Find Us On Social Media :

Zaman Dulu, Pemegang SIM Harus 'Bergaya' Seperti Narapidana Saat Difoto

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 12 April 2018 | 15:15 WIB

Kap masih deklit semua. Ditengah show room ada seperangkat meja kursi bagi pembeli-pembeli yang sebelum melakukan transaksi tentu melihat-lihat dulu.

Hiasan show room pun masih sederhana menurut ukuran 'home-decoration' sekarang. Hanya ada beberapa patting dan lukisan-lukisan kecil pada dinding.

Tentu saja sangat jauh bedanya dengan show-room di  Jalan Thamrin Jakarta. Namun yang terang gedung tersebut masih bertahan sampai sekarang, bahkan masih tetap pada wujudnya semula.

Pekerja-pekerja dahulu sekalipun kerjanya merangkak di bawah mobil tetap pakai sarung. Alangkah beda sekali antara bangsa pribumi dengan tuan-tuan yang berpantalon dan berdasi.

BACA JUGA:Setelah Boleh Mengemudi dan Menonton Olahraga di Stadion, Perempuan Arab Saudi Juga akan Punya Area Merokok Sendiri

Kepala kita cukup pakai blangkon. Maka saya pikir memang benar, pepatah Jawa bahwa sebelum bekerja musti 'cancut tali wanda'. Di Fiat Import ini kakek menerima gaji f 0,35 per jam.

Pada waktu masih bernama Java Ford, perusahaan ini pernah mengadakan Auto-test mobil- mobil jenis Ford-T, sebanyak kurang lebih 36 buah mobil dari Batavia-Surabaya. Perjalanan ini  ditempuh dalam waktu 20 jam, suatu rekor lumayan waktu itu, katimbang... naik kuda tentunya.

Kalau mobil-mobil yang ditest ini masuk kota, orang-orang Belandalah yang pegang kemudi. Tapi kalau di luar kota, bangsa awak. Akan tetapi, menjadi chauffeur tuan Olanda, zaman dulu sudah mentereng dan boleh pasang gaya dimuka gadis-gadis yang masih pakai “bebed”.

Waktu di Yogya kakek menjadi montir pesawat terbang. Katanya dari jenis "Yachker". Ya, zaman dulu, montir mobilpun bisa menjadi montir pesawat terbang!

Kakek sekarang sudah Ianjut usia, namun begitu masih juga bekerja sebagai montir mobil di sebuah bengkel besar. Kalau mereparasi mobil, cukup mendengarkan suara mesin saja, dari situ tahu mana bagian yang rusak. Tentu saja kalau mobilnya masih bisa distarter.

Kalau sudah rusak benar-benar, kakek masih sanggup merangkak-rangkak di bawah mobil! Hanya saja jabatan chauffeur sudah ditinggalkan. Kurang gesit lagi katanya.

(Ditulis oleh H. Wibowo. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Mei 1974)

BACA JUGA: Bukan Berbentuk Surat Harapan, Kapsul Waktu Ini Berwujud Mobil yang akan Diambil 50 Tahun Lagi