Find Us On Social Media :

Tinggal Dekat Kandang 32 Buaya yang Hanya Berdinding Seng dan Papan, Warga Mengaku Takut hingga Ayam Sering Hilang

By Tatik Ariyani, Kamis, 12 Maret 2020 | 13:00 WIB

Kandang penangkar 32 ekor buaya di belakang rumah pemilik Muhammad Irsani

Intisari-Online.com - Warga Kelurahan Sambaliung, Kecamatan Sambaliung, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, Muhammad Irsani, memelihara buaya sebanyak 32 ekor di belakang rumahnya.

Saat pertama kali memelihara reptil itu pada 1998, Irsani membuat kandang berukuran 20x30 meter yang dipagari kayu ulin berlapis seng bekas.

Namun, kini pagar itu mulai rapuh dan membuat warga sekitar khawatir.

“Warga takut suatu ketika pagarnya bocor karena lapuk, buaya-buaya itu bisa keluar,” ungkap Ansari, Ketua RT 03 Kelurahan Sambaliung, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (11/3/2020).

Baca Juga: Bertambah, 2 Pasien Virus Corona di Indonesia Dinyatakan Sembuh, Pemerintah Siapkan Kepulangan Mereka

Anshari mengatakan, lokasi penangkaran berada di kawasan padat permukiman. Selain itu, dekat kandang buaya jadi lokasi anak-anak bermain.

Warga takut keberadaan buaya bakal memakan korban. Namun sejauh ini kasus demikian belum terjadi.

Selain bahaya keselamatan, warga juga mengeluh bau kandang buaya yang menyengat saat hujan.

“Banyak ayam-ayam milik warga yang masuk kandang itu langsung dimakan buaya. Kami khawatir anak-anak main terus lompat pagar," terang Ansari.

Baca Juga: Paru-paru Rusak Disertai dengan Tanda Ini, Beginilah Penampakan Organ Dalam Pasien Penderita Virus Corona Kronis yang Dirilis Oleh Ilmuwan

Semakin banyak warga yang khawatir membuat Ansari berdiskusi dengan pemilik penangkaran buaya itu dan meminta agar dipindah.

Saat itu pemilik menyetujui usulan tersebut.

Mereka kemudian meminta bantuan dari Pemerintah Kabupaten Berau untuk pemindahan hewan melata itu dari Kelurahan Sambaliung.

Baca Juga: Sadar Industri Minyak Amerika Sangat Rapuh karena Hal Ini, Putin Langsung 'Menerkam' saat Saudi Memohon Pengurangan Produksi, Demi Merebut Gelar Ini dari AS

Pemilik puluhan buaya itu diberi kompensasi oleh pemerintah daerah sebanyak Rp 350 juta untuk biaya pemindahan.

“Uang itu nanti digalang oleh Pemda Berau dari perusahaan-perusahaan swasta yang beroperasi di Berau,” kata Ansari.

Sekali makan Rp 500.000

Setiap kali memberi makan buaya, kata Ansari, pemilik bisa mengeluarkan biaya sekitar Rp 500.000 untuk membeli puluhan ekor daging ayam.

“Biasanya dua hari sekali makan. Pak Irsani sudah langganan sama orang yang antar makanan buaya,” ungkap Ansari.

Sang pemilik penangkaran itu sebenarnya mengaku sudah tidak sanggup lagi mengurus buaya-buayanya dan berharap pemerintah mengambil alih.

“Jadi sejalan saja. Pemilik juga menginginkan agar buaya tersebut dipindah,” terang Ansari.

Awalnya, pemilik menginginkan agar buaya tersebut dilepasliarkan.

Baca Juga: Setelah Telan 4.373 Korban Jiwa, Mengapa WHO Baru Umumkan Virus Corona sebagai Pandemi Global?

Namun pertimbangan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) wilayah I Berau perlu ada kajian khusus mengenai lokasi pelepasliaran, kesehatan satwa dan keamanan warga.

“Jadi untuk sementara kami titipkan dulu di penangkaran buaya Balikpapan. Rencana Minggu ketiga Maret kami evakuasi,” ungkap Kasi Konservasi Wilayah I, BKSDA Kaltim wilayah Berau, Dheny Mardiono saat dihubungi Kompas.com.

Dheny mengatakan saat ini sedang mempersiapkan kandang untuk proses evakuasi 32 ekor buaya tersebut.

Kontributor Samarinda, Zakarias Demon Daton

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Warga Dekat Kandang 32 Buaya yang Berdinding Seng dan Papan, Ayam Sering Hilang dan Bau Saat Hujan"