Kabar Cukup Baik, Covid-19 Mungkin Miliki Efek Lebih Ringan Bagi Pasien yang Sudah Sembuh jika Dibandingkan dengan Sars, 'Paru-paru Terbukti Bekerja Normal Lagi!'

May N

Penulis

efek samping 'bekas' sakit Covid-19 pada pasien yang berhasil sembuh rupanya lebih ringan daripada sakit sars

Intisari-online.com -Saat ini meski jumlah pasien Covid-19 cukup tinggi, tetapi jumlah pasien yang sembuh juga cukup signifikan.

Banyak dari mereka yang sehat dan "berenergi" dengan fungsi paru-paru sudah normal lagi.

Hal tersebut disampaikan oleh ahli pernapasan di Hong Kong.

Ia juga sebutkan virus Corona memiliki after-effect atau efek samping yang lebih ringan pada para penyintas dibandingkan yang dialami penyintas Sars.

Baca Juga: Suaminya Meninggal karena Covid-19, Wanita ini Temukan Pesan Terakhir sang Suami untuknya di Ponsel Setelah Suaminya Meninggal, Isinya Bikin Haru

Namun Dr. David Hui Shu-cheong ingatkan jika Hong Kong harus bersiap untuk "perang yang panjang" melawan pandemi tersebut sampai vaksin siap di tahun depan.

Pasalnya bertambahnya kasus akan bertambah lagi dengan belahan bumi selatan memasuki musim dingin pada Juni mendatang, dan juga sama di Hong Kong akan alami musim dingin pada Desember.

Hong Kong telah mencatat 1035 kasus Covid-19 dengan empat kefatalan.

Dari itu, 725 pasien telah sembuh, atau sekitar 70 persen dari seluruh kasus.

Baca Juga: Inilah Pemimpin Dunia yang Terpopuler Berinteraksi Lewat Facebook Saat Pandemi Virus Corona, Jokowi Salah Satunya

Dr. Hui, ketua departemen pengobatan dan terapi di Chinese University mengatakan dokter di Prince of Wales Hospital, yang bekerjasama dengan institusinya telah menambahkan lebih dari 10 pasien sembuh dan pulang.

Semuanya tunjukkan tidak ada efek samping setelah infeksi.

"Dari 70 pasien yang dirawat di Prince of Wales Hospital, sekitar separuhnya telah sembuh dan lebih dari 10 orang telah lakukan perjanjian follow-up.

"Semua paru-paru mereka normal, dan mereka bisa bernapas normal tanpa kesulitan apapun," ujarnya dalam program radio pada Sabtu.

Baca Juga: Viral Gaji Rp80 Juta tapi Langsung Kalang Kabut saat Di-PHK, Apa yang Salah? Sebenarnya Berapa Besar Gaji yang Ideal?

Awal Maret lalu, studi lain oleh Princess Margaret Hospital, temukan jika 2 dari 3 pasien di antara 12 kasus sembuh masih kesulitan bernapas.

Hui menyebut perlu waktu untuk melihat adakah konsekuensi jangka panjang dari infeksi Covid-19, tetapi perbandingan dengan pasien Sars di tahun 2003 tunjukkan perbandingan berarti.

Untuk dibandingkan di Hong Kong saja dari 1035 pasien Covid-19, hanya 5 persen dirawat di ICU dan di antara mereka, 30 orang memiliki pola sama yaitu adanya permukaan mengkilat dan beku di paru-paru mereka.

Sementara saat wabah Sars, seperempat dari 1755 pasien berada di ICU.

Baca Juga: Buka Puasa dengan Kurma Seperti Di-sunnah-kan Nabi Muhammad Memang Terbukti Baik Bagi Tubuh, Tapi Jadi 'Sia-sia' Jika Setelahnya Kita Makan Ini

"Aku mengikuti para pasien Sars selama dua tahun setelah wabah itu ada, dan 20 persen dari mereka yang pernah berada di ICU masih merasakan efek di paru-paru mereka," ujar Hui.

"Jika dibandingkan, kita memiliki lebih sedikit orang yang ada di ICU saat ini, dan sepertinya pasien Covid-19 yang lain bisa sembuh sepenhnya, seiring dengan tubuh dapat membaik sendiri," tambahnya.

Rata-rata lama inap pasien Covid-19 di rumah sakit adalah 17 hari, dan sebagian besar memiliki viral load rendah setelah 10 hari.

Ada juga yang masih diisolasi yang menunggu tes selanjutnya untuk mengkonfirmasi jika virus di dalam mereka telah mati.

Baca Juga: Horor, Virus Corona Bisa Bertahan 3 Hari di Permukaan Bus dan Kereta Seperti Dijelaskan Gubernur ini, Masih Yakin Ingin Mudik?

Mereka bisa bermain dengan telepon mereka, berolahraga selama isolasi dan sebagian dari mereka sangat sehat dan enerjik.

Meski begitu, laju penyebaran virus ini masih mencemaskan banyak pihak.

Sebagai penasihat penyakit menular kepada pemerintah, Hui setuju jika penyebaran Covid-19 telah melemah di beberapa minggu terakhir.

Namun tantangannya masih banyak.

Baca Juga: Bermula dari Persahabatan, Jalinan Asmaranya dengan Anggota Gangster Brutal Jepang 'Yakuza' Bersemi di dalam Tahanan, Namun Nasib Polisi Wanita Ini Berakhir Tragis

"Kami telah melihat banyak kasus di seluruh dunia, dan masih ada kasus gelombang kedua di pulau China.

"Oleh sebab itu, kita harus tetap waspada," ujar Hui.

Di bulan Juni, Australia dan Selandia Baru mungkin laporkan lebih banyak kasus pada musim dingin, dan Hong Kong juga bisa alami hal yang sama pada Desember.

"Ini adalah pandemi satu kali dalam seabad, dan tidak cukup bagi semua negara untuk hanya baik-baik saja," ujar Hui.

Baca Juga: Angkatan Lautnya Tak Ragu untuk Membunuh, Begini 10 Cara Jenius untuk Kabur dari Negara Tertutup Korea Utara yang Jarang Diketahui Orang

"Kontrol infeksi yang kita miliki, termasuk penggunaan masker, mungkin masih perlu dilakukan sampai pertengahan Juni tahun depan, saat vaksin akhirnya benar-benar siap."

Hui merasa tertekan terlebih membahas pengelolaan aturan jaga jarak, harusnya masih perlu dijaga denga ketat dan China jangan segera membuka perbatasan mereka.

Di akhir diskusi, ia katakan jika jumlah kasus lokal tetap rendah di Hong Kong pada dua minggu ke depan, beberapa peraturan dapat dihentikan seperti perbolehkan pegawai sipil kembali bekerja, membuka kembali beberapa tempat kerja dan melanjutkan sekolah mulai pertengahan Mei.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait