Advertorial

Tradisi Gubuk Cinta Untuk Bercinta dengan Banyak Pria, Ternyata Bisa Menyebarkan Beragam Penyakit Seksual Ini

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M
,
Mentari DP

Tim Redaksi

Anak laki-laki ini diberi waktu untuk menghabiskan malam bersama sampai anak perempuannya menemukan cinta sejatinya dengan siapa dia ingin menikah.
Anak laki-laki ini diberi waktu untuk menghabiskan malam bersama sampai anak perempuannya menemukan cinta sejatinya dengan siapa dia ingin menikah.

Intisari-online.com - Sudah sepatutnya sebagai orangtua menjaga pergaulan anak-anaknya, utamanya para anak gadis yang masih di usia belia.

Namun apa jadinya jika para gadis ini malah 'dihalalkan' untuk melakukan hubungan intim sejak dini dengan banyak pria?

Kreung adalah suku di daerah terpencil di timur laut Kamboja yang sangat liberal dan terbuka terhadap percintaan dan seksualitas.

Ketika seorang gadis mencapai usia pertengahan remaja, orangtuanya akan membangun gubuk bilik cinta kecil dan mendorongnya untuk bertemu dengan anak laki-laki yang berbeda.

Baca Juga: Raffi Ahmad Miliki Benjolan di Leher dan Harus Dioperasi: 6 Penyebab Benjolan di Leher, Ada Cedera Hingga Kanker

Anak laki-laki ini diberi waktu untuk menghabiskan malam bersama sampai anak perempuannya menemukan cinta sejatinya dengan siapa dia ingin menikah.

Mereka percaya tradisi ini adalah cara terbaik untuk menemukan suami terbaik untuk anak perempuan mereka.

Mereka percaya, pernikahan semacam akan membentuk hubungan yang tahan lama dan penuh kasih.

Gadis-gadis di Kreung yakin akan kemampuan seksualitas mereka dan tahu betul bagaimana menangani anak laki-laki.

Mereka tahu betul apa yang mereka inginkan saat menjalin hubungan dengan seorang anak laki-laki.

Tradisi ini bisa mengejutkan siapa pun.

Nang Chan adalah seorang gadis remaja berusia 17 tahun yang sekarang tinggal di sebuah gubuk bilik cinta di halaman belakang rumah orang tuanya.

Inilah ungkapan curahan hatinya tentang gubuk bilik cinta.

"Gubuk cinta memberi kita kebebasan dan cara terbaik untuk menjelajahi kekasih sejati kita.

Ketika anak laki-laki datang untuk bermalam bersama saya, jika saya tidak ingin mereka menyentuh saya, mereka tidak akan melakukannya.

Kita hanya akan bicara sebentar dan tidur.

Baca Juga: Hati-hati Penyakit Pengintai Akibat Begadang, Ini yang Perlu Anda Lakukan untuk Melawan Penyakit Tersebut

Jika saya menemukan pacar istimewa dan kami berdua saling mencintai maka saya akan akrab dengannya dan bersenang-senang dengannya di gubuk saya.

Tapi jika saya berhenti mencintainya dan menemukan anak laki-laki lain yang saya lihat lebih menarik, maka saya akan berhenti berhubungan seks dengan pacar saya sebelumnya.

Saya pindah ke gubuk saya yang dibangun ayah ketika saya berusia 15 tahun dan sejak saat itu saya memiliki empat pacar yang pernah berhubungan intim.

Saya tidak terus menghitung berapa banyak anak laki-laki lain yang tinggal di malam hari bersama saya.

Ada dua atau tiga saat ini."

Padahal seperti yang kita ketahui, perempuan di usia 8-12 tahun masih memiliki organ reproduksi yang terbilang cukup mengrikan untuk berhubungan intim dengan banyak pria.

Jangankan bergonta-ganti pasangan, melakukan hubungan seksual di usia dini dapat memiliki banyak risiko, melansir WebMD, diantaranya:

Sensasi genital yang berubah

Remaja yang sudah pernah melakukan hubungan intim umumnya akan merasakan nyeri pada organ intimnya sesaat setelah melakukannya.

Hal ini dapat memicu mati rasa atau bahkan yang terjadi sebaliknya, terjadi peningkatan sensitivitas organ intim yang membuatnya ketagihan untuk berhubungan seks.

Penurunan fungsi otot organ intim

Bisa saja terjadi penurununan fungsi organ kewanitaan jika sering melakukan hubungan intim tersebut.

Baca Juga: Wanita Ini Menyerahkan Kantong Plastik ke Kantor Polisi Sambil Menangis, Rupanya Ini Isi Kantong Tersebut

Gairah seksual berubah

Pada beberapa kasus, ditemukan bahwa remaja yang pernah mengalami pelecehan seksual atau pernah melakukan hubungan intim mengaku untuk takut untuk berhubungan intim, dan tidak lagi muncul gairah untuk melakukannya pada saat dewasa.

Hal tersebut didasari oleh rusaknya mielin pada susunan saraf otak dan sumsum tulang belakang yang menyebabkan berkurangnya dorongan seksual.

Lebih mudah terserang virus

Beberapa penelitian juga telah menyatakan seseorang yang melakukan seks bebas lebih mudah terserang penyakit seperti campak, herpes, hingga kanker mulut rahim (serviks).

Bahkan jika sering gonta-ganti pasangan, dapat menyebabkan beberapa penyakit, di antaranya:

Penyakit Radang Panggul

"Infeksi menular seksual (IMS) yang diketahui berpotensi berdampak kesuburan adalah mereka yang bertanggung jawab atas penyakit radang panggul (PID), seperti gonore dan klamidia," ujar Dr. Amy Peters dari Saddleback Medical Center di Laguna Hills, California, mengutip dari Memorial Care.

Klamidia sangat umum dan sering tidak memiliki gejala, karena 70% wanita dengan klamidia tidak memiliki gejala, dan tidak mencari pengobatan.

"IMS dapat menyebabkan kehamilan ektopik, jaringan parut di rahim, dan masalah reproduksi tambahan, serta infertilitas jika tidak diobati, "jelas Peters.

HIV

Melansir dari Centers for Disease Control and Prevention, melakukan hubungan seksual dengan banyak pasangan dapat meningkatkan risikotertular infeksi menular seksual, bahkan HIV.

Hal ini karena semakin banyak pasangan seksual yang miliki dalam hidup, semakin besar kemungkinan memiliki pasangan seks yang memiliki HIV atau IMS lain.

Beberapa penyakit itulah yang bisa saja terjadi pada anak gadis dalam suku Kreung tersebut. (Nikita Yulia Ferdiaz/Grid Health)

Artikel ini pernah tayang di Grid Health dengan judul Sediakan Gubuk Cinta Untuk Para Gadis, Suku Ini Dapat Tingkatkan Risiko Masalah Repoduksi Hingga HIV

Baca Juga: Kisah Buruh Bangunan yang Berhasil Kuliahkan Anaknya di Teknik Nuklir UGM: ‘Selalu Ada Jalan Bagi yang Selalu Berusaha’

Artikel Terkait