Penulis
Intisari-Online.com - Kabar tentang selebriti Korea Selatan selalu menjadi perhatian banyak masyarakat dunia, termasuk Indonesia.
Pasalnya, dunia hiburan negeri gingseng ini berhasil memikat penggemar dari berbagai penjuru dunia.
Tak ayal, kematian seorang seleb terkenal tak luput menjadi perbincangan.
Beberapa waktu lalu, kematian seleb Korsel, Lee Chi Hoon menjadi sorotan.
Lelaki 32 tahun ini dikenal lewat acara televisi termasuk Ulzzang generation dan Flower Boy Coorporation.
Selain itu, dia juga merupakan penyiar di Afreeca TV.
Lee Chi Hoon sempat menjalani tes virus corona (covid-19) karena panas yang tinggi dan hasilnya negatif.
Selain itu, rumor keracunan darah juga sempat ramai disebut sebagai penyebabnya. Meski belum ada kepastian resminya, tapi apa itu keracunan darah?
Melansir Kompas.com, satu dari lima kematian di dunia disebabkan oleh penyakit sepsis, juga dikenal sebagai keracunan darah.
Sebenarnya sepsis adalah kondisi yang jarang terjadi tetapi sangat mengancam nyawa.
Laporan tersebut memperkirakan, 11 juta orang di dunia setiap tahun meninggal akibat sepsis --lebih banyak daripada yang meninggal dunia karena kanker.
Para peneliti di University of Washington mengatakan itu adalah angka "yang mengkhawatirkan" dua kali lipat dari perkiraan sebelumnya.
Sebagian besar kasus terjadi di negara-negara miskin dan berpenghasilan menengah, tetapi bahkan negara-negara kaya pun menghadapi penyakit sepsis.
Sepsis juga dikenal sebagai "pembunuh tersembunyi" karena sangat sulit dideteksi.
Penyebabnya adalah sistem kekebalan yang masuk secara berlebihan.
Alih-alih memerangi infeksi, sistem kekebalan juga menyerang bagian tubuh lainnya.
Sepsis dapat menyebabkan kegagalan organ. Bahkan orang yang selamat dapat mengalami kerusakan dan kecacatan jangka panjang.
Bakteri dan virus yang menyebabkan infeksi diare atau penyakit paru-paru adalah pemicu utama sepsis.
Perkiraan sebelumnya, yang menghasilkan 19 juta kasus dan 5 juta kematian, didasarkan hanya pada segelintir negara barat.
Analisis terbaru ini diterbitkan di jurnal Lancet dan berdasarkan catatan medis dari 195 negara, menunjukkan ada 49 juta kasus per tahun.
Sekitar 11 juta kematian akibat penyakit sepsis merupakan satu dari lima kematian di seluruh dunia.
"Saya bekerja di pedesaan Uganda, dan sepsis adalah apa yang kami lihat setiap hari," kata peneliti, Kristina Rudd.
"Rekan-rekan saya yang merawat pasien di negara berpenghasilan rendah dan menengah setiap hari telah mengatakan ini selama bertahun-tahun, bahwa sepsis adalah masalah utama."
"Jadi saya tidak terlalu terkejut, di sisi lain saya tidak berharap itu menjadi dua kali lipat dari perkiraan sebelumnya," ujar dia.
Berita baiknya dalam analisis ini bahwa kasus dan kematian karena sepsis telah menurun sejak tahun 1990.
Memahami skala sebenarnya dari masalah sepsis akan meningkatkan kesadaran dan menyelamatkan lebih banyak nyawa.
Mayoritas kasus (85 persen) ada di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Anak-anak paling berisiko dengan empat dari 10 kasus pada anak di bawah usia lima tahun.
Tetapi bahkan di negara maju sepsis adalah sebuah tantangan.
Tingkat kematian lebih tinggi daripada di negara-negara seperti Spanyol, Prancis dan Kanada.
Mencegah sepsis Mengurangi jumlah infeksi akan mengurangi jumlah kasus sepsis.
Bagi banyak negara, ini berarti sanitasi yang baik, air bersih dan akses ke vaksin.
Tantangan lainnya adalah menjadi lebih baik dalam mengidentifikasi pasien dengan sepsis untuk merawat mereka sebelum terlambat.
Perawatan dini dengan antibiotik atau anti-virus untuk membersihkan infeksi dapat membuat perbedaan besar.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Sepsis, Penyebab 1 dari 5 Kematian di Dunia