Find Us On Social Media :

Beginilah Perjuangan Merebut Irian Barat, Bertempur dan menyerang Dari Dalam

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 1 Mei 2018 | 09:00 WIB

Pada 11 Januari 1962 Brigjen Soeharto, Panglima Cadangan Umum Angkatan Darat (Caduad), diangkat menjadi Panglima Komando Mandala dan dinaikkan pangkatnya menjadi Mayor Jenderal.

Untuk merealisasikan Kampanye Trikora, Komando Mandala Pembebasan Irian Barat menyusun tiga pekerjaan. Tahap infiltrasi, Tahap Penghancuran (Ekspolitasi), dan Tahap Konsolidasi.

Rincian penahapan itu dibuat dan ditandatangani oleh Panglima Komando Mandala Mayjen TNI Soeharto pada 16 Februari 1962.

Perebutan Jayawijaya dan Jayapura

Infiltrasi dalam skala terbatas sebenarnya pernah dilakukan di tahun 1950-an dan awal 1960-an. Misalnya ke Pulau Gag pada 1952 yang dipimpin oleh Ali Kahar.

Setahun kemudian, infiltrasi ke Fak-fak dipimpin Sersan Kalalo M.L. dengan wakil Kopral B.P.X. Sauth. Infiltrasi ke Teluk Etna (Kaimana) pada 1954 dipimpin oleh J.A. Dimara.

Ketika itu tim kecil ini mengedarkan uang kertas Republik Indonesia di Irian Barat. Sayang, tim 42 orang itu belakangan tertangkap.

Baca juga: Sebagai Aset Sejarah dan Wisata Nilai Kekayaan di Museum Dirgantara Mandala Yogya Capai Jutaan Dolar

Lantas ada Operasi Sandi A dan B yang dilaksanakan pada 9 November 1960. Pada tanggal itu, dari Pulau Buru diberangkatkan kelompok infiltran pertama menuju Teluk Etna.

Dipimpin oleh Lettu Inf. Antaribawa, kelompok ini bertugas menyusup dan mempengaruhi penduduk setempat agar mau melawan Belanda. Sedangkan Operasi Sandi C bertugas berdiplomasi di luar negeri untuk memperlemah kedudukan Belanda di Irian Barat.

Lalu pada 14 November dikirim kelompok 33 orang di bawah pimpinan Letnan Inf. Djamaluddin Nasution untuk melakukan pendaratan di Teluk Cenderawasih di Kep. Raja Ampat.

Sementara itu Presiden Sukarno mendesak Kepala Staf KOTI Mayjen TNI Ahmad Yani supaya Operasi Infiltrasi segera dilaksanakan guna mendukung diplomasi.