Find Us On Social Media :

Kesaksian Generasi Terakhir Penganut Tradisi Kuping Panjang, Ungkap Alasan Anak-cucu Enggan Ikuti Jejaknya hingga Bujuk Rayu Mantri untuk Memotong Telinganya

By Khaerunisa, Senin, 10 Februari 2020 | 08:37 WIB

Tipung Ping (baju motif bunga merah) dan Kristina Yeq Lawing (baju biru) perempuan Dayak dengan cuping telinga panjang

Baca Juga: Terus Mewabah, Peneliti Ini Justru Sebut Bahwa Hewan Inilah yang Paling Berpotensi jadi Perantara Virus Corona: Genomnya 99 Persen Identik

Tradisi itu kini tak dilanjutkan oleh generasi baru atau anak cucu Tipung dan Kristina.

Menurut Data Yayasan Telinga Panjang, kini hanya tersisa tak lebih dari 100 perempuan Dayak yang memiliki cuping telinga panjang.

Sebanyak 60 persen perempuan kuping panjang ada di Kabupaten Mahakam Ulu termasuk dua perempuan Dayak Bahau, nenek Tipung dan Kristina.

"Sekarang tidak ada lagi. Hanya kami dua saja yang punya," kata Tipung Ping saat ditemui Kompas.com di Samarinda, Rabu (5/2/2020).

Baca Juga: Dulu Rajai Pasar Ponsel di Indonesia, Merek Ponsel Nokia dan Ponsel China Ini Kini Harus Gulung Tikar Karena Kalah Saing Dengan Ponsel China Lain, Ponsel Apa?

Bagi dua perempuan Dayak ini, tradisi yang masih mereka anut memiliki makna khusus.

"Supaya lebih cantik. Zaman dulu semakin panjang cuping telinga, semakin cantik," sebut keduanya.

Alasan Anak-cucu Menolak Ikuti Tradisi Kuping Panjang

Kristina bercerita tradisi tersebut ditinggalkan oleh perempuan Dayak, salah satunya karena kampanye kesehatan di kecamatan dan kelurahan setempat.

Para petugas kesehatan mengatakan memakai banyak anting di cuping tidak bagus untuk kesehatan.

Bukan tanpa usaha, Kristina dan Tipung mengaku sudah mencoba membujuk anak-cucu mereka.

Namun, sang anak-cucu menolak dengan alasan zaman sudah moderan, juga malu jika telinganya panjang.