Find Us On Social Media :

Selain Letusan Krakatau yang Tewaskan Lebih dari 36.000 Orang, Ini 3 Letusan Gunung Api dengan Korban Terbanyak Sepanjang Masa

By Mentari DP, Sabtu, 11 April 2020 | 10:30 WIB

Gunung Anak Krakatau meletus Jumat 10 April 2020 malam.

Intisari-Online.com - Dilansir dari kompas.com pada Sabtu (11/4/2020), Gunung Anak Krakatau kembali erupsi pada Jumat (10/4/2020) malam sekitar pukul 21.58 WIB. 

Menurut Rahmatullah, seorang warga Pulau Sebesi yang berada 19 kilometer dari Gunung Anak Krakatau, abu tebal ikut menyembur sejak gunung di Selat Sunda itu meletus.

“Abunya tebal, dari jam 12 malam tadi turun."

"Sampai di depan rumah ini masih ada abunya,” kata Rahmatullah.

Baca Juga: Letusan Gunung Anak Krakatau Bukan Apa-apa, Ini 2 Gunung Api Indonesia dengan Letusan Paling Dahsyat, Bahkan 100 Kali Lebih Kuat!

Seperti yang kita tahu, Gunung Anak Krakatau merupakan salah satu 'peninggalan' dari letusan dahsyat Gunung Krakatau pada tahun 1883.

Letusan tersebut mengakibatkan seluruh dunia tertutupi abu hingga berbulan-bulan lamanya.

Suara letusannya bahkan terdengar hingga Australia dan Pulan Rodrigues yang berjarak lebih dari empat ribu kilometer dari Krakatau.

Matahari terbenam di berbagai wilayah di dunia terlihat benar-benar merah akibat pembelokkan cahaya di atmosfer terhalang oleh abu.

Baca Juga: Bukan dari Gunung Anak Krakatau atau Langit, Ini Penjelasan Dentuman Misterius yang Didengar Warga, 'Percaya atau Tidak, Bumi Kita Memang Bicara'

Suhu Bumi turun drastis dalam waktu beberapa tahun berikutnya.

Tsunami dengan ketinggian 37 meter pun menghantam Jawa dan Sumatera, menewaskan sekitar 36.000 orang, dilansir dari Britannica dan History.

Gelombang tsunaminya bahkan terus melebar hingga mengakibatkan tsunami di wilayah lain.

Usai meletus, ada tiga kawah yang masih aktif dan tertinggal di Selat Sunda, bekas tempat Krakatau meletus, salah satunya Anak Krakatau.

Secara keseluruhan, Belanda (penguasa kolonial Indonesia pada saat itu) memperkirakan korban tewas mencapai 36.417, sementara perkiraan lainnya melebihi 120.000.

Peristiwa letusan Gunung Krakatau tersebut ternyata bukan satu-satunya letusan spektakuler yang pernah terjadi.

Berikut tiga letusan gunung berapi dengan korban terbanyak sepanjang masa.

1. Gunung Tambora, Pulau Sumbawa, Indonesia

Meletus pada 10-11 April 1815, abu yang dimuntahkan Gunung Tambor hingga setebal 1 cm di area seluas lebih dari 500.000 kilometer persegi.

 

Sebelum meletus, ketinggiannya 4.300 meter.

Setelahnya, area puncaknya setinggi 1.400 meter hilang.

Diperkirakan 10.000 jiwa melayang akibat letusan ini dan tsunami yang menyusulnya.

Tak hanya itu, 82.000 manusia diperkirakan tewas setelahnya akibat terkena wabah dan gagal bertani karena abu yang menyelimuti lahan pertanian.

Baca Juga: Waspada, Pakar Ini Sebut Indonesia Harus Bersiap Alami Lonjakan Kasus Covid-19, 'Perang Lawan Corona Bisa Sampai 6 Bulan ke Depan'

2. Gunung Mont Pelee, Puau Martinique, Laut Karibia

Gunung Pelee meletus pada 8 Mei 1902.

Meski 'hanya' memuntahkan abu vulkanik kurang dari satu kilometer kubik, letusan Gunung Pelee membunuh lebih dari 29.000 jiwa.

Penyebabnya adalah awan panas yang bergerak cepat menuruni gunung dan menyapu habis Pelabuhan Saint-Pierre.

Hanya dalam hitungan menit, seluruh kota bersama penghuninya lenyap terbakar awan panas yang bersuhu 600-700 derajat Celcius.

3. Gunung Nevado del Ruiz, Pegunungan Andes, Kolombia

Gunung setinggi 5.400 meter ini meletus pada 13 November 1985.

Letusannya kecil, tetapi mengakibatkan kematian 22.000 orang.

Penyebabnya, puncak gunung ini tertutupi 'tudung' es.

Ketika terjadi letusan, awan panas menyapu dan melelehkan lapisan es di sekitarnya.

Banjir lumpur pun mengalir deras ke kota Armero dan mengubur semua yang ada di bawahnya.

Itu dia letusan dengan jumlah korban jiwa terdahsyat sepanjang sejarah.

Semoga, sejarah Krakatau tidak terulang lagi dalam waktu dekat.

(Chandra Wulan)

(Artikel ini sudah tayang di Grid.ID dengan judul "Selain Krakatau, Inilah 3 Letusan Gunung Berapi dengan Korban Terbanyak Sepanjang Sejarah")

Baca Juga: WHO Sebut Indonesia dan India Berpotensi Jadi Episenter Baru Pandemi Virus Corona, Ini Alasannya