Kisah Soeharto Ngambek kepada Habibie, Saat Sakit pun Habibie Tetap Tak Diperkenankan Menjenguk

Tatik Ariyani

Penulis

Mensekab malam itu langsung bicara ke Pak Habibie intinya 'Bapak tidak perlu bertemu dengan Presiden malam ini.'

Intisari-Online.com - Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya di Istana Merdeka, Jakarta, pada 21 Mei 1998.

Pada saat itu juga Soeharto digantikan oleh wakilnya, BJ Habibie, yang langsung disumpah sebagai presiden.

Namun kejadian bersejarah itu tak hanya membekas bagi bangsa Indonesia, begitu juga bagi kehidupan pribadi Habibie.

Hari itu sekaligus menjadi hari terakhir pertemuan kedua tokoh negara tersebut.

Baca Juga: Inilah Muhammad Pasha Nur Fauzan, Cucu BJ Habibie yang Juga Tekuni Bidang Dirgantara

Diketahui sebelumnya bahwa Soeharto tidak begitu saja menyerahkan jabatannya kepada Habibie.

Sejumlah pertimbangan dimiliki Soeharto setelah bertemu sejumlah orang pada 20 Mei 1998 malam. Namun, Soeharto tidak bertemu Habibie.

Dalam buku Memoar Romantika Probosutedjo: Saya dan Mas Harto yang ditulis adik Soeharto, Probosutedjo, Habibie memang sempat menelepon kediaman Soeharto di Jalan Cendana, Jakarta.

Ketika itu, Habibie menyatakan ingin bertemu.

Baca Juga: BJ Habibie Dimakamkan di TMP Kalibata: Ternyata Pelawak Ratmi B-29 Juga Dimakamkan di TMP Kalibata, Ini Alasannya

Namun, Menteri Sekretaris Negara Saadilah Mursjid yang menerima telepon Habibie menyatakan bahwa Presiden memang enggan ditemui siapa pun.

Habibie sendiri bermaksud bertemu Soeharto setelah sejumlah menteri berkumpul di rumahnya dan bermaksud mundur dari jabatannya.

Hal ini dikisahkan mantan ketua Mahkamah Konstitusi, Jimly Asshiddiqie yang ada di kediaman Habibie.

"Malamnya saya mendampingi Pak Habibie menerima para menteri yang mengundurkan diri yang dipimpin oleh Menko Pak Ginandjar Kartasasmita," ujar Jimly saat membuka acara Refleksi 20 Tahun Reformasi, Jakarta, pada 21 Mei 2018, sebagaimana dilansir dari Kompas.com.

Baca Juga: Pria 52 Tahun Mengeluh Sakit Perut yang Sangat Mencekam, Dokter Temukan Tumor yang Sangat Besar dan Merasa 'Senang'

Setelah para menteri datang dan menyatakan pengunduran diri, Habibie langsung menyuruh ajudannya menelpon ajudan Presiden Soeharto.

Malam itu juga, Habibie meminta waktu untuk bertemu Pak Harto.

Namun, ungkap Jimly, telepon itu diserahkan ajudan Pak Harto kepada Menteri Sekretaris Kabinet Saadillah Mursjid.

"Mensekab malam itu langsung bicara ke Pak Habibie intinya 'Bapak tidak perlu bertemu dengan Presiden malam ini. Besok Presiden akan mundur dari jabatan Presiden'," kata Jimly.

Baca Juga: Viral Kotoran Sapi Ditemukan dalam Masakan Sebuah Rumah Makan Padang, Cacing-cacing Mengerikan Ini 'Mengintai' Mereka yang Menyantapnya

Habibie menghormati keputusan dari Soeharto dan bersedia menerima jabatan itu.

'Penolakan' Soeharto Terhadap Habibie

Dalam wawancara di sebuah televisi sebagaimana dilansir Tribunnews.com, Habibie menceritakan 'penolakan' Soeharto terhadap dirinya itu.

"Saya penghabisan bicara dengan Pak Harto dilakukan pada bulan Juni, saat ulang tahunnya."

"Saya menjadi presiden tanggal 20 Mei 1998, Pak Harto ulang tahun tanggal 9 Juni," katanya.

Habibie mengenang kisah percakapan melalui telepon yang semua katanya masih dia ingat.

"Saya minta Menhankam Pangab, Pak Wiranto untuk menghubungkan saya dengan Pak Harto, tanggal 9 Juni."

Baca Juga: Cek HP Anda Sekarang! Jika Terdapat Aplikasi Seperti dalam Daftar Ini, Segera Hapus! Virus Joker Serang Android dan Targetkan Pengguna Indonesia

"Saya melalui telepon, saya sampaikan, Pak Harto, saya butuh masukan, Pak Harto lengser, saya mau tahu, data-data yang detail."

"Kalau Anda gubernur digantikan orang lain, ada timbang terima, walau upacara tidak dibacakan, tapi ada bahan-bahannya," katanya.

Habibie menyatakan, dirinya adalah seorang manusia, sehingga dia berharap, tidak diperlakukan seperti itu oleh Soeharto, yang memutus hubungan.

Justru, kata Habibie, Soeharto tegas menjawabnya agar tidak ada hubungan atau pertemuan antara Habibie dan Soeharto.

Habibie bertanya, mengapa demikian? "Merugikan kita," kata Soeharto tegas.

Menurut penafsiran Habibie, merugikan kita itu bukan merugikan Soeharto dan Habibie secara pribadi.

Baca Juga: Mau Bibit Tanaman Gratis dari Kementrian Lingkungan Hidup? Silakan Ambil di Sini Tapi Jangan Dijual Lagi!

"Bukan merugikan Pak Harto dan Habibie, kita ini kita bangsa Indonesia karena saya kenal Pak Harto," katanya.

Terkait dengan apa ruginya jika dua pemimpin itu bertemu dan menghapus banyak spekulasi yang berkembang.

"Ruginya karena diadu domba, dia kan orang yang sangat bijaksana dan tahu lapangan, lebih tahu dari Habibie," ungkap Habibie.

Menolak Dijenguk Meski Sakit

Kemudian salah satu langkah yang dilakukan Habibie selaku presiden yakni mengusut Soeharto terkait tindak korupsi, kolusi, dan nepotisme dalam pemerintahannya terdahulu.

Suatu kali Soeharto dimintai keterangan oleh Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta setelah sejumlah saksi diperiksa, namun dirinya kemudian terkena serangan stroke dan dirawat di RS Pertamina.

Baca Juga: Lucinta Luna Ngaku Keguguran Usai Salto dan Guling-guling di Padang Pasir: Catat, Ini 11 Penyebab Ibu Hamil Bisa Alami Keguguran

Dalam sakitnya itu, Habibie ingin menjenguk, namun tidak diperbolehkan oleh Tim Dokter Kepresidenan.

“Menurut mereka ada dua kemungkinan jika saya menjenguknya, yaitu Pak Harto senang atau marah, dan keduanya akan mengakibatkan gejolak emosi yang dapat meningkatkan pendarahan otak yang berakibat fatal,” kata Habibie.

Setelah menerima laporan dari Kejaksaan Agung dan Tim Dokter Kepresidenan, Habibie mengajukan agar kasus Soeharto dideponir (ditutup dan tidak dapat dibuka lagi).

Baca Juga: BJ Habibie Dikenal Sebagai Pribadi yang Jarang Sakit Hingga Usia Senja Rupanya Ini Rahasianya

Artikel Terkait