Find Us On Social Media :

Tradisi Pelat Bibir Suku Mursi Afrika, Ketika para Wanita Meregangkan Bibirnya untuk Kecantikan dan Kepentingan Sosial

By Nieko Octavi Septiana, Minggu, 13 Oktober 2019 | 13:30 WIB

Tradisi lip-plate (pelat bibir) suku Mursi Afrika

Potongan bibir yang terbuka itu akan disumbat oleh sumbat kayu sampai luka sembuh, yang dapat memakan waktu sekitar 3 bulan.

Diyakini seberapa jauh si wanita akan meregangkan bibirnya diputuskan oleh wanita itu sendiri.

Jika menginginkan peregangan lebih besar maka akan dimasukkan sumbat yang semakin besar selama beberapa bulan.

Beberapa perempuan bertahan sampai bibir mereka dapat memiliki pelat dengan dengan diameter 12 sentimeter atau lebih.

Dalam literatur promosi industri pariwisata, lip-plate disajikan sebagai bukti keberadaan 'suku' yang esensial, yang relatif 'tidak tersentuh' oleh dunia modern.

Baca Juga: Perjuangan Hidup Bayi Ja'bari, Lahir Tanpa Kulit dengan Berat 1,12 kg hingga Berhasil Tertutup Kulit Sepenuhnya dan Beratnya Jadi 6,7 kg

Namun ironisnya, kebutuhan Mursi yang semakin besar akan uang tunai, karena ekonomi mereka menjadi semakin tergantung pada pertukaran pasar, mendorong mereka untuk memenuhi permintaan wisatawan akan foto.

Setiap wanita mengharapkan dibayar 2 Birr Ethiopia (sekitar (Rp 1.000) untuk setiap foto yang diambil darinya, meskipun ia biasanya harus puas dengan 2 Birr untuk setiap seri foto yang diambil oleh seorang turis.

Uang itu dihabiskan di pasar dataran tinggi untuk barang-barang seperti biji-bijian, garam, kulit kambing untuk rok, dan minuman beralkohol, yang digunakan untuk menyediakan keramahtamahan bagi pihak-pihak yang bekerja di pertanian.

Sejarah Pelat Bibir

Baca Juga: Pamer Kehidupan Super Mewah, Pria Ini Berakhir Diciduk Polisi Lantaran Sumber Kekayaanya dari Uang Haram