Advertorial

Hujan Es Sebesar Biji Jagung Terjadi di Bojonegoro: Ini Penyebab Hujan Es Menurut BMKG

Mentari DP

Editor

Telah terjadi hujan es sebesar biji jagung di beberapa wilayah Kabupaten Bojonegoro. Apa penyebab hujan es?
Telah terjadi hujan es sebesar biji jagung di beberapa wilayah Kabupaten Bojonegoro. Apa penyebab hujan es?

Intisari-Online.com – Hujan air tentu umum di setiap negara. Namun bagaimana jika hujan es?

Terdengar aneh. Tapi kejadian ini cukup sering terjadi.

Termasuk kejadian di wilayah Kabupaten Bojonegoro Sabtu (9/11/2019) sekitar pukul 17.00 WIB.

Dilansir dari kompas.com pada Senin (11/11/2019), telah terjadi hujan es sebesar biji jagung di seputaran kota, bagian barat di Desa Banjarsari, Kecamatan Trucuk, tengah kota terjadi di Ledok Kulon, Jalan Gajah Mada, dan di barat kota di Kelurahan Jetak.

Baca Juga: Robert Norris, Bintang Iklan Pertama Marlboro yang Tidak Pernah Merokok Itu Meninggal Dunia di Usia 90 Tahun

Dilansir dari Surya.co.id, Olyvia warga Kelurahan Ledok Kulon bercerita bahwa hujan sore itu tidak biasa karena suaranya sangat keras.

Saat dilihat ternyata hujan es. Warga yang mengetahuinya pun mengumpulkannya untuk difoto.

"Iya terjadi hujan es seperti biji jagung, kita kumpulkan lalu difoto, ini kan langka," Ujarnya.

Apa penyebab hujan es di beberapa kota di Indonesia?

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada tahun 2018 silam, hujan es adalah sebuah fenomena alamiah yang biasa terjadi.

Baca Juga: Bukti Selalu Ada Hikmah di Balik Musibah, Warga yang Terkena Banjir Ini Tiba-tiba Mendadak Kaya

Kepala Humas BMKG Hary Tirto Djatmiko mengatakan, fenomena hujan es biasanya banyak terjadi pada masa pancaroba.

"Kejadian hujan lebat/es disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat lebih banyak terjadi pada masa transisi/pancaroba musim, baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya," ujar Hary melalui keterangan tertulis.

Hary menyampaikan, ada beberapa indikasi terjadinya hujan lebat atau es disertai petir dan angin kencang pada hari ini.

Satu hari sebelumnya, kata Hary, udara pada malam hingga pagi hari terasa panas dan gerah.

Udara yang terasa panas dan gerah diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat, ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (> 4.5°C) disertai dengan kelembaban yang cukup tinggi ditunjukkan oleh nilai kelembaban udara di lapisan 700 mb (> 60%).

Mulai pukul 10.00 pagi, terlihat tumbuh awan cumulus (awan putih berlapis-lapis).

Baca Juga: Pria Ini ‘Dihabisi’ oleh Ayah dan Dua Adik Tirinya, Perilakunya Semasa Hidup Bikin Geleng-geleng, Sampai Hakim Bilang Ini Kasus Langka

Di antara awan tersebut, ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepi sangat jelas berwarna abu-abu yang menjulang tinggi seperti bunga kol.

Tahap berikutnya, awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu-abu atau hitam yang dikenal dengan awan Cb (cumulonimbus).

"Pepohonan di sekitar tempat kita berdiri ada dahan atau ranting yang mulai bergoyang cepat. Kemudian, terasa ada sentuhan udara dingin di sekitar tempat kita berdiri," kata Hary.

Hary menyampaikan, biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba-tiba. Gerimis biasanya tidak menimbulkan angin kencang.

"Jika 1-3 hari berturut-turut tidak ada hujan pada musim transisi/pancaroba/penghujan, maka ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun diikuti angin kencang, baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun yang tidak," ucap dia. (Nursita Sari)

(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Kata BMKG soal Fenomena Hujan Es”)

Baca Juga: BERITA POPULER: Kisah Pria yang Nikahi Mantan Guru SMA-nya Hingga Wajah Wanita Ini Bengkak 3 Bulan Setelah Jalani Oplas

Artikel Terkait