Find Us On Social Media :

Kisah Pertempuran di Timor Timur, Banyak Mata-mata Sipil dan Perempuan Bawa Granat, Hanya 9 Prajurit ABRI yang Pulang Selamat

By Nieko Octavi Septiana, Selasa, 12 November 2019 | 17:30 WIB

Ilustrasi

Intisari-Online.com - Menjadi negara kepulauan yang besar, bukan tugas mudah bagi prajurit militer untuk menjaga kedaulatan Indonesia.

Misi di Timor Timur (sekarang Timor Leste), adalah satu dari sekian kisah yang tak terlupakan dari dunia militer Tanah Air.

Kisah dramatisnya tertuang dalam '328 Para Battalio, The Untold Stories of Indonesian Legendary Paratroopersm Setia-Perkasa-Rendah Hati' terbitan Elex Media Komputindo.

Dalam buku itu mengungkap cerita mengungkap kisah yang dituturkan oleh seorang prajurit yang selamat dari medan perang di Timor Timur.

Baca Juga: Kisah Letnan TNI Komaruddin, Anggota TNI yang Sakti Mandraguna dan Kebal Peluru, Tapi Menghilang Secara Misterius pada Akhir Hidupnya

Salah satunya adalah pengalaman 30 prajurit ABRI yang dikisahkan dalam buku '328 Para Battalion, The Untold Stories of Indonesian Legendary Paratroopers, Setia-Perkasa-Rendah Hati' terbitan Elex Media Komputindo.

Dari 30 prajurit ABRI yang diberangkatkan, cuma 9 orang yang pulang dengan selamat

Kronologi ceritanya dibeberkan oleh seorang prajurit ABRI bernama Sersan Mayor Didin Somantri.

Didin Somantri memiliki pengalaman tempur yang mumpuni saat menjalankan misi di Mapenduma.

Saat operasi di Timor Timur pada tahun 1978 lalu, Didin Somantri dan rekan-rekannya ditugaskan dalam misi perebutan Matabean.

Didin Somantri yang merupakan ahli navigasi darat mengungkapkan, Batalyon 328 saat itu mendapatkan tugas merebut sasaran Matabean.

Menurutnya, saat itu selain medan tempur Matabean yang sangat berat, masyarakat setempat menurut Didin juga memiliki posisi yang menguntungkan.

Sebab, dengan kekuatan empat kabupaten, yaitu Bacau, Pile, Langen, dan Los Palos, mereka memiliki posisi yang lebih memungkinkan untuk melemparkan batu dari ketinggian tebing.

"Jadi pertempuran tak seimbang," tulis Didin dalam buku tersebut.

Didin Somantri saat itu mendapatkan tugas sebagai penembak senapan kompi C Peleton 2.

Akibat pertempuran yang tak seimbang itu, sejumlah personel prajurit ABRI pun gugur.

"Danton Didi Haryadi gugur. Dari 30 prajurit, yang bisa kembali hanya 9 prajurit," tulis dalam buku tersebut.

Sehingga, bisa jadi yang gugur dalam pertempuran itu mencapai 21 orang.

Dalam buku itu disebutkan, sasaran 7 merupakan sasaran yang paling berat.

Didin Somantri ingat betul, saat itu dirinya diminta mengawal Edi Sudrajat, yang saat itu pasukannya juga masuk ke lereng Gunung Tiba Silo.

Baca Juga: Awalnya Hanya Sakit Kepala, Pembawa Baki Paskibra Ini Ternyata Meninggal Karena Hal Mengerikan Ini