China Dituduh Palsukan Jumlah Kematian Akibat Covid-19, Intelijen AS Ungkapkan Jumlah Sebenarnya Korban yang Meninggal Mencengangkan

Afif Khoirul M

Penulis

Intelijen AS membuat laporan bahwa China memalsukan jumlah sebenarnya dan menuduh Beijing secara sistematis mengecilkan angkanya.

Intisari-online.com - Sejauh ini China telah berhasil mengatasi pandemi virus corona yang melanda negaranya sejak Desember silam.

China sendiri adalah negara pertama yang mengalami dampak ini, namun perlahan mereka berhasil mengatasi masalah tersebut.

Bahkan jumlah korban yang terinfeksi dan jumlah kematiannya kini lebih sedikit daripada Italia, Spanyol maupun Amerika Serikat.

Karena hal itu China dituduh menutupi jumlah kematian akibat virus corona, dengan jumlah sebenarnya melebihi yang diperkirakan.

Baca Juga: Ingin Stok Bahan Makanan Demi Kurangi Keluar Rumah di Tengah Pandemi Corona? Berikut 6 Tips Menyimpan Bahan Makanan Agar Lebih Tahan Lama dan Aman Dikonsumsi!

Melansir Daily Express secara resmi China memiliki jumlah pasien 120.000 orang dengan korban jiwa mencapai 3.339 orang meninggal dunia.

Akan tetapi jumlah itu terlalu kecil dibandingkan dengan beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat saat ini.

Intelijen AS membuat laporan bahwa China memalsukan jumlah sebenarnya dan menuduh Beijing secara sistematis mengecilkan angkanya.

Para pejabat CIA mengatakan di Gedung Putih dalam sebuah laporan yang bocor, bahwa China meremehkan kematian akibat Covid-19.

Baca Juga: Jumlah Korbannya Melonjak Tidak Karuan, Iran Bersikeras Menuduh Pandemi Covid-19 Sebagai Perang Biologis Tapi Korbannya Malah Makin Banyak

Sumber lain mengatakan, krematorium di negara itu telah berjalan 24 jam sehari dengan 40.000 guci pemakaman ekstra yang dibawa ke Wuhan.

Pembangkang China Jennfer Zeng memantau wabah ini di seluruh negerinya.

Mengatakan, "banyak sumber mengatakan pada kami bahwa Wuhan sedang bersiap membangun 15 rumah sakit darurat untuk mengtasi jumlah korban."

"Tetapi setelah kunjungan Presiden Xi Jinping pejabat tiba-tiba menyatakan pasien rumah sakit harus dikirim pulang," katanya.

"Pasien dibebaskan tanpa diagnosis dan diuji dengan benar. Mereka ingin kota dibuka kembali untuk kegiatan ekonomi, jadi mereka hanya berpura-pura bahwa virus itu sudah terkendali," terangnya.

"Tapi kami telah melihat mayat dipindahkan pada malam hari, orang-orang runtuh di jalanan dan kami mendengar rumah sakit dengan 100 korban seminggu terakhir," jelasnya.

Baca Juga: Pastikan Menerapkan 10 Cara Meningkatkan Kekebalan Tubuh Ini Demi Menurunkan Risiko Tertular Virus Corona, Tak Semudah Kelihatannya, Adakah yang Masih Belum Anda Lakukan?

"Angka 3.000 kematian itu adalah mutlak,tetapi berdasarkan rata-rata dunia rasio Italia saya percaya setidaknya ada puluhan ribu kematian," imbuhnya.

"Atau mungkin saja ratusan ribu kematian," paparnya.

Sumber lain di Provinsi Guanxi Barat Daya China mengatakan, "beberapa orang mengatakan jumlah ini harus dikalikan 10 yang lain mengatakan harus dikalikan 40."

"Mereka mengirim 40.000 guci pemakaman ke Wuhan, jadi semua orang tahu angka yang dirilis pemerintah itu bohong," katanya.

Klaim tersebut mengikuti penurunan dalam kasus Covid-19 yang dilaporkan telah bertambah sejak kemuculan Presiden Xi Jinping di Wuhan pada 10 Maret lalu.

Dia mengatakan dalam video kepada pekerja rumah sakit untuk menadai kemenangan China atas wabah tersebut.

Baca Juga: Tetap Penuhi Gizi di Tengah Pandemi, Salah Satunya dengan Konsumsi Ikan, Begini Cara Goreng Ikan Agar Tidak Menempel di Wajan!

Sejak kunjungan itu dilaporkan ada 200 kematian yang dilaporkan menurut statistik resmi.

Negara Komunis itu mengklaim memiliki tingkat kematian hanya 2,4 orang perjuta dibandingkan 90 per juta di Inggris dan 300 per juta di Spanyol.

Namun, pada bulan Februari krematorium di Wuhan dilaporkan bekerja 24 jam,bahkan dalam sehari membakar ratusan mayat.

Artikel Terkait