Find Us On Social Media :

Lempar Cakram, Olahraga Atletik Tertua, Tidak Heran Susah Memenanginya

By K. Tatik Wardayati, Minggu, 6 Mei 2018 | 11:45 WIB

Baca juga: Masih Muda dan Tidak Diunggulkan, Namun Lanny Kaligis Menjadi Ratu Gelanggang Tenis Asian Games

Untuk meringankan rasa sakitnya, Oerter dibalut-ketat pada bagian dadanya dan diberi gelang penekan pada lehernya. Sementara bagian yang cedera dikompres dengan es.

Setelah empat giliran di babak final tampak tidak ada harapan bagi Oerter. Prestasinya jauh di bawah rekor dunianya, sementara itu atlet Ceko Danek memimpin dengan 60.51 m. Untuk gilirannya yang kelima Oerter nekat melepaskan gelang penahan pada lehernya.

Dengan menahan rasa sakit pada dadanya dan tidak memperdulikan sama sekali nasehat dokter Al Oerter mengerahkan segala kebisaan dan tenaganya. Cakram terlempar sejauh 61.00 m, rekor Olimpik baru dan untuk ketiga kalinya medali emas baginya.

Setelah Olimpiade Tokio diperkira masa bertanding bagi Oerter sudah berlalu, la sudah tiga Olimpiade berturut-turut memenangkan medali emas untuk nomor sama, usianya telah mencapai 28 tahun, saingan-saingannya yang lebih muda telah mendesak maju.

Tahun 1965 Ludvik Danek menumbangkan rekor dunia Oerter, menjadi 65.22 m. Menjelang Olimpiade Meksiko 1968 Jay Silvester makin berprestasi baik, bahkan menciptakan rekor dunia baru, 68.40 m.

Namun, Al Oerter tidak berniat berhenti berlomba, kendati umurnya sudah 30 lebih, sudah berputra empat.

Dia berhasil lagi terpilih untuk memperkuat regu atletik AS, dan di kota Meksiko kembali menggondol medali emas, prestasinya pun rekor Olimpik lagi, 64.78 m.

Di kota Meksiko ini terbukti  kemampuan Al Oerter, kemampuan untuk menyesuaikan diri pada keadaan. Di babak kwalifikasi pemegang rekor dunia, Jay Silvester, secara gamblang membuktikan dirinya terbaik, rekor Olimpik baru diciptakannya, 63.34 m.

Esok harinya arena perlombaan basah, becek akibat hujan lebat yang turun sejak tengah malam. Terutama lingkaran lempar cakram becek sekali. Al Oerter mampu menyesuaikan tekniknya pada keadaan lapangan ini, sebaliknya Jay Silvester hanya mampu menempatkan diri pada urutan ke-6.

Tahun 1979 Al Oerter mempersiapkan diri untuk Olimpiade 1980, sayang AS tidak mengirim regu ke Moskow. Tetapi sekarang ini setelah menerima bintang jasa Olimpiade dia bertekad untuk berlomba lagi dalam Olimpiade 1984 di Los Angeles.