Penulis
Intisari-Online.com – Banjir yang melanda Jakarta dan sekitarnya baru-baru ini, menyisakan banyak pekerjaan rumah bagi pemilik rumah yang dilanda banjir.
Bukan hanya harus membersihkan rumahnya dari lumpur akibat banjir dan perabotan rumah yang juga terkena banjir, tetapi juga harus mewaspadai penyakit yang ‘mengintai’ mereka.
Tidak hanya penyakit seperti batuk-pilik, kolera, diare, tetapi juga penyakit mental yang bisa dialami akibat banjir ini.
Salah satu penyakit yang perlu diwaspadai adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri leptospirosis yang kerap menyebabkan infeksi.
Kita tahu, bakteri ini bisa menyerang baik hewan maupun manusia.
Seperti dilansir dari Weekly Health Updateyang dikeluarkan oleh HelloSehat.com, Indonesia termasuk salah satu negara dengan kasus leptospirosis yang banyak, dengan angka kematian yang juga banyak. I
nfeksi ini menyebar di hampir seluruh Indonesia dengan angka kejadian terbanyak bersamaan dengan musim hujan dan banjir.
Ada beberapa hal yang mesti kita perhatikan mengenai bakteri ini.
Bagaimana cara penularan leptospirosis?
Bakteri leptospirosis ditularkan melalui kontak dengan air, tanah, atau lumpur yang telah terkontaminasi oleh urin binatang yang terinfeksi leptospira.
Kontak yang lama dengan genangan air yang terkontaminasi urin atau minum air yang telah terkontaminasi juga dapat menyebabkan seseorang terinfeksi.
Tak hanya itu, gigitan binatang yang terinfeksi juga dapat menyebabkan penularan.
Tikus, anjing, babi, dan sapi merupakan binatang yang dapat menularkan leptospirosis.
Penularan dari manusia ke manusia jarang dilaporkan.
Bakteri ini selanjutnya dapat masuk melalui kulit yang terluka, atau selaput lendir pada mata, hidung, bibir, dan mulut.
Orang dengan risiko tinggi tertular leptospirosis adalah pekerja di sawah, pertanian, perkebunan, peternakan, pekerja tambang, atau dokter hewan.
Apa tanda dan gejala leptospirosis?
Masa inkubasi leptospira berkisar sekitar 7-14 hari (rata-rata 10 hari), dan gejala yang dapat timbul antara lain:
- Demam menggigil yang mendadak
- Nyeri kepala
- Pegal-pegal
- Nyeri otot, gejala khas yaitu nyeri tekan pada otot betis
- Nyeri perut, mual dan muntah
- Iritasi dan kemerahan pada mata disertai fotofobia (takut terhadap cahaya)
- Ruam pada kulit
Pada kebanyakan orang, gejala ini dapat menghilang dalam waktu 5-7 hari, namun pada sekitar 10% pasien dapat jatuh ke kondisi leptospirosis yang berbahaya.
Apakah leptospirosis berbahaya?
Sekitar 10% leptospirosis akan berlanjut ke kondisi lebih parah yang disebut dengan penyakit Weil, biasanya terjadi setelah 1-3 hari gejala yang lebih ringan timbul. Gejala yang timbul berupa:
Demam kuning, dapat dilihat dari kulit dan mata yang menguning disertai pembesaran hepar dan limfa.
Baca Juga: Dikira Hanya Demam Biasa, Bocah 4 Tahun Ini Nyaris Tewas Gara-gara Terinfeksi Bakteri Pemakan Daging
Gagal ginjal, kematian sel ginjal.
Perdarahan spontan, mimisan, bintik-bintik perdarahan di kulit. Apabila ada keterlibatan paru, pasien dapat mengeluh sesak napas, nyeri dada, dan batuk berdarah.
Pada 50% penderita dengan leptospirosis berat, infeksi dapat menyebar ke otak sehingga menyebabkan meningitis (peradangan selaput otak) dan ensefalitis (peradangan otak) yang ditandai dengan adanya kaku kuduk, nyeri kepala, muntah, sampai kejang-kejang.
Bagaimana cara mengobati leptospirosis?
Baca Juga: Siapa Bilang Mesin Cuci Terbebas dari Bakteri? Ini Jawaban para Ahli!
Pada kebanyakan kasus, leptospirosis ditemukan dalam kondisi ringan, dilakukan pengobatan dengan menggunakan antibiotik selama 5-7 hari tergantung respon penyakit.
- Antibiotik harus diberikan secepat mungkin dan harus dihabiskan.
- Menghentikan antibiotik ketika gejala membaik dapat menyebabkan bakteri yang belum terbunuh menginfeksi kembali.
- Obat-obatan penurun panas seperti parasetamol dan ibuprofen juga dapat diberikan untuk mengurangi gejala.
Baca Juga: Terinfeksi, Kaki Wanita Ini Digerogoti Bakteri Pemakan Daging hingga Tulangnya Terlihat
Pada kasus leptospirosis yang berat, penderita harus dirawat dan diobservasi, terkadang juga dibutuhkan alat bantu seperti ventilator untuk membantu pernapasan, dialisis untuk menggantikan fungsi ginjal, dan cairan infus untuk sebagai sumber nutrisi tubuh.
Bagaimana mencegah leptospirosis?
Beberapa cara pencegahan leptospirosis harus berdasarkan pengetahuan tetang siapa saja yang berisiko tinggi. Kita juga jeli terhadap faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya.
Ada beberapa metode pencegahan yang dapat dilakukan:
Baca Juga: Mencuci Sumpit dengan Air Ternyata Sama Dengan Makan Banyak Bakteri
Mengontrol sumber infeksi yang meliputi: vaksinasi terhadap binatang peliharaan yang bisa terkena leptospirosis, berantas binatang liar seperti tikus di lingkungan, dan jangan biarkan binatang peliharaan Anda memakan tikus liar.
Mengontrol rute penularan, yang meliputi: hindari berenang di sumber air tergenang yang kemungkinan tercemar urin binatang yang terinfeksi leptospirosis, kenakan alas kaki apabila hendak keluar rumah, dan pastikan sumber air minum untuk mandi dan minum anda bersih
Mencegah infeksi di manusia. Vaksinasi pada manusia sejauh ini belum memberikan hasil yang memuaskan.
Sekali lagi, Indonesia termasuk dengan angka infeks leptospirosis tinggi di dunia.
Ada baiknya kita selalu waspada dengan penyebaran bakteri ini, terlebih ketika musim hujan seperti ini. (Moh. Habib Asyhad)