Advertorial

Pria Ini ‘Dihabisi’ oleh Ayah dan Dua Adik Tirinya, Perilakunya Semasa Hidup Bikin Geleng-geleng, Sampai Hakim Bilang Ini Kasus Langka

Mentari DP

Editor

Dari enam anak, Asmawi merupakan anak lelaki satu-satunya.  Namun dia malah dibunuh oleh ayah dan dua adik tirinya. Apa alasannya?
Dari enam anak, Asmawi merupakan anak lelaki satu-satunya. Namun dia malah dibunuh oleh ayah dan dua adik tirinya. Apa alasannya?

Intisari-Online.com – Apa arti keluarga bagi Anda?

Untuk sebagian besar orang, keluarga bisa dibilang menjadi satu-satunya tempat untuk menyampaikan isi hati.

Namun sepertinya hal tersebut tak terjadi dalam keluarga Aswawi.

Dari enam anak, Asmawi merupakan anak lelaki satu-satunya. Namun dia malah dibunuh oleh ayah dan dua adik tirinya.

Baca Juga: BERITA POPULER: Kisah Pria yang Nikahi Mantan Guru SMA-nya Hingga Wajah Wanita Ini Bengkak 3 Bulan Setelah Jalani Oplas

Bahkan hakim mengatakan ini adalah kasus langka.

Mengapa Asmawi dibunuh?

Kisah tersebut pernah tayang diTabloid Novaedisi 1 – 22 Mei 1988 dengan judul“Ayah dan Dua Adik Tiri Korban Sengaja Merencanakannya”.

Tak tahan dengan ulah kakak lelaki tirinya yang gemar mengganja, mabuk-mabukkan hingga sering minta uang sambil mengancam, Komariah (30) dan Agustina (29) akhirnya memutuskan merencanakan pembunuhan terhadap kakaknya.

Tapi ayah mereka, Kuryana Sudamardji (65), yang didengar kesaksiannya Senin (9/5) lalu, mengaku pada hakim, "Saya yang membuat rencana pembunuhan itu."

la, katanya, sudah terlalu kewalahan dengan tingkah anak kedua dari istri pertamanya itu.

Pembunuhan berencana yang berlangsung 7 Desember tahun lalu sekitar tengah malam di Cengkareng itu, akhirnya berhasil menewaskan Asmawi (39), pemuda lajang dan tuna karya.

Sebuah peluru dari senjata milik Mursanuddin, seorang reserse, menembus dada Asmawi setelah sebelumnya sebuah peluru lainnya tak mengenai pria itu.

Asmawi yang malam itu berhasil dijebak untuk ikut pergi ke Cengkareng, mulanya diikat kedua tangan juga lehernya.

Lalu didorong ke luar mobil untuk kemudian ditembak.

Pembunuhan itu dilakukan karena korban dap saat merongrong Komariah dan Agustina yang bekerja di sekretrariat sebuah bus malam.

"Tiap kehabisan uang, ia datang merongrong. Dikasih uang pun, ia mengancam. Apalagi tak diberi. Pasti kami semua dibunuhnya," tutur Komariah alias Kokom dengan suara lirih.

Gadis yang selalu menunduk di muka sidang ini, menceritakan keburukan perangai abangnya hingga, "Kami sekeluarga merasa tak tentram."

Dan bersama ayah mereka sebagai perencana pembunuhan itu, disusunlah skenario untuk "membereskan" Asmawi.

Baca Juga: Tak Sengaja Temukan Dompet Penuh Uang, Gelandangan Ini Dapat Ganjaran Tak Terduga saat Mengembalikannya

Dijebak

Istilah "membereskan" itu pula yang disampaikan Kokom dan Agustina pada Pak Dukun Haji Manap yang kemudian menyusun strategi dengan janji bayaran Rp3 juta.

"Saya dengar sebagai dukun yang pandai mengobati segala penyakit. Karena itu kami menemui Pak Dukun di Tangerang," kata Kokom lugu.

Namun dukun ini tak langsung mau.

Tak putus asa, dua gadis ini minta sang ayah bicara pada wak dukun. Itu pun tak sekali jadi.

Baru setelah mereka menawarkan uang Rp3 juta, wak dukun ini pun tergiur dan mau membantu.

Kokom lalu membuat surat perjanjian pembayaran dan langsung diantarkan ke Haji Manap.

Sebelumnya, usaha serupa pernah dilakukan Kuryana. Ia menghubungi Ilyas, temannya untuk kerja samamenghilangkan nyawa Asmawi yang konon terkenal berandalan sejak kecil.

Dengan lembut Ilyas menolak.

Dan ia tetap menolak ketika Kokom dan Agustina datang meminta hal sama. Setelah Haji Manap bilang oke, maka Kuryana lalu menghubungi reserse Mursanuddin.

Mulanya alat negara ini tak mau, tapi kemudian setuju membantu "membereskan" Asmawi. Lalu mereka pun menyusun siasat.

Dibuatlah skenario, seolah-olah rumah Kuryana di Cimanggis hendak dikontrakkan pada Husni, kawan Haji Manap.

Nah, sebagai anak lelaki satu-satunya, sang ayah minta persetujuan Asmawi. Kalau ia setuju, uang itu akan diambil di rumah Husni di Cengkareng dan Asmawi diminta ikut.

Tanpa curiga pada jebakan itu, ikutlah Asmawi. Dengan taksi gelap merk Corolla warna hijau, berangkatlah Asmawi, Haji Manap, Mursanuddin dan Kuryana.

Belum sampai Cengkareng, Kuryana diturunkan di terminal Cengkareng. Dan mulailah "pembunuh-pembunuh ini beraksi. Mula-mula Haji Manap memberi tali pada Mursanuddin.

Dengan tali itu, dua tangan dan leher Asmawi diikat. Sebelumnya pria malang ini sempat kabur dan buang air besar karena ketakutan.

Tapi setelah diikat, korban tak kuasa lagi berontak. Tubuhnya didorong ke luar lalu pistol negara milik Mursanuddin pun menyalak.

"Dua kali tembakan, tapi yang pertama tak kena. Satu lagi kena dadanya," kata Mursanuddin di muka pengadilan sambil terus menundukkan wajahnya.

Baca Juga: Seorang Ibu 'Menolak' Kematian Anaknya, Tiba-tiba 'Jasad' Anak Ini Hidup Kembali Tepat Saat Akan Dikremasi

Menangis

"Saya baru tahu anak saya meninggal setelah ditangkap polisi dua hari kemudian," cerita sang ayah.

Sementara Kokom dan adiknya yang malam itu menginap di kediaman Haji Manap sudah tahu lebih dulu.

Mursanuddin lalu minta uang untuk bayar taksi melalui Haji Manap, kisah Kokom yang saat itu memberi ongkos taksi sebesar Rp80 ribu.

Nasib sial pun menimpa wak haji. Belum lagi terima uang, ia keburu ditangkap polisi. Tak sepeser pun uang, katanya, sempat dikecapnya.

Pihak kepolisian sendiri mengetahui para pelaku ini setelah melacak laporan seorang saksi yang malam itu kebetulan melihat kejadian sadis itu.

Ia melihat sebuah taksi merk Corolla warna hijau yang digunakan para pembunuh.

Dari para pengemudi taksi gelap itulah, jejak para pembunuh ini terbongkar.

Berulang kali, sambil meneteskan air mata, Kuryana me ngatakan di muka sidang, "Batin saya sudah tak kuat lagi, Bapak Hakim yang terhoimat.”

“Saya tak tahan melihat anakanak perempuan saya selalu diancam dengan pisau di leher mereka tiap Asmawi minta uang," kata pria karyawan sebuah ekspedisi muatan kapal udara ini.

Karena kasus ini pula, Kuryana kehilangan pekerjaannya.

Ia, katanya, bukan pilih kasih karena korban adalah anak dari istri pertamanya yiag sudah meninggal ketika hakim mengatakan, "Biasanya km suami lebih sayang pada anakanak istri mudanya."

Tapi Kuryana yang bermata tajam ini selalu mejawab, "Saya tak pilih kasih. Sungguh. Saya cuma sudah tak tahan lagi."

Asmawi konon pernah pula melempar clurit ke ibu tirinya ketika ibunya sedang salat.

"Saya tak tahu apa-apa. Yang jelas, saya memang bingung melihat keadaanya," kata Ny. Kuryana pada NOVA .

Baca Juga: Wanita Asal Indonesia Ini Punya 2 Suami Sah dan 1 Selingkuhan, Diseret ke Pengadilan, dan Libatkan 2 Negara

Waktu kejadian itu, sambung Kokom, kakak tirinya itu> tengah memaksa minta uang pada dua adik tirinya.

"Paling sedikit, saya memberi Rp 50 ribu. Padahal gaji saya tak seberapa."

Masih sambil marah- marah, tambah Kokom, kakaknya itu melempar clurit ke arah ibu tirinya. Untung saat itu Ny.

Kuryana tengah bersujud hingga clurit itu tak mengenai sasaran. Kokom juga bercerita, ia sudah lapor pada Ketua RT tentang tindaktanduk kakaknya.

"Tapi tak ada tanggapan. Habis, adiknya Pak RT juga main gituan," ujar gadis tamatan SMP ini sambil menirukan gerak orang teler.

Sebab itu pula saran orang-orang untuk melaporkan kebrutalan Asmawi pada polisi, tak mereka tanggapi.

Sedangkan sang ayah beranggapan, "Akibatny 1 akan lebih fatal lagi. Kalau ia ditangkap, ditahan lalu keluar lagi, pasti kami semua mati."

Didukuni

Sementara itu, Mursanuddin yang ikut tergiur dengan bayaran yang dijanjikan lalu mau melakukan hal yang sepatutnya tak ia lakukan, berkilah di muka hakim, "Mungkin saya didukuni Pak Haji Manap."

Ia juga menambahkan, sebelum melakukan pembunuhan itu, mereka membeli lima botol bir hitam serta lima botol bir putih, "Dan saya minum banyak," katanya.

Ketika ditanya hakim, apakah ia sudah sering membunuh hingga didatangi Haji Manap dan keluarga Kuryana untuk dimintai bantuan, saksi sekaligus terdakwa ini pun

menyangkal. "Apa Anda tak tersinggung dengan permintaan mereka, sementara Anda sendiri seorang polisi?" tanya hakim lagi.

Reserse yang sudah memiliki rumah pribadi ini terdiam. Baru setelah ditanya ang kali, ia menjawab dengan suara pelan, "Saya tak berpikir sampai sejauh itu."

Kasus pembunuhan terhadap anak dng sendiri, menurut hakim Sudarmadji amat langka.

"Hampir tak bisa dipercaya. Terlebih anak itu, anak lelaki satu-satunya."

Ketika hakim mengatakan hal itu, Kuryana, sang ayah hanya menatap hakim seolah ingin minta pengertian hakim atas derita yang dialaminya.

Sidang yang selalu dihadiri banyak peminat ini akan dilanjutkan Sabtu (14/5) untuk mendengar kesaksian dari 16 orang saksi.

Baca Juga: Bak Dokter Bedah, Tikus Ini Tetap Hidup Setelah Makan Katak Beracun, Foto dari Jasad ‘Korban’ Jadi Buktinya

Artikel Terkait