Find Us On Social Media :

Nasib Tragis KRI Irian: Pernah Menjadi Kebanggaan di Zaman Bung Karno, Kini Jadi Besi Tua dan Dijual ke Taiwan di Era Pak Harto

By Agustinus Winardi, Sabtu, 21 April 2018 | 18:00 WIB

Tapi dengan empat kubah kanon yang masing-masing berisi tiga buah laras berukuran 12,5 cm tipe 57 tentunya bukan lawan yang ringan untuk kapal perang jenis Frigat atau Destroyer.

Apalagi KRI Irian  masih dilengkapi sejumlah persenjataan tambahan berupa 12 kanon kaliber 10 cm, 32 kanon kaliber 3,5 cm, 4 Tripel Gun kaliber 20 mm.

Bahkan untuk melawan kapal selama, KRI Irian dilengkapi  10 tabung torpedo kaliber 533 mm.

KRI Irian sebenarnya sejak awal tidaklah dipersiapkan untuk beroperasi di daerah tropis. Untuk itu sebelum diserahkan ke ALRI rencananya akan dilakukan sejumlah modifikasi.

Baca juga: KRI Ahmad Yani 351 hingga KRI Sultan Iskandar Muda 367, Begini Asal-usul Nomor Lambung Kapal Perang TNI AL

Tapi begitu mengetahui biayanya yang terlalu tinggi perubahan itu urung dilakukan.

Namun, mengingat kapal ini sejak awal didesain untuk daerah dingin maka ketika dibeli oleh Indonesia yang beriklim tropis mau tidak mau ventilator kapal harus ditambah.

Tujuannya guna menambah sirkulasi udara di dalam ruangan kapal dan untuk memenuhi kebutuhan teknis itu, genset sebagai tenaga penggerak diganti menggunakan kapasitas yang lebih besar.

Di luar Uni Soviet pengguna kapal kelas Sverdlov ini pada zaman itu (1960-an)  hanya Indonesia.

Dalam penjualan  kapal kelas Sverdlov,  Uni Soviet memang sangat selektif dan berusaha keras agar pihak Barat tidak mengetahui teknologi yang dimiliki.

Baca juga: Kisah Ajaib di Balik Jatuhnya Pesawat Dakota AURI yang Ditembak oleh Pesawat Tempur Belanda pada Operasi Trikora

Oleh karenanya Uni Soviet berprinsip tidak akan pernah menjual kapal sebesar itu ke pihak luar selain kepada sahabat dekatnya.