dan pengembangan ke pasar.

Inokulasi terhadap variesela (cacar air) bahkan lebih lama sekitar 28 tahun, sebelum mencapai pasar.

Tetapi ilmuwan menawarkan harapan bahwa menemukan vaksin Covid-19 bisa jauh lebih cepat, karena itu adalah virus yang dikenal.

Sebelumnya virus serupa dengan Covid-19 pernah muncul seperti Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS) keduanya memiliki kesamaan kuat dengan Covid-19.

Artikel Terkait