Find Us On Social Media :

Sudah Dilarang Mudik, Nyatanya 14.000 Orang dari Jabodetabek Mudik ke Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DIY dalam 8 Hari Terakhir

By Mentari DP, Senin, 30 Maret 2020 | 12:55 WIB

Ilustrasi mudik.

Intisari-Online.com - Pemerinta sudah melarang setiap warga untuk mudik ke kampung halamannya.

Bahkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranomo, dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, sudah melarang warganya untuk mudik.

Jika ada yang berani mudik di saat wabah virus corona seperti ini, maka statusnya akan menjadi Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan wajib isolasi selama 14 hari.

Ini dilakukan karena angka pasien virus corona, baik yang positif, status ODP, dan status PDP, di daerah bertambah banyak.

Baca Juga: 'Cairan Disinfektan Hanya Untuk Benda Mati, Tak Bisa Lindungi Manusia'

Dan rata-rata mereka baru saja melakukan perjalanan dari wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Sebagai contoh, pasien pertama yang positif virus corona di Tegal baru pulang bekerja di Dubai, Uni Emirat Arab dan dari Jakarta menuju Kota Tegal.

Dan dia melakukan perjalanan menggunakan kereta api dari Jakarta ke Tegal.

Artinya mereka yang duduk di sebelah pasien atau mereka yang satu gerbong bisa terinfeksi juga.

Inilah yang membuat pemerinta melarang mudik. Karena mereka bisa menginfeksi keluarga dan orang lain selama perjalanan mudik.

Baca Juga: Terjadi Lagi, Pasien PDP Virus Corona Kabur dari Rumah Sakit, 'Pasien Kabur Lewat Jendela Ruang Isolasi'

Namun faktanya, Presiden Joko Widodo menyebut ada 14.000 orang dari wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi yang mudik ke kampung halamannya dengan menggunakan bus dalam 8 hari terakhir.

"Selama 8 hari terakhir ini ada 876 armada bus antar provinsi yang membawa kurang lebih 14.000 penumpang dari Jabodetabek ke Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DIY," kata Jokowi pada Senin (30/3/2020).

Jumlah itu belum termasuk arus mudik dini yang menggunakan moda transportasi lainnya, seperti kereta api, kapal laut, pesawat serta mobil pribadi.

Presiden menyebut arus mudik yang terjadi jauh sebelum lebaran ini disebabkan karena warga terdampak physical distancing sebagai upaya pencegahan virus corona Covid-19.

Para warga yang mudik itu rata-rata adalah pekerja informal yang mengandalkan pendapatan harian.

"Mereka terpaksa pulang kampung karena penghasilan turun sangat drastis atau bahkan hilang," kata Jokowi.

Baca Juga: Warga Tolak Pemakaman Jenazah Pasien PDP Covid-19: Jangan Takut, Sudah Ada Tata Cara Pemakaman Jenazah Pasien Covid-19

Untuk itu, Jokowi meminta gubernur, bupati, dan walikota meningkatkan pengawasan kepada pemudik yang baru tiba di wilayahnya.

Jokowi menilai pengawasan di wilayah masing-masing sangat penting sekali untuk mencegah para pemudik itu menularkan virus corona kepada orang di kampung halamannya.

"Saya sudah menerima laporan dari gubernur jawa tengah, gubernur DIY bahwa di provinsi sudah menerapkan protokol kesehatan yang ketat, baik di desa maupun kelurahan bagi para pemudik."

"Ini saya kira insiatif yang bagus," kata Jokowi.

Terakhir, Presiden Jokowi juga meminta jajarannya merumuskan langkah yang lebih tegas untuk mencegah lebih banyak warga yang mudik.

Pemerintah sendiri saat ini tengah menyusun peraturan tentang karantina wilayah. 

(Ihsanuddin)

(Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jokowi: 14.000 Orang Mudik dengan Bus dalam 8 Hari Terakhir")

Baca Juga: Putri Spanyol Jadi Anggota Keluarga Kerajaan Pertama yang Meninggal Karena Covid-19, Usianya 86 Tahun