Find Us On Social Media :

'Paru-paru Membiru Kemudian Mati Lemas' Ilmuwan Ungkapkan Cara Kerja Virus Corona Menyerang Paru-paru Sehat Kemudian Membunuhnya

By Afif Khoirul M, Minggu, 12 April 2020 | 09:28 WIB

Ilustrasi virus corona

Intisari-online.com - Virus corona adalah sebuah penyakit yang menyerang pernapasan.

Hampir semua penderitanya dalam kondisi parah, akan mengalami sesak napas setidaknya itulah yang diungkapkan oleh ilmuwan.

Kali ini, sebuah video dirilis oleh llmuwan menunjukkan bagaimana virus corona menyerang paru-paru sehat kemudian membunuhnya.

Melansir Daily Mirror pada Sabtu (11/4/20) ilmuwan meneliti pada pasien Covid-19 yang berusia 59 tahun tanpa masalah tekanan darah tinggi.

Baca Juga: Di Tengah Pandemi Covid-19 yang Terus Menyebar, Presiden Jokowi Punya Kabar Bahagia untuk Warga Kurang Mampu dan Pengangguran

Awalnya pasien tersebut tidak menunjukkan gejala selama beberapa hari sebelum dirawat di Rumah Sakit Universitas Washington DC.

Namun, kemudian dia mendapatkan gejala seperti batuk, demam, dan sesak napas yang dengan cepat meningkat.

Pasien dihubungkan dengan ventilator, dan petugas medis menggunakan Virtual Reality (VR) untuk melihat ke dalam paru-parunya.

Hasilnya mengejutkan, sepasang paru-paru yang sehat ditemukan akan membiru.

Baca Juga: Indonesia Diminta Tegas Agar Tak Jadi Episentrum Baru Pandemi Covid-19, 'Peraturannya Sudah Banyak, Tinggal Dipatuhi Saja'

Kemudian, aveoli (kantung udara) pria tersebut akan mati lemas hingga berwarna kuning, mewakili peradangan dari virus.

Peradangan mencegah paru-paru mampu mengoksigenasi darah dan menghilangkan karbon dioksida.

Hal ini menyebabkan pasien terengah-engah, atau berusaha menghirup udara sebanyak-banyaknya untuk menyeimbangkan kadar oksigen dan karbon dioksida.

Dr Keith Mortman mengatakan kepada New York Times bahwa virus menyerang dan menyebabkan kerusakan pada paru-paru.

"Sekitar satu minggu berada di rumah sakit, sayangnya pasien itu meninggal," kata Dr Mortman.

Beberapa ahli membandingkan Covid-19 dengan ARDS (Acute Respiratory Distress Sydrome) yang menciptakan lapisan tebal di atas jaringan yang melapisi permuaan luar organ dan pembuluh darah.

Baca Juga: Di Tengah Upaya Hentikan Gelombang Infeksi Kedua, Kasus Corona di China Naik, Pasien Tanpa Gejala dan Hal Ini Diduga Jadi Pemicunya

Saat lapisan itu menjadi tebal, ia menghentikan oksigen dan memasuki aliran darah kemudian mencekik organ.

Dr Mortman menjelasn, "apa yang kami lihat ini adalah kerusakan organ yang cepat dan progresif pada paru-paru sehingga memerlukan tingkat dukungan tinggi dari ventilator." 

"Saat itu rumah sakit menghubungi tim ahli untuk pasien supaya mendapatkan ECMO, atau oksigenasi membran ektrakorporeal," katanya.

ECMO melibatkan pengambilan darah dari tubuh dan memasukannya dengan oksigen dan mengembalikannya ke tubuh adalah salah satu teknologi canggih yang digunakan rumah sakit.

Kerusakan paru-paru yang ditimbulkan Covid-19 memungkinkan kerusakan lanjutan pada paru-paru orang yang selamat.

Ketika peradangan tidak mereda dalam waktu yang lama itu akan menciptakan kerusakan dalam jangka panjang.

Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Lagi, Ketahuilah 10 Cara Perawatan dari Biduran Kronis Ini, Salah Satunya Tetap Tenang dan Jangan Stres, Apa Lagi?

"Itu akan berdampak pada kemampuan seseorang untuk bernapas dalam jangka panjang," kata Dr Mortman.

Dia juga menambahkan sektar 20 persen dari mereka yang tertular Covid-19 mengalami gejala dan sebagian dari mereka mengembangkan gejala yang parah akhirnya membutuhkan bantuan mekanik pernapasan.

Sekitar 2-4 persen pasien dengan Covid-19 yang mengalami kerusakan paru-paru tidak bisa dipulihkan.