Find Us On Social Media :

Ada Kemungkinan Covid-19 Menular Lewat Udara, Ini Jarak Aman Menurut Ahli untuk Menjaga Diri dari Terpapar Virus Ini

By Khaerunisa, Jumat, 20 Maret 2020 | 08:19 WIB

(Ilustrasi) Virus corona

Intisari-Online.com - Selama ini, yang diketahui banyak orang adalah jika penularan Covid-19 hanya melalui droplets (partikel air kecil) yang dibawa saat pasien positif bersin atau batuk.

Namun, baru-baru ini udara juga disebut berpotensi menjadi media penularannya.

Tentu kabar tersebut semakin membuat panik orang-orang.

Bagaimana kata para ahli?

Baca Juga: Penanganan Corona di Singapura yang Masih Nol Pasien Covid-19 yang Meninggal Dunia, ini Yang Harus Dipelajari Negara Kita

Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) telah memperingatkan kemungkinan penularan virus corona melalui udara.

Sementara, saat ini social distancing mulai digerakkan untuk meminimalisir penularan Covid-19.

Lantas, mungkinkah virus corona dapat menyebar lewat udara?

Jawabannya, mungkin saja virus ini dapat menular melalui udara. Meski jaga jarak sosial atau social distancing telah dilakukan, kemungkinan risiko penularan masih dapat terjadi.

Baca Juga: Bila Tak Kunjung Sembuh, Beli Obat Biduran di Apotek Antara Lain Antihistamin Tapi Sebaiknya Hindari Pemicu Alergi dan Diet Rendah Histamin

Bahkan orang tanpa gejala inveksi Covid-19, dapat menularkannya.

Melansir Women's Health, Kamis (19/3/2020), karena ini adalah virus corona baru, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengakui masih terus dilakukan studi untuk melihat karakteristik virus corona, SARS-CoV-2 ini.

Di antaranya dari bagaimana penyebarannya, tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkan dan sejauh mana penyebarannya.

Kemungkinkan penyebaran virus corona di udara dapat saja terjadi.

Baca Juga: Temukan Tengkorak di Halaman Rumahnya saat Menanam Kentang, Kejahatan Bengis Istri Pria Ini 21 Tahun yang Lalu Terbongkar

Hal itu juga disampaikan oleh Dr Maria van Kerkhove, Head of Emerging Diseases and Zoonosis Unit WHO.

WHO memperingatkan penularan Covid-19 dari udara bagi para petugas medis.

Oleh karena itu, Van Kerkhove mengingatkan adanya risiko paparan virus corona melalui udara, saat petugas medis melakukan prosedur seperti intubasi.

Kendati demikian, penting untuk dicatat, penularan udara dapat berarti hal yang berbeda bagi orang-orang, bahkan bagi para ahli.

Baca Juga: Dilarang AS Beli Pesawat Tempur SU-35, Indonesia Incar F-35 Lightning II Sebagai Penggantinya, Rupanya Ini Kemampuan Mengerikan yang Dimiliki F-35

Sebab, menurut Natasha Bhuyan, MD, seorang spesialis penyakit menular dan dokter di Phoenix, Arizona, secara umum, patogen dianggap dapat menyebar di udara melalui partikel yang lebih kecil.

Partikel tersebut dapat bertahan di udara untuk jangka waktu yang cukup lama.

Pada umumnya, lama persisnya partikel virus berada di udara sebelum akhirnya menghilang, tergantung pada berbagai faktor.

"Termasuk di antaranya suhu dan kelembaban daerah, dan lain sebagainya," ungkap Rishi Desai, MD, mantan petugas dinas intelijen epidemi di divisi penyakit virus di CDC.

Baca Juga: Gejala HIV pada Kulit Terbentuk Adanya Ruam yang Disertai Gejala Flu Juga Pembengkakan Kelenjar Getah Bening

Partikel virus corona bertahan dalam aerosol Apabila melihat kembali Covid-19 secara spesifik, orang yang terinfeksi virus penyakit ini, saat batuk atau bersin, droplet atau percikan cairan akan keluar dari hidung dan mulut.

Dr. Desai menjelahkan kemungkinan partikel tersebut dapat saja bertahan lama di udara di sekitar pasien tersebut.

Namun, para ahli belum dapat menjelaskan durasi waktu secara konkret, berapa lama tepatnya itu akan bertahan di udara.

Dalam sebuah studi terbaru yang diterbitkan, Rabu (18/3/2020) di New England Journal of Medicine, para peneliti menemukan virus corona, SARS-CoV-2 yang keluar melalui droplet saat batuk atau bersin, tetap stabil dalam aerosol selama tiga jam.

Baca Juga: Rutin Mencuci Wajah dengan Cuka Sari Apel, Inilah Manfaat Menakjubkan pada Wajah

Kendati demikian, ada baiknya diperlukan percobaan yang dilakukan dalam penelitian ini.

Selain aerosol, perlu juga melihat apakah virus corona juga bertahan jika terpapar pada plastik, tembaga dan beberapa zat lain.

"Hasil penelitian ini, kami menunjukkan bahwa transmisi aerosol yang mengandung virus corona, SARS-CoV-2 cukup masuk akal.

Sebab, virus dapat tetap hidup dan menular di aerosol selama berjam-jam," ungkap penulis penelitian ini.

Baca Juga: Gejala HIV pada Kulit Terbentuk Adanya Ruam yang Disertai Gejala Flu Juga Pembengkakan Kelenjar Getah Bening

Bahkan, jika bekas partikel virus di udara saat pasien bersin atau batuk dapat bertahan berjam-jam di udara, maka kemungkinan masih ada partikel yang tertinggal hanya mencapai sekitar enam kaki dari titik asal.

Jadi, seperti dinyatakan CDC, transmisi udara dari orang ke orang dalam jarak yang jauh tidak mungkin terjadi.

Seseorang cenderung memahami bahwa orang yang terinfeksi, saat batuk atau bersin, droplet yang mengandung partikel virus akan langsung mendarat ke wajah, tubuh atau permukaan terdekat.

"Jadi taruhan teraman Anda adalah tinggal enam kaki jauhnya dari semua orang, sebanyak yang Anda bisa," kata Dr. Bhuyan.

Baca Juga: Tidur Malam Berkualitas Jadi Salah Satu Cara Terbaik Tingkatkan Sistem Imun Tubuh, Inilah 7 Tips Agar Cepat Tidur Nyenyak di Malam Hari

Virus campak, contohnya, dapat hidup di udara hingga dua jam setelah orang yang terinfeksi keluar.

Sedangkan virus corona, MERS yang muncul pada 2012 di Timur Tengah, juga ditemukan dalam bentuk infeksi yang diambil dari sampel udara di rumah sakit tempat pasien dirawat.

Namun, hingga saat ini, penelitian baru terus muncul tentang bagaimana Covid-19 menyebar dan masih banyak yang harus dipelajari tentang penyebaran virus corona, SARS-CoV-2 ini.

Baca Juga: Nyaris 3 Bulan Bertarung dengan Virus Corona, China Umumkan Kabar Baik Ini Ke Seluruh Dunia Untuk Pertama Kalinya, Begini Bunyinya

 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Benarkah Virus Corona Bisa Menyebar Lewat Udara atau Airborne?