Anak angkat Sutinah sempat tak setuju dengan pernikahan ibunya.
Namun, masyarakat mendukung pernikahan orangtuanya. Sehingga mau tak mau, berkat bujukan warga, anak angkat Sutinah merelakannya.
"Sepenuhnya masyarakat mendukung. Prosesnya cukup singkat, saya persiapkan syarat-syarat hari Selasa, ditandatangani Pak Kades, dan Kamisnya sudah sah jadi pasangan suami istri," katanya.
Pada Sabtu (22/6/2019), berbagai persiapan pun dilakukan, dibantu oleh sejumlah tokoh masyarakat setempat.
Pernikahan keduanya lantas dilangsungkan pada Kamis (27/6/2019). Ijab kabul dilakukan di KUA Senin. Masing-masing keluarga dan tetangga turut hadir menyaksikan prosesi sakral tersebut.
Bermodalkan mas kawin berupa uang tunai sebesar Rp 150 ribu, dihadapan para saksi, keduanya sah menjadi suami istri.
"Sekarang sudah lega karena sudah sah," ucapnya.
Menikah di usia lanjut, tak banyak yang pasangan itu minta selain hidup bahagia hingga maut memisahkan.
"Saya ingin hidup bahagia bersama sampai nanti," kata Sutinah
Kasi Pelayanan Desa Bendung, Sukirno mengatakan, pertama kali mengetahui kisah cinta keduanya saat Mitro mendatangi rumahnya untuk membantu mengurus pernikahan.
Di hari pernikahan, warga berbondong-bondong mengantarkan mempelai ke KUA.
Keduanya diberikan setelan terbaik, dan sempat akan diarak hingga dipinjamkan kursi pengantin dan disewakan mobil bak terbuka.
Namun keduanya menolak. Hal itu nampak berlebihan untuk pasangan lansia jika harus diarak.
Merasa malu, arak-arakan itu pun diurungkan.
Artikel ini pernah tayang di Sosok.grid.id dengan judul asli "Mesranya Kakek Usia 92 Tahun Cium Pipi Mantap Nikahi Nenek 79 Tahun, Cinta Keduanya Bermula dari Kayu Bakar: Saya Tidak Pernah Mengucap Cinta, Tapi Saya Ingin Hidup Bahagia Bersama"