Mengenal Istilah 'Gaijin', Sebutan Orang Jepang Untuk Menghormati Tetapi Juga Untuk 'Merendahkan' Orang Asing Di Negara Mereka, Apa itu?

May N

Penulis

Faktanya semua orang asing di Jepang adalah gaijin, tetapi apakah ungkapan tersebut sebenarnya baik atau justru buruk?

Intisari-online.com -Jepang menjadi negara yang didambakan banyak orang untuk ditinggali atau sekedar negara yang ingin dikunjungi.

Banyak yang menganggap hidup di Jepang, dengan segala keteraturannya akan memudahkan untuk kehidupan yang lebih baik.

Banyak juga yang beranggapan jika di Jepang penduduknya ramah terhadap orang asing, dan semua berpikiran terbuka.

Namun banyak yang terkecoh saat sudah sampai di sana.

Baca Juga: Mulai Sekarang, Jangan Lagi Berani Merogoh Tangan Patung Budha di Candi Borobudur!

Banyak yang terkecoh akibat 'keramahan' orang Jepang dan saat benar-benar berhubungan dengan orang Jepang asli, baru semua orang non Jepang menyadari jika mereka tidak ramah.

Dilansir dari editorial Japan Times, seorang jurnalis Afro-Amerika bernama Baye McNeil menceritakan kehidupan menjadi orang asing di Jepang.

Pria yang telah menuliskan 2 memoar di tahun 2012 dan 2013 tersebut menceritakan awal mula pengalaman 'gaijin' yang ia miliki.

Apa itu gaijin?

Baca Juga: Inilah Dr. Tan, Dokter yang Terkenal Pelit Berikan Resep Obat ke Pasien, Alasannya?

Gaijin adalah istilah dalam bahasa Jepang yang artinya adalah orang asing, atau orang non-Jepang.

Berawal dari tahun 2008, pengalaman yang disebutnya 'Loco in Yokohama' tersebut menceritakan sebuah 'kursi kosong pada kereta yang ramai.'

Hal ini, berasal dari semua orang asing di Jepang, akan mengalami saat ketika duduk di kereta, bus, atau tempat publik di manapun di Jepang, dan tidak ada orang Jepang yang ingin duduk di sampingnya.

Kejadian tersebut tidak hanya dialami oleh gaijin satu atau dua kali, tetapi dapat terjadi kapan pun dan di manapun.

Baca Juga: Ketika Masih Bayi Orang Tuanya Membuangnya di Tempat Sampah, Setelah Dewasa Justru Berharta Rp867 Miliar

Mengapa hal tersebut terjadi?

Hal ini, karena pada dasarnya orang Jepang tidak terlalu menerima orang luar.

Meskipun pengalaman Baye dimulai 2008, tetapi 10 tahun kemudian dia masih mengalami diskriminasi ras yang tidak setara oleh masyarakat Jepang.

Mulai dari dianggap menakutkan (kowai) oleh anak-anak kecil, sampai orang di kereta ingin duduk di sampingnya tetapi kemudian mengurungkan niat, pengalaman menjadi gaijin sangatlah tidak menyenangkan.

Namun, Baye yang menetap di Jepang telah lama, memutuskan untuk berdamai dengan status 'gaijin' yang mungkin akan melekat selamanya padanya.

Baca Juga: Hanya Ditinggali 5 Orang, Rumah 27 Lantai Termahal di Dunia Ini Milik Keluarga Terkaya di Asia, Begini Cara Mereka Merawatnya!

Sampai suatu ketika, saat dia menaiki kereta yang melintas di Tokyo.

Ia sudah mengabaikan pandangan dan bisikan orang-orang mengenai 'seberapa asingnya dia'.

Namun, tiba-tiba ada anak kecil mendekatinya kemudian menangis ketakutan.

Ajaibnya, ibu sang anak kecil seperti mengabaikan ketakutan anak tersebut dan menyuruh sang anak untuk ikut duduk bersebelahan dengan Baye.

Baca Juga: Benda yang Selama Ini Kita Abaikan Ini Ternyata Ampuh Untuk Mengusir Semut Dari Rumah

Ia sampai berpikir hal tersebut adalah cara ibu menghukum anaknya, dan menyuruh si anak dekat-dekat dengan orang asing menakutkan.

Ia juga berpikir apakah itu cara mudah bagi ibu karena orang asing bagi orang Jepang, dianggap sama sekali tidak mengerti bahasa Jepang.

Namun, ibu Jepang tersebut tidak menunjukkan sikap apa-apa selain meminta maaf atas kerusuhan yang dibuat anaknya dan rasa malu yang ia rasakan.

10 tahun dari saat Baye menyadari betapa asingnya dia bagi orang Jepang, kali itu adalah kali ketiga dirinya diperlakukan setara.

Baca Juga: Waspada Pasangan Selingkuh? Ini 7 Cara Mudah Mendeteksi Pasangan yang Selingkuh

Perlu diketahui, meskipun Jepang ramah terhadap orang asing yang datang ke negara mereka, mereka memiliki konsep pemahaman tertentu tentang 'gaijin'.

Konsep tersebut antara lain:

Gaijin tidak dapat berbahasa Jepang

Bagi mereka, gaijin tidak mahir berbahasa Jepang dan walaupun mereka menemui gaijin yang dapat berbahasa Jepang dengan lancar, di depan mereka akan menghormati.

Baca Juga: Bertemu Bocah Laki-laki 20 Tahun Lalu Saat Berlibur, Tak Disangka Ia adalah Jodoh Wanita Ini, 'Kami Semua Tidak Percaya'

Namun di belakang, ungkapan-ungkapan mengenai bahasa Jepang yang dimiliki gaijin tersebut akan diucapkan kepada sesama orang Jepang.

Lalu, bagi gaijin yang sedang belajar bahasa Jepang, mereka akan memuji habis-habisan.

Justru hal tersebut adalah cara orang Jepang merendahkan kemampuan bahasa Jepang gaijin.

Dan karena mereka menganggap gaijin tidak dapat berbahasa Jepang, mereka akan dengan mudah menertawakan orang asing yang mereka temui di jalanan, kereta atau bus.

Baca Juga: Telapak Tangan Berkeringat Menandakan Penyakit Jantung, Mitos atau Fakta?

Gaijin 'hanya tahu' sushi

Jangan merasa senang jika orang Jepang menanyakan apakah Anda pernah ke warung sushi ketika di Jepang.

Bagi mereka, hal tersebut adalah sebuah 'keseragaman'.

Mereka menganggap orang asing yang datang ke Jepang hanya tahu makanan Jepang berupa sushi.

Baca Juga: Berat Badan Anda Tiba-tiba Turun Drastis? Jangan Senang Dulu, Bisa Jadi Itu Tanda 5 Penyakit Berbahaya Ini

Juga, orang Jepang menganggap banyak orang ke Jepang semata-mata karena melihat keindahan bunga sakura.

Gaijin lebih 'tidak tahu' akan Jepang

Tidak dapat ditampik, penduduk Jepang telah maju selama puluhan tahun.

Reformasi mereka begitu hebat, menyebabkan mereka menjadi berbangga diri.

Baca Juga: 5 Penyebab Tak Terduga Serangan Jantung, Salah Satunya Suara Keras

Akibatnya, saat berinteraksi dengan gaijin di Jepang, mereka selalu memiliki pandangan merendahkan.

Bisa jadi Anda seorang profesor yang telah melanglang buana ke seluruh dunia.

Namun saat bertemu dengan orang Jepang, mereka hanya akan melihat jika Anda orang Jepang atau bukan.

Sebagian isi artikel merupakan editorial berbahasa Inggris ditulis oleh Baye McNeil, yang dikembangkan berdasarkan pengalaman pribadi penulis saat tinggal di Jepang. Baca editorial asli di sini

Artikel Terkait