Find Us On Social Media :

Saksikan Sendiri Soekarno Diperlakukan Sewenang-wenang oleh Pelayan di Akhir Masa Kejayaan, Mantan Ajudan Merasa Tak Tahan, Sekadar Minta Nasi Kecap Buat Sarapan pun Ditolak

By Muflika Nur Fuaddah, Jumat, 24 April 2020 | 15:15 WIB

Bung Karno di masa-masa akhir masa jabatannya sebagai presiden

Intisari-online.com - Ini sebuah kisah tragis mantan Presiden Soekarno di masa akhir kepemimpinannya.

Kisah ini dicuplik dari buku berjudul "Maulwi Saelan, Penjaga Terakhir Soekarno" terbitan Penerbit Buku Kompas 2014 dan ditulis oleh Asvi Warman Adam, Bonnie Triyana, Hendri F. Isnaeni, M.F. Mukti

Pada suatu pagi di Istana Merdeka, Soekarno minta sarapan roti bakar seperti biasanya.

Langsung dijawab oleh pelayan:

Baca Juga: Petugas Kaget, Wanita yang Dididagnosis Mati Ini Bergerak-gerak di dalam Kantong Jenazah saat Persiapan Pemakaman

“Tidak ada roti.”

Soekarno menyahut, “Kalau tidak ada roti, saya minta pisang.”

 

Dijawab, “Itu pun tidak ada.” Karena lapar, Soekarno meminta, “Nasi dengan kecap saja saya mau.”

Lagi-lagi pelayan menjawab, “Nasinya tidak ada.”

Baca Juga: Gembar-gembor Mampu Tekan Penyebarannya, Kasus Corona di China Justru Diklaim 4 Kali Lebih Banyak dari yang Dilaporkan, Lampaui Spanyol dan Italia, Ini Penyebabnya

Akhirnya, Soekarno berangkat ke Bogor untuk mendapatkan sarapan di sana.

Maulwi Saelan, mantan ajudan dan kepala protokol pengamanan presiden juga menceritakan penjelasan Soekarno bahwa dia tidak ingin melawan kesewenang-wenangan terhadap dirinya.

Baca Juga: New York Jadi Pusat Corona di AS, Walikota Distribusikan 500.000 Makanan Halal untuk Muslim di Bulan Ramadan

“Biarlah aku yang hancur asal bangsaku tetap bersatu,” kata Bung Karno.

Di saat lain, setelah menjemput dan mengantar Mayjen Soeharto berbicara empat mata dengan Presiden Soekarno di Istana, Maulwi mendengar kalimat atasannya itu:

Baca Juga: '2 Minggu Saja Selesai Negara Dinasti Kim Itu,' Inilah 6 Deret Persenjataan Usang Korea Utara yang Harusnya 'Dimuseumkan', Masih Berani Nantangin Amerika?

”Saelan, biarlah nanti sejarah yang mencatat, Soekarno apa Soeharto yang benar.”

Maulwi Saelan tidak pernah paham maksud sebenarnya kalimat itu.

Ketika kekuasaan beralih, Maulwi Saelan ditangkap dan berkeliling dari penjara ke penjara.

Baca Juga: Dianjurkan Nabi Muhammad SAW Makan Kurma Sebelum Berbuka Puasa, Ternyata Ada Manfaat 'Ajaib' Mendahulukan Makan Kurma Sebelum Berbuka

Dari Rumah Tahanan Militer Budi Utomo ke Penjara Salemba, pindah ke Lembaga Pemasyarakatan Nirbaya di Jakarta Timur.

Sampai suatu siang di tahun 1972, alias lima tahun setelah ditangkap, dia diperintah untuk keluar dari sel.

Ternyata itu hari pembebasannya.

Baca Juga: Tak Cukup Bikin Dunia Kelabakan, Virus Corona Juga Picu Konflik Baru antara China dan Negara Barat

Tanpa pengadilan, tanpa sidang, namun dia harus mencari surat keterangan dari Polisi Militer agar tidak dicap PKI.

“Sudah, begitu saja,” kenangnya. (*)

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari