Find Us On Social Media :

Kisah Sudiyono, Petani yang Antarkan Anaknya yang Down Syndrome ke SLB Dengan Sepeda Ontel

By Mentari DP, Jumat, 6 April 2018 | 10:00 WIB

Mengejutkan. Wuriyem dan Ponirah adalah dua guru yang baik hati. Keduanya menguatkan hati dan memotivasi kedua orangtua Yuli.

Sudiyono menceritakan, keduanya juga menyarankan untuk menyekolahkan Yuli ke SLB di Pengasih. Pasangan suami istri ini mempunyai latar pendidikan yang lumayan.

Sudiyono merupakan tamatan SMA, sedangkan Suwarti lulus dari SPG. Mereka segera tanggap terhadap situasi yang dihadapi Yuli pada masa depan.

"Garwo kulo ngomong ojo getun ning mburi. Iki mesti tetep disekolahke (Istri saya mengatakan, jangan sampai menyesal di belakang. Anak ini harus tetap disekolahkan)," kata Sudiyono mengenang semangat istrinya yang tetap ingin anak mereka bisa sekolah untuk mengejar mimpi.

"Kami ingin dia tetap bisa mandiri," ujarnya. Ia mengenang awal Yuli masuk SLB, sambil mengelap hidungnya yang mulai berair.

Air di sudut matanya juga mulai menggenang. Itulah mengapa Yuli sempat mengenyam enam tahun di SLB yang berada di Kecamatan Pengasih.

"Bahkan dua guru tersebut mengantar ke SLB itu," ucap Sudiyono.

Yuli mulai dari nol di SLB ini hingga kelas V. Yuli melanjutkan sekolah ke SLB Negeri 1 Panjatan hingga saat ini. (Dani Julius Zebua)

(Baca juga: Kisah para Sex Symbol: Benarkah Mereka Cuma Modal Tubuh dan Keberanian? Atau Perlu 'Kombinasi Mematikan'?)  

(Artikel ini telah tayang di kompas.com dengan judul "Alkisah Sudiyono, Buruh Tani Penjaga Cita-cita Anaknya yang Cacat Ganda Ingin Jadi Tukang Batu")