Kesaksian Generasi Terakhir Penganut Tradisi Kuping Panjang, Ungkap Alasan Anak-cucu Enggan Ikuti Jejaknya hingga Bujuk Rayu Mantri untuk Memotong Telinganya

Khaerunisa

Penulis

Tradisi khas suku dayak ini telah banyak dikenal oleh masyarakat luas. Keunikannya kerap mencuri perhatian

Intisari-Online.com - Tradisi khas suku dayak ini telah banyak dikenal oleh masyarakat luas.

Keunikannya kerap mencuri perhatian.

Namun, kini sudah tak ada lagi generasi baru yang meneruskannya

Melansir Kompas.com (10/2), Tipung Ping (69) dan Kristina Yeq Lawing (71) adalah generasi terakhir perempuan dayak di Kampung Long Isun, Kecamatan Long Pahangai, Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur yang masih mempertahankan tradisi kuping panjang.

Baca Juga: Tradisi Pelat Bibir Suku Mursi Afrika, Ketika para Wanita Meregangkan Bibirnya untuk Kecantikan dan Kepentingan Sosial

Tipung dan Kristina adalah generasi angkatan tahun 1950-an.

Setelah mereka, tidak ada lagi perempuan di kampungnya yang melakukan tradisi kuping panjang.

Perempuan dayak sendiri meyakini bahwa cuping telinga panjang adalah simbol kecantikan.

Semakin panjang kuping seorang perempuan dayak, maka ia akan semakin cantik.

Baca Juga: Terus Mewabah, Peneliti Ini Justru Sebut Bahwa Hewan Inilah yang Paling Berpotensi jadi Perantara Virus Corona: Genomnya 99 Persen Identik

Tradisi itu kini tak dilanjutkan oleh generasi baru atau anak cucu Tipung dan Kristina.

Menurut Data Yayasan Telinga Panjang, kini hanya tersisa tak lebih dari 100 perempuan Dayak yang memiliki cuping telinga panjang.

Sebanyak 60 persen perempuan kuping panjang ada di Kabupaten Mahakam Ulu termasuk dua perempuan Dayak Bahau, nenek Tipung dan Kristina.

"Sekarang tidak ada lagi. Hanya kami dua saja yang punya," kata Tipung Ping saat ditemui Kompas.com di Samarinda, Rabu (5/2/2020).

Baca Juga: Dulu Rajai Pasar Ponsel di Indonesia, Merek Ponsel Nokia dan Ponsel China Ini Kini Harus Gulung Tikar Karena Kalah Saing Dengan Ponsel China Lain, Ponsel Apa?

Bagi dua perempuan Dayak ini, tradisi yang masih mereka anut memiliki makna khusus.

"Supaya lebih cantik. Zaman dulu semakin panjang cuping telinga, semakin cantik," sebut keduanya.

Alasan Anak-cucu Menolak Ikuti Tradisi Kuping Panjang

Kristina bercerita tradisi tersebut ditinggalkan oleh perempuan Dayak, salah satunya karena kampanye kesehatan di kecamatan dan kelurahan setempat.

Para petugas kesehatan mengatakan memakai banyak anting di cuping tidak bagus untuk kesehatan.

Bukan tanpa usaha, Kristina dan Tipung mengaku sudah mencoba membujuk anak-cucu mereka.

Namun, sang anak-cucu menolak dengan alasan zaman sudah moderan, juga malu jika telinganya panjang.

Baca Juga: Menengok Kembali Perjuangan Xanana Gusmao Merdekakan Timor Timur, Pria Yang Pernah Jadi Tahanan Politik Era Soeharto Tersebut Rupanya Dibebaskan Oleh Tokoh Penting Indonesia Ini!

"Saya suka bujuk cucu tapi mereka enggak mau bikin. Bilangnya, sudah modern," kata Kristina.

Di sisi lain, Kristina dan Tipung sendiri pernah dibujuk oleh seorang mantri untuk memotong telinga panjang mereka.

Hal itu diungkapkan demi alasan kesehatan dan memudahkan aktivitas.

Namun Kristina dan Tipung menolak bujukan mantri tersebut.

Mereka memilih untuk tetap mempertahankan tradisi cuping panjang yang sudah mereka lakukan sejak kecil.

Baca Juga: Sebut Dirinya Bodoh karena Selama Ini Hanya Makan Daging Hewan, Dengiz Sang Kanibal: Daging Manusia Membuatku Gembira

Telinga Sudah Dilubangi Sejak Usia 3 Tahun

Kristina menceritakan jika tradisi Kuping panjang bukan hanya untuk perempuan.

Laki-laki di suku Dayak juga memanjangkan cuping telinga mereka sebagai simbol kegagahan. "Maknanya sama. Laki-laki akan terlibat lebih gagah jika telinga panjang," kata Kristina.

Ia sendiri mulai melakukannya sejak usia 3 tahun.

Ia bercerita jika sang ibulah yang melubangi telinganya menggunakan kayu lalu diikat kain hitam.

Baca Juga: Bunuh Atasan Lalu Curi Senjata Markas untuk Tembaki Pengunjung Mal Hingga Tewaskan 25 Orang, Tentara yang Mengamuk Ini Sempat Unggah Pesan Kematian di Facebook

Setelah lukanya sembuh, lubang tekungan diberi satu anting.

Semakin bertambah usia, maka jumlah anting yang digunakan juga akan bertambah.

Di usia 71 tahun, Kristina sudah menggunakan puluhan anting Beban dari anting yang membuat lubang telinganya memanjang.

"Mama saya bikin lubang sejak usia tiga tahun. Semakin usai bertambah, anting diperbanyak di telinga," kata perempuan kelahiran 1949 itu.

Baca Juga: 5 Cara Menurunkan Panas pada Anak, Salah Satunya Gunakan Tanaman Ini

Diakui Tak Berkarat dan Tak Pernah Dilepas

Kristina mengatakan anting yang ia gunakan terbuat dari logam putih yang tidak berkarat.

Anting tersebut didapatkan orangtua Kristina dari Sarawak, Malaysia.

"Anting ini tidak karat. Orangtua saya ambil dari Sarawak, Malaysia," katanya.

Kala itu, banyak orang Dayak di Long Pahangai pergi ke Sarawak melewati sungai dan perbukitan.

Ia bercerita, sejak usia tiga tahun ia tak pernah melepas anting-anting ya ia gunakan.

Baca Juga: Penyanyi Meghan Trainor Akui Alami Gangguan Mental, Apakah Berbahaya? Begini Penjelasan Tentang Gangguan Mental

Awalnya ia mengaku sempat terganggu terutama saat tidur. Namun dengan berjalannya waktu, ia mulai terbiasa.

Bahkan dengan kuping panjang ia masih bebas berburu.

Selain Kristina, saat itu ada puluhan perempuan Dayak yang masih melakukan tradisi kuping panjang.

Namun di era 1970-an, penggunaan anting agar cuping kuping panjang semakin berkurang.

Baca Juga: Niat Dibangun Untuk Kalahkan Patung Liberty, Siapa Sangka Patung Senilai Rp 6.4 Triliun ini Dibangun di Atas Rahasia Gelap Negara Ini

Artikel Terkait