Find Us On Social Media :

Zaman Dulu, Pemegang SIM Harus 'Bergaya' Seperti Narapidana Saat Difoto

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 12 April 2018 | 15:15 WIB

Intisari-Onlien.com – Pada usia 13 tahun, kakek datang ke sebuah perusahaan dagang dan bengkel mobil Semarangsche Automobielen Maatschappij.

Beliau menemui managernya sendiri, yang waktu itu menurut lidah kakek bernama tuan Yongkop. Tanpa lamaran kerja, tanpa surat apapun.

“Mau jadi kenek?", tanya manager perusahaan. “Boleh. Sekarang ditest dulu. Angkat martil besar itu!"

Dan kakek, dengan sigap mengangkatnya. Kontan diterima. Tuan manager ini menyukai body kakek yang gede dan cepat memberi kepercayaan.

BACA JUGA: Bukan Angka Setan, Inilah Makna Sebenarnya dari Simbol 666

Berbagai keahlian bengkel diajarkan, dan secepat itu pulalah kakek menjadi montir mobil.

Mobil-mobil zaman dulu sangat berbeda. Peralatannya tidak rumit. Bahkan gasnya pun masih pakai tangan. Versnellingnya tidak memakai gigi, melainkan langsung kena roda.

Kalau naik tanjakan tidak kuat maka boleh “ahtret” (achteruit) mundur terus ambil ancang-ancang untuk naik lagi.

Kap mobil masih pakai deklit semua waktu itu, termasuk Daimier yang disebut mobil termewah.

Demikianlah, kakek dalam waktu singkat menjadi ahli montir dan jadi 'anak-mas' tuan Yongkop.

Pada tahun 1913, datang mobil-mobil dalam bentuk CKD di pelabuhan Singapura, pesanan untuk ambtenar-ambtenar di Singapura.

Untuk pemasangan mobil-mobil itu, kakek diajak ke Singapura bersama tuan Yongkop. Kakek, yang waktu itu lebih suka tinggal di rumah kakeknya di Sumonegaran-Semarang, jadi gelisah.

Bagaimanapun juga, pergi keluar negeri saat itu masih langka dilakukan pribumi kita.