Find Us On Social Media :

Setahun Tsunami Banten: Peneliti Jerman Berhasil Ungkap Tanda Sebelum Gunung Anak Krakatau Meletus, tapi Vulkanolog Indonesia Meragukannya dan Sebut Ahli-ahli Indonesia Lebih Jago

By Ade S, Senin, 23 Desember 2019 | 18:47 WIB

Semburan anak gunung Krakatau terfoto

"Semua tanda-tanda (jelang letusan 2007) sama seperti jelang letusan eksplosif 1990. Ketahuan (begitu) dan semua ngomong bla bla bla (soal) penyebab letusan efusif setelah itu terjadi," ungkapnya.

Selain itu, peringatan dini tsunami yang dikeluarkan BMKG hanya berdasarkan ciri khusus sebuah gempa, yakni gempa di laut dengan kekuatan lebih dari M 5,0 dan kedalaman kurang dari 10 kilometer.

Sejauh pengamatan Surono, sulit memastikan apakah gejala terkait GAK adalah pertanda runtuhan atau akvitas vulkanik.

"Data GAK sulit untuk dibedakan, itu aktivitas vulkanik atau tanda-tanda (akan) longsor," jelasnya.

Sebagai ahli vulkanologi, Surono berpengalaman mengamati aktivitas gunung api dan gerakan tanah longsor. Menurut dia, sulit untuk benar-benar tahu kapan dan berapa volume longsor yang akan terjadi.

Baginya, yang terpenting adalah memberi keputusan yang tepat bagi masyarakat di sekitar lokasi bakal bencana.

"Ketika jelas ada gerakan (tanah), segera putuskan untuk mengungsikan warga. Jika tidak ada longor, syukur. Saat terjadi longsor pun masyarakat aman (karena) sudah mengungsi," tegasnya.

Masih menurut Surono, untuk kasus GAK, ketika aktivitas vulkanik gunung meningkat, temperatur di laut pasti naik.

Selain temperatur, tubuh GAK juga akan mengembung atau bergetar, yang disebut deformasi.

Baca Juga: Retakan Baru di Gunung Anak Krakatau Ditemukan, BMKG Imbau Masyarakat Waspada Tsunami