Find Us On Social Media :

'Thanks God It’s Friday!' Akhir Pekan yang Dinanti Ini Dimulai dari Kisah Hari Sabat

By K. Tatik Wardayati, Sabtu, 14 April 2018 | 22:00 WIB

Intisari-Online.com – Ungkapan Thanks God, it's Friday (TGiF) dan I don't like Monday menempatkan akhir pekan sebagai sesuatu yang ditunggu dan disesali kepergiannya. Begitulah akhir pekan.

Seorang teman yang bekerja sebagai teknisi sebuah TV kabel begitu resah ketika hari Jumat sudah mendekati pukul 17.00. Namun, keresahan serupa juga tampak ketika Matahari hari Minggu perlahan tenggelam di ufuk barat.

Ya, akhir pekan memang punya makna tersendiri, khususnya bagi para pekerja. Inilah saatnya mereka menabung energi setelah lima hari pikiran dan tenaga dikuras untuk sebuah ritual rutin bernama pekerjaan.

Bagi para pekerja harian, akhir pekan menjadi saat-saat yang menyenangkan, sebab hari itu mereka menerima bayaran.

BACA JUGA: Masih Takut Godaan Makan Enak di Akhir Pekan? Ini Berita Bahagia untuk Menyambut Kedatangannya

Bagi para ibu, setidaknya tidak perlu bangun pagi untuk menyiapkan keperluan suami yang hendak berangkat ke tempat kerja.

Memang, ada sedikit perbedaan soal waktu akhir pekan ini. Di Barat akhir pekan itu berawal dari Jumat sore (sehingga lahir ungkapan TGiF tadi), sedangkan di negara kita dimulai sejak Sabtu siang.

Namun, di banyak tempat kini sudah banyak yang memberlakukan lima hari kerja sehingga akhir pekan dimulai pada Jumat sore.

Awal mula terminologi akhir pekan ini bisa dirunut 3.500 tahun silam tatkala bangsa Israel purba mengenal hari Sabat.

Dalam Kitab Keluaran 31:15 disebutkan agar orang Israel menghormati hari Sabat dengan tujuan untuk beristirahat penuh dalam satu hari dari pekerjaan duniawi mereka dan mengkhususkan hari itu untuk beribadat kepada Sang Pencipta.

Sabat awal ini dimulai tatkala Matahari terbenam pada hari Jumat sampai Matahari terbenam pada hari Sabtu. Seiring dengan bergulimya waktu, penetapan hari Sabat pun berkembang.

Orang-orang beragama Kristen, misalnya, malah menjadikan hari Minggu sebagai hari Sabat, karena mereka percaya bahwa Yesus dibangkitkan pada hari Minggu (The World Book Encyclopedia).

Tahun 300-an, Eropa ikut menetapkan hari Minggu sebagai hari istirahat.

BACA JUGA: Tiba-tiba Berat Badan Naik di Akhir Pekan? Jangan-jangan Ini Penyebabnya

Apakah kemudian kedua kubu itu bersatu sehingga akhir pekan akhirnya menjadi Sabtu dan Minggu?

Tidak jelas bagaimana ceritanya, tiba-tiba saja Pemerintah Inggris yang notabene menjadi bagian dari Eropa, pada 1870-an mengumumkan hari istirahat diperpanjang menjadi Sabtu dan Minggu.

Para pekerja sejak itu boleh beristirahat mulai Sabtu siang. Libur setengah hari dipadukan dengan hari Minggu menjadi akhir pekan.

Di akhir pekan itu yang mereka lakukan adalah makan bersama keluarga pada Sabtu siang dan hari Minggunya mandi di tempat pemandian umum di dekat tempat tinggal mereka.

Lain Inggris, lain Amerika. Kalau di Inggris pekerja harus masuk hingga Sabtu siang, di Amerika cuma sampai Jumat sore. Akhir pekan pun total menjadi dua hari.

Pemberlakuan lima hari kerja ini dipelopori oleh sebuah pabrik di New England pada 1908. Banyak alasan yang dikemukakan mereka yang memberlakukan lima hari kerja ini. Tapi ujung-ujungnya ya demi meraih keuntungan lebih.

Yang jelas, banyak dari alasan itu yang jelas-jelas bukan demi membuat karyawan mereka lebih banyak waktu untuk beristirahat. Contohnya, produsen mobil Henry Ford.

la mendukung diberlakukannya lima hari kerja karena berkesimpulan bahwa pesiar keluarga pada akhir pekan bisa mendongkrak grafik permintaan akan mobil. Nah, siapa yang diuntungkan, hayo ...!

BACA JUGA:Gara-gara Penyakit Genetik Aneh, Tiga Bersaudara Ini Meninggal Dunia di Akhir Pekan yang Sama

Lepas dari alasan di balik pemberlakuan lima hari kerja, akhir pekan setidaknya menjadi katup pelepas dari belenggu pekerjaan atau rutinitas sepanjang lima hari.

Inilah saat kita menekuni hobi, bercengkerama dengan keluarga, memanjakan diri, bersosialisasi dengan tetangga, atau mengantar istri berbelanja.

Selamat berakhir pekan! Jangan pikirkan soal Monday.  (Any Windiarti – Intisari Oktober 2004)