Penulis
Intisari-Online.com - Pengakuan yang diungkapkan remaja 15 tahun pembunuh bocah 5 tahun di Sawah Besar, Jakarta Pusat, cukup mengejutkan.
Remaja berinisiap NF tersebut mengaku membunuh tetangganya sendiri yang berinisial APA, karena terinspirasi film horor dan sadis yang ditontonnya.
Salah satu film yang ditontonnya dan menjadi inspirasi NF membunuh APA yakni film berjudul 'Chucky'.
Film yang populer pada tahun 1980-an itu mengisahkan tentang boneka pembunuh.
"Tersangka ini sering menonton film horor. Salah satunya 'Chucky'. Dia senang menonton film horor itu memang hobinya itu," kata Yusri di Polres Metro Jakarta Pusat, Kemayoran, Sabtu (7/3/2020), dikutip dari Kompas.com.
Kepada polisi, kata Yusri, NF juga mengaku punya hasrat untuk membunuh orang lain.
"Memang tersangka ini punya hasrat untuk membunuh orang, tapi saat hari ini (terjadinya pembunuhan) dia sudah tidak bisa menahan lagi," kata Yusri.
Melansir dari Romper.com (18/10/2020), ternyata menonton film yang menakutkan atau film horor dapat mempengaruhi anak-anak di kemudian hari.
Berikut ini dampak buruk film horor pada anak:
1. Sulit membedakan antara film dan kehidupan nyata
Tidak seperti orang dewasa yang kebanyakan dapat membedakan antara fakta dan fiksi, anak-anak tidak demikian.
Mereka lebih banyak kesulitan dengan kemampuan tersebut, seperti yang dikatakan oleh sebuah studi.
Joanne Cantor, profesor seni komunikasi di University of Wisconsin, dan Dr. Kristen Harrison, profesor studi komunikasi di University of Michigan, menerbitkan penelitian mereka di Media Psikologi.
Dalam penelitian tersebut mereka mencatat bahwa anak-anak yang tidak berniat untuk melihat tetapi sejalan dengan yang lain dan anak-anak yang lebih kecil paling berisiko mengalami efek ketakutan yang bertahan lama setelah menonton film.
Apa yang termasuk dalam efek ketakutan tersebut yaitu takut kehilangan kendali, takut mati, dan perasaan 'tidak nyata'.
Untuk itu, khususnya orangtua perlu berbicara dengan anak-anak tentang memahami perbedaan antara film dan kehidupan nyata.
2. Menimbulkan kecemasan hingga perilaku yang membahayakan diri
Gangguan mental bukan hanya terjadi pada orang dewasa, namun juga pada anak-anak.
Seorang psikiater anak, Daniel S. Schechter, dalam sebuah konferensi American Academy of Child & Adolescent Psychiatry mengatakan bahwa anak-anak yang menonton film horor lebih mungkin mengembangkan hal-hal buruk.
Seperti kecemasan, gangguan tidur, dan perilaku yang membahayakan diri sendiri.
Oleh karena itu, kemungkinan seorang anak mengalami masalah kesehatan mental harus menjadi pertimbangan ketika memilih film untuk ditonton.
3. Bisa membuat anak menjadi agresif
Anak-anak dikenal akan meniru apa yang mereka lihat dilakukan orang lain.
Seorang anak yang meniru gerakan tarian yang terlihat di televisi bisa jadi lucu, tetapi menciptakan kembali adegan perkelahian dari film-film horor bukanlah hal yang lucu.
Seorang psikolog keluarga, RY Langham, mengatakan kepada Association for Youth, Children and Natural Psychology (AYCNP) bahwa anak-anak yang menonton film-film menakutkan dapat menunjukkan perilaku agresif atau kekerasan baik di sekolah maupun di rumah.
Hal itu karena ketidakmampuan mereka untuk memahami konsekuensi yang mereka miliki di dunia nyata.
4. Dapat terjadi kemelekatan
Meski orang dewasa pun akan ketakutan ketika menonton adegan seram, namun anak-anak akan merasakan hal yang jauh lebih besar.
Seperti yang dikatakan oleh Cantor dan Harrison bahwa kecenderungan menangis, mual, dan melekat (tidak bisa mandiri), bisa terjadi pada anak-anak setelah menonton film dengan tema meresahkan.
5. Mempengaruhi keterampilan memecahkan masalah
Salah satu hal yang paling mengejutkan adalah tentang bagaimana keterampilan memecahkan masalah anak dapat dipengaruhi oleh internalisasi situasi yang mereka lihat di media.
Dalam sebuah wawancara dengan The New York Times , Cantor mengatakan menonton film berdarah atau menakutkan, dapat membuat anak-anak merasa mereka dapat menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan masalah.
6. Bisa menyebabkan mati rasa
Seorang psikolog di University of Ohio, Brad Bushman, mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa menonton kekerasan di layar dapat secara negatif mempengaruhi kecenderungan seorang anak muda untuk berbelas kasih.
Ini bisa berupa sesuatu yang sederhana seperti tertawa daripada membantu ketika seseorang melakukan kesalahan.
Namun juga bisa mengarah pada apa yang Bushman sebut sebagai 'mati rasa emosional'.
7. Membuat mereka menjadi cenderung 'Mutlak'
Tidak semua hal di dunia ini sederhana atau hitam-putih seperti hal-hal yang ada di layar perak, tetapi anak-anak mungkin tidak memahami konsep itu.
Penyelidik utama di Pusat Penelitian Anak Seattle untuk Kesehatan, Perilaku, dan Pengembangan Anak, Michelle Garrison, mengatakan kepada CNN bahwa jika seorang anak melihat dirinya sebagai 'orang baik,' maka siapa pun yang tidak setuju dengan dia harus menjadi 'buruk'.
Hal itu mencerminkan apa yang mereka lihat di film-film menyeramkan.
Di mana film-film tersebut sebagian besar memiliki premis seputar tentang seorang pahlawan yang mengalahkan monster, atau antara yang baik dan jahat.
Sebaliknya, jika seorang anak melihat dirinya sebagai 'orang jahat', maka itu bukan lagi pilihan yang dapat berubah.