Find Us On Social Media :

Saddam Hussein, Sejak Kecil Suka Berkelahi Bahkan Jadi Pimpinan Geng

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 19 April 2018 | 15:30 WIB

Pamannya, Khairallah Tulfah pula yang pertama kali menceritakan padanya tentang kisah para pemimpin besar Irak dan Arab seperti Raja Babilonia Nebuchadnezzar dan Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser.

Baca juga: Di Bawah Rezim Saddam Hussein, Pesepakbola akan Disiksa dan Dipenjara jika Timnas Irak Kalah

Said K. Aburish menulis, masa kecil Saddam penuh dengan penderitaan karena keluarganya miskin. Sebagai bocah laki-laki, ia harus mencuri sehingga keluarganya dapat makan. Ia mencuri telur, ayam, dan barang-barang kecil lainnya.

Hingga usia 10 tahun, ia masih belum bisa membaca. Saddam mendengar bahwa sepupunya dapat membaca dan menulis, karena itu ia minta pada pamannya agar diperbolehkan untuk belajar membaca dan menulis.

Menurut AH Shahab dalam buku Di Balik Wajah Saddam, ketika berusia 18 tahun, Saddam pindah ke Baghdad untuk sekolah. Namun, di ibu kota negara ini ia lebih banyak menaruh perhatian pada aksi-aksi revolusioner, mondar-mandir di jalan raya dengan pistol gelapnya yang selalu diselipkan di balik bajunya, ketimbang menaruh perhatian pada sekolah.

Ketika usianya baru 19 tahun, ia bergabung dengan Partai Sosialis Baath dengan harapan dapat masuk Akademi Militer di Baghdad, tetapi ditolak.

Tiga tahun kemudian, 1959, ia mencatat prestasi luar biasa: ambil bagian dalam usaha pembunuhan terhadap PM Irak Abdul Karim Kassim (Qassim), ditangkap, dan dipenjara selama enam bulan.

Baca juga: Kasihan! Punya Nama Saddam Hussein, Insinyur Ini Kesulitan Mendapatkan Pekerjaan

Dalam peristiwa itu, Abul Karim Kassim tertembak, sementara Saddam juga ditembak kakinya oleh pengawal perdana menteri. Tahun 1960, ia pindah ke Suriah lalu Mesir dan menyelesaikan sekolahnya.

Meski ia berada di Mesir, pengadilan Irak menjatuhkan hukuman mati in absentia atas dirinya pada 25 Februari 1960.

Menurut Said K. Aburish, ada bukti-bukti bahwa kudeta terhadap Kassim melibatkan agen-agen CIA. Para perwira militer yang terlibat kudeta itu menjalin hubungan dengan CIA.

Said K. Aburish menyatakan, ada bukti bahwa pusat komando elektronik dibangun di Kuwait untuk memandu pasukan yang bertempur dengan pasukan pendukung Kassim.