Penulis
Intisari-Online.com – Pengumuman Presiden Joko Widodo terkait 2 WNI di Jakarta yang positif virus corona langsung membuat warga Indonesia lainnya panik.
Akibatnya banyak warga yang langsung membeli masker untuk berjaga-jaga.
Tak lama setelahnya, banyak toko, apotek, supermarket, dan pasar yang mengatakan masker langsung habis.
Jika pun ada, harganya mahal.
Baca Juga: Kasus 2 WNI yang Positif Virus Corona di Jakarta, WHO untuk Indonesia: Kami Dapat Mengantisipasinya
Contoh apa yang dialami penyanyi Rizky Febian yang mengaku membeli masker seharga Rp2 juta per boks.
Namun belum diketahui terdapat berapa biji di setiap bungkusnya.
Hal ini diungkap Rizky Febian dalam video yang diunggah di kanal YouTubebeepdo pada Senin (2/3/2020).
Rizky Febian mungkin adalah sebagian orang yang rela membeli masker dengan harga mahal karena panik.
Padahal sebenarnya, kita tidak perlu begitu cemas atau bahkan panik.
Istana sendiri telah mengimbau masyarakat untuk tidak panik, tetapi tetap waspada.
Namun, banyak orang bisa jadi tetap langsung berupaya mencari dan memakai masker.
Apakah langkah itu tepat?
Cuci tangan dan jaga etika batuk
Dokter Spesialis Paru Anggota Kelompok Staf Medik (KSM) Paru RSUD Dr Moewardi Surakarta, Dr dr Reviono, SpP (K), menilai penggunaan masker oleh orang yang sehat sebenarnya kurang tepat jika dimaksudkan untuk mencegah penularan virus corona.
Pasalnya, Covid-19 menular via droplet atau percikan air liur penderita, bukan melalui udara.
Dengan begitu, cara yang lebih efektif dilakukan untuk pencegahan yakni mencuci tangan dengan benar serta selalu memperhatikan etika batuk dan bersin.
"Lebih baik dicegah dengan hand hygienedan melakukan etika batuk yang benar," kata Reviono saat diwawancara Kompas.com pada Senin (2/3/2020).
Meski demikian, Reviono tidak melarang siapa saja yang ingin menggunakan masker.
Hanya saja, jika semua orang melakukan hal itu, masker bisa jadi akan makin sulit ditemui dan harganya kian mahal seperti yang terjadi sekarang.
Baca Juga: 'Walau Virusnya Mematikan, Tapi 81% Infeksi Corona Efeknya Ringan dan Bisa Sembuh Total'
Masker lebih baik dipakai yang sakit
Dia pun menganjurkan, lebih baik masker digunakan oleh mereka yang sedang sakit flu ataupun batuk untuk mencegah penularan penyakit pada orang lain.
"Orang yang enggak sakit sebenarnya enggak perlu palai masker," jelas Reviono.
Terkait penggunaan masker untuk mengurangi risiko tertular virus corona, Profesor Obat dan Epidemiologi di University of Iowa's College of Medicine, Eli Perencevich, juga mengungkapkan hal senada.
Melansir Forbes pada Sabtu (29/2/2020), Dr Perencevich, mengungkapkan, seseorang tak perlu menggunakan masker wajah jenis apa pun dengan maksud mencegah tertular Covid-19.
Sekalipun ada kasus temuan Covid-19 di dekat sana, menurut dia, tetap saja orang sehat tidak perlu memakai masker, baik itu masker bedah, masker N95, masker respirator, maupun masker jenis lainnya untuk melindungi diri dari virus corona.
Bahkan, Dr Perencevich melarang secara tegas orang sehat menggunakan masker.
Pasalnya, belum ada bukti bahwa memakai masker pada orang sehat akan melindungi mereka dari serangan virus corona.
Masker malah meningkatkan risiko infeksi
Menurut dia, penggunaan masker yang salah malah bisa jadi dapat meningkatkan risiko infeksi karena seseorang lebih sering menyentuh wajah.
Dr Perencevich pun menjelaskan, virus corona dapat ditularkan melalui tetesan, bukan melalui udara.
Itu berarti Anda tidak dapat menghirupnya secara acak.
Masker tepatnya dipakai oleh mereka yang merasa menderita flu atau berpikir terkena serangan Covid-19.
"Jika Anda mengalami flu atau berpikir terkena Covid, saat itulah Anda harus mengenakan masker untuk melindungi orang lain.”
“Di rumah, jika Anda merasa sakit, Anda harus menggunakan masker untuk melindungi anggota keluarga Anda," ungkap Dr Perencevich.
(Irawan Sapto Adhi)
(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Masker Tak Efektif Cegah Virus Corona, Malah Bisa Tingkatkan Risiko Infeksi")