Penulis
Intisari-Online.com -Berikut adalah kronologi penemuan 4 kg koin kuno di dalam sebuah guci di hutan Desa Ngadirejo Kabupaten Madiun.
Kumpulan koin kuno dengan total seberat 4 kg ini pertama kali ditemukan saat cangkul seorang petani menghantam sebuah guci.
Setelah diamati, ternyata guci yang tercakul oleh petani di Kabupaten Madiun itu berisi sejumlah koin kuno.
1. Ditemukan Saat Mencangkul Tanah
Seorang petani bernama Sumiran tak sengaja menemukan ratusan uang koin kuno saat mencangkul tanah di wilayah KPH Madiun, tepatnya di petak 116, masuk wilayah Desa Ngadirejo Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun, Rabu (6/11/2019).
Temuan ini kemudian dilaporkannya ke desa setempat.
Kapolsek Wonoasri, AKP Muslich Bawani, saat dikonfirmasi, Jumat (8/11/2019) membenarkan. "Betul, telah ditemukan ratusan uang koin kuno di lahan perhutani, di Desa Ngadirejo seorang petani, kemarin Rabu sore," kata Muslich.
Muslich menuturkan, awalnya Sumiran sedang mencangkul lahan. Tiba-tiba, cangkulnya mengenai benda keras.
2. Cangkul Menancap Pada Guci yang Berisikan Kumpulan Koin Kuno
Setelah dilihat, ternyata dia tak sengaja mencangkul benda semacam guci. Kemudian, setelah diangkat ternyata di dalamnya terdapat ratusan benda yang diduga uang koin.
"Jumlahnya sangat banyak. Kemarin ditimbang ada sekitar 4 kg," kata dia.
3. Sudah Dilaporkan Pihak Terkait
Dia mengatakan, penemuan ratusan koin ini telah dilaporkan ke Pemkab Madiun maupun Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan, Mojokerto.
"Untuk selanjutnya akan dilakukan penelitian terhadap koin-koin ini. Saat ini, uang koin kuno ini disimpan petani yang menemukannya," ujarnya.
Muslich menambahkan, temuan koin kuno di lahan perhutani di Desa Ngadirejo, bukanlah yang pertama kali. Beberapa bulan yang lalu, seorang petani juga menemukan uang koin yang jumlahnya ratusan.
"Oleh petani yang menemukan dijual ke penjual rongsok dengan harga Rp 80.000," imbuhnya.
Dinding Era Majapahit Sepanjang 200 Meter yang Terkubur Material Gunung Kelud
Satu lagi struktur besar dari masa purbakala terungkap di Mojokerto, Jawa Timur.
Lokasi persisnya di Dusun Bendo, Desa Kumitir Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto.
Arkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, Wicaksono Dwi Nugroho, mengatakan, selama proses ekskavasi, ditemukan lapisan pengubur situs yang identik dengan material letusan gunung yang terbawa lahar dingin atau benda lainnya yang terseret banjir bandang.
Material tersebut berupa tanah liat, pasir, kerikil serta bongkahan batu andesit. Material pengubur situs berada pada lapisan atas pada bagian situs yang kini sedang digali.
"Saat ini kami fokus pada penggalian lapisan atas. Lapisan atas ini kami sebut sebagai lapisan banjir atau lapisan bencana, materialnya berupa lempung (tanah liat), pasir, kerikil dan bongkahan (batu) andesit." kata Wicaksono kepada Kompas.com, di lokasi, Senin (28/10/2019).
Lapisan material yang mengubur bangunan era kerajaan Majapahit tersebut kemungkinan dibawa oleh banjir bandang atau karena letusan Gunung Kelud di tapal batas Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang.
Berdasarkan pengukuran menggunakan Google Maps, jika ditarik garis lurus dari kawah Gunung Kelud ke area sawah di Dusun Bendo, terentang jarak sejauh 42 Km.
Sedangkan jarak lurus dari Dusun Bendo ke Candi Tikus hanya 1 Km, dari Dusun Bendo ke Gapura Bajang Ratu sekitar 1,4 Km, dan dari Dusun Bendo ke Kolam Segaran sekitar 3 Km.
Itu berarti, wilayah Dusun Bendo sekarang masih termasuk kawasan yang diduga dulu bagian dari ibu kota Majapahit.
Wicaksono Dwi Nugroho menjelaskan, sejak Senin (21/10/2019) lalu, pihaknya melaksanakan ekskavasi situs purbakala berupa bata kuno yang membentuk struktur talud atau dinding penahan tanah.
Ekskavasi penyelamatan situs tersebut dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, melalui Direktorat PCBM bekerjasama dengan BPCB Jawa Timur.
Baca Juga: Mau Keramas? Coba Masukkan Garam ke Sampo Anda dan Rasakan Tiga Manfaat Langsungnya Ini
Kepala BPCB Jawa Timur, Andi Muhammad Said menjelaskan, berdasarkan penampakan sementara hasil ekskavasi, bangunan kuno yang ditemukan merupakan talud atau dinding penahan kawasan.
"Kemungkinan sementara, ini merupakan talud. Kemungkinan lainnya, ini adalah Mandapa. Tapi untuk kepastiannya, kita masih perlu melakukan penelitian lagi," katanya.
Ditambahkan, berdasarkan hasil ekskavasi sementara, struktur bata yang ditemukan membentang dari arah utara ke selatan. Saat ini struktur yang berhasil dibongkar sepanjang 50 meter.
Struktur bangunan kuno itu memiliki lebar 140 sentimeter dengan ketinggian struktur 80 sentimeter. Struktur tersebut tersusun dari 14 lapis bata yang identik sebagai peninggalan Majapahit.
Adapun ukuran bata, memiliki panjang panjang 32 sentimeter, lebar 22 sentimeter, serta memiliki ketebalan 6 sentimeter. Bata tersebut dibuat dengan teknik bata gosok.
Dari struktur yang berhasil dibuka, tampak pilar-pilar pada dinding di sisi timur. Adapun jarak antar pilar, yakni 5,5 meter.
"Untuk struktur ini kami perkirakan panjangnya 200 meter, kemungkinan besar memiliki kaitan dengan struktur lain yang ditemukan sebelumnya, tak jauh dari sini," kata Said saat ditemui Kompas.com di lokasi ekskavasi.
Sebelumnya diberitakan, Direktorat PCBM bekerjasama dengan BPCB Jawa Timur melaksanakan ekskavasi penyelamatan di Situs Kumitir, Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, sejak Senin (21/10/2019). Situs itu ditemukan warga pembuat bata merah pada 19 Juni 2019 lalu.
Awalnya, struktur bata kuno yang ditemukan warga memiliki panjang 21 meter dengan arah orientasi utara-selatan. Struktur tersebut memiliki tinggi 70 sentimeter yang tersusun dari 12 lapis bata.
Artikel ini telah tayang di suryamalang.com dengan judul Kronologi Penemuan 4 Kg Koin Kuno di Dalam Guci Oleh Petani di Hutan Desa Ngadirejo Kabupaten Madiun