Find Us On Social Media :

Merasa Ajalnya Sudah Dekat, RA Kartini Titipkan Anak yang Bahkan Belum Dilahirkannya

By K. Tatik Wardayati, Sabtu, 21 April 2018 | 08:30 WIB

Baca juga:Museum Kartini: Gambaran Kesederhanaan, Keuletan dan Kegenitan Sang Pejuang Wanita Indonesia

Tanggal 8 Nopember 1903 Kartini secara resmi menjadi Raden Ajeng Adipati Joyo Adiningrat. Upacara pernikahan sangat sederhana.

Teman karibnya, Stella, tak dapat membenarkan putusan itu. Tetapi Kartini yakin, dalam kedudukannya yang baru ia dapat meneruskan cita-citanya.

Di Rembang Kartini ingin mendirikan perkumpulan pembatik yang bekerja dibawah pimpinaanya dengan biaya bersama. Rencana ini tak dapat dilaksanakan. Suaminya sakit keras  dan kemudian ia sendiri sering sakit. Mungkin karena pergantian hawa.

Ia toh membuka sebuah sekolah yang dikunjungi anak-anak suaminya dan anak-anak lain.

Ternyata Kartini mengandung. la tak mau mengasoh diwaktu siang, kecuali jika terlalu lelah. la tetap memberi pelajaran pada murid-muridnya karena bulan September, bila ia bersalin, mereka toh harus diliburkan.

Dalam surat-suratnya yang ditulis di masa itu ternyata penghargaannya yang tinggi terhadap suaminya dan harapan besar pada anaknya yang sedang dikandung.

“Cita-cita untuk anakku ialah : bila perempuan, supaya ia kelak bebas mencari pengalamannya sendiri. Semoga ia dapat meneruskan cita-cita ibunya. Ia tak akan dipaksa melakukan sesuatu  yang bertentangan dengan prinsipnya. Aku senantiasa akan menjaga kesejahteraan rohaninya dan ajahnya tak akan memaksa dia melakukan sesuatu."

Kartini merasa ada sesuatu yang kurang beres. Pada tanggal 24 Agustus ia menulis surat pada Ny. Abendanon, seolah-olah merasa ajalnja sudah dekat.

“Mungkin surat ini suratku terakhir," tulisnya, tetapi ternyata tidak benar.

Baca juga: Kartini Terlalu Cerdas untuk Jadi Beo

Sutat ini masih disusul sepucuk surat yang benar-benar terakhir, yaitu dari tanggal 7 September 1904.

Menurut Roekmini Kartini tak mau hidup lebih dari 25 tahun. Kemudian waktu hamil, sering ia menitipkan anaknya, bila ia kelak tak ada lagi, katanya.

Roekmini mula-mula menganggap ucapan-ucapan itu sebagai sesuatu yang biasa. Wanita dalam keadaan itu memang suka gelisah. Pada suaminya ia juga mengatakan bahwa ia akan mendahuluinya. Firasatnya ternyata benar.

Tanggal 12 September Kartini merasa saat untuk melahirkan sudah tiba. Dr. Ravensteyn dari Pati dipanggil. Keesokan harinya dokter datang. Malam itu seorang anak laki-laki dilahirkan dengan selamat.  Karena keadaan Kartini baik, dokter pulang ke Pati dengan hati Iega.

Tanggal 17 September 1904 Dr. Ravensteyn mengunjungi Kartini lagi. Keadaannya memuaskan. Ia baru pergi menengok pasien lain, waktu Kartini merasa sakit perut. Dokter segera dipanggil.

Sakitnya bertambah dan setengah jam kemudian Kartini meninggal dunia. Sampai saat terakhir ia tetap sadar.

(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi April 1964)

Baca juga: Inggit Garnasih, Kartini Terlupakan Di Belakang Soekarno