Find Us On Social Media :

Penemuan 25 Makam di Tasikmalaya Rusak, Inilah Hal-hal 'Mengerikan' yang Terjadi di Pemakaman

By Nieko Octavi Septiana, Selasa, 12 November 2019 | 22:00 WIB

25 Makam Rusak di Tasikmalaya, Ini 3 Kejadian 'Mengerikan' di Pemakaman

Intisari-Online.com - Penemuan 25 makam yang rusak di Tempat Pemakaman Umum (TPU) membuat warga Desa Pakemitan, Kecamatan Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat gempar.

Melansir Kompas.com, Selasa (12/11/2019), kondisi makam rusak pertamakali diketahui oleh warga yang akan berziarah pada Jumat (8/11/2019) pagi.

Untuk mengungkap kasus pembongkaran 25 makam di Tasikmalaya tersebut, aparat kepolisian Resor Tasikmalaya membentuk tim gabungan khusus.

Sementara kasus tersebut masih didalami, ada berbagai hal aneh dan 'mengerikan' terjadi di pemakaman.

Baca Juga: Dulu Miliki Berat Badan 340 kg dan Tidak Bisa Bangun dari Kasur, Kini Berat Badan Ibu Ini Capai 70 kg dan Bisa Berjalan Untuk Pertama Kalinya Selama 3 Tahun

Melansir Grunge, inilah kejadian-kejadian tak terduga yang terjadi di pemakaman.

Penyerangan mayat

Dalam suatu upacara pemakaman, biasanya keluarga dan kerabat akan duduk, berusahan menenangkan satu sama lain.

Biasanya juga ada pidato dan pembacaan doa oleh pemuka agama sebelum mengantar mayat ke peristirahatan terakhirnya.

Namun yang terjadi di Orlando sangat mengejutkan.

Ketika Pastor sedang memberikan pidato, tiba-tiba seorang asing yang kemudian diketahui bernama Timothy Clearly, berjalan masuk dan melompat ke peti mati yang terbuka.

Seketika orang asing itu mulai memukuli mayat, meninjunya berulang kali.

Ini terjadi di Gereja Harvest Baptist Orlando tahun 2007.

Clearly kemudian ditundukkan oleh pelayat, yang memanggil pihak berwenang.

Baca Juga: Via Vallen Bantah Oplas dan Ngaku Lakukan Perawatan, Ini Salah Satu Perawatan Agar Wajah Terlihat Lebih Tirus Tanpa Operasi

 

Cleary ditangkap segera setelah serangan itu dan polisi dengan cepat mengetahui bahwa dia tidak punya motif untuk penyerangan apa pun.

Korbannya yang telah meninggal tidak disebutkan namanya. Faktanya, bahkan tidak jelas Cleary benar-benar mengenal korban sama sekali.

Tampaknya itu mungkin hanya serangan acak, tanpa kompromi.

Seorang hakim memerintahkan evaluasi mental lengkap tentang Cleary, tetapi tidak ada laporan berita tindak lanjut yang pernah dipublikasikan.

 

 

Keracunan di Pemakaman

Pemakaman di Mozambik memiliki tradisi unik, biasanya keluarga almarhum akan membuat bir buatan sendiri dari millet, yang dikenal sebagai pombe.

Pada Januari 2015, sebuah pemakaman menjadi kacau karena tumpukan pombe yang tercemar.

Meskipun orang yang meminumnya lebih awal pada hari itu baik-baik saja, menurut Washington Post, mereka yang meminumnya pada sore dan malam hari keracunan.

Hampir 200 orang berakhir di rumah sakit dan 72 meninggal, termasuk wanita yang menyeduh pombe.

Tidak jelas apa yang terjadi, tetapi pihak berwenang mengumumkan bahwa pombe sengaja diracuni dengan empedu buaya.

Masalahnya, bahkan tidak jelas apakah empedu buaya cukup beracun untuk membunuh orang, atau bahkan beracun sama sekali, dalam hal ini.

Empedu buaya memiliki reputasi budaya sebagai racun, tetapi ini tidak terbukti.

Baca Juga: Kisah Pertempuran di Timor Timur, Banyak Mata-mata Sipil dan Perempuan Bawa Granat, Hanya 9 Prajurit ABRI yang Pulang Selamat

 

 

Ada banyak tanaman asli di Mozambik yang akan menghasilkan gejala yang terlihat pada mereka yang diracun.

Bagaimanapun, penyelidik tidak dapat menemukan penyebab atau motif, apalagi racun yang digunakan.

Terbunuh di upacara pemakaman ibunya

Kisah tak menyenangkan ini datang dari Tanah Air. Kita tahu orang Toraja memiliki tradisi pemakaman yang khas.

Pemakaman tradisional ini berlangsung selama beberapa generasi dan merupakan bagian penting bagi komunitas Toraja.

Sebelum acara dimulai, peti mati orang yang meninggal diangkat ke atas sebuah menara panggung, yang disebut lakkian, menggunakan tangga kayu, di mana ia akan duduk sampai dimakamkan.

Di pemakaman Berta Kondorura tahun 2018, sekitar 20 orang sedang memanjat tangga untuk meletakkan peti mati di atas lakkian ketika salah satu penopang tangga patah, membawanya jatuh ke tanah, menurut The Washington Post.

 

Peti mati meluncur dari tepi lakkian dan jatuh ke tumpukan orang yang baru saja jatuh di bawah.

Putra Berta, Samen Kondorura, 40 tahun, berada di dasar tumpukan.

Ketika peti mati ibunya jatuh ke kelompok, Samen terluka parah.

Meskipun berusaha diselamatkan Samen meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.

Polisi menyelidiki dan menemukan bahwa tangga rusak karena konstruksi yang buruk, tetapi keluarga Kondorura memilih untuk tidak mengajukan tuntutan terhadap pembangun.

Sebaliknya, peti mati Samen ditempatkan di sebelah ibunya di lakkian, dan upacara pemakaman berlanjut.

Baca Juga: Denda Dirinya Sendiri dengan 'Recehan' Setiap Ingin Merokok Selama 4 Tahun, Ayah Ini Terkejut Uang yang Terkumpul