Cerita Bu Tien saat Ada Anak Perempuan Ngaku-ngaku Sebagai Anak Soeharto Karena G30S/PKI, Misinya Bak Agen Rahasia Tingkat Tinggi

Ade S

Penulis

Soeharto yang kala itu menjabat sebagai Pangkostrad dengan advis dari beberapa perwira tinggi TNI agar memegang kendali AD sementara waktu.

Intiasri-Online.com -Beberapa kali catatan kelabu pernah mewarnai negeri ini.

'Palu Arit' menjadi salah satu sejarah kelam yang tak akan dilupakan bangsa Indonesia.

Hingga dua kali Partai Komunis Indonesia (PKI) mengkhianati bangsa ini.

Madiun 1948 dan malam kelabu 30 September 1965 menjadi bukti memang PKI tak akan pernah membawa ketentraman di negeri ini.

Baca Juga: Wayang Golek: dari Pesanan Cinderamata Presiden Soekarno Hingga Bom Bali yang Bikin Penjualan Menyusut

Mengutip buku Siti Hartinah Soeharto Ibu Utama Indonesia, PKI sebelum dilarang di Indonesia secara gamblang selalu mengambil sikap bertentangan dengan angkatan darat.

Maka ketika G30S/PKI terjadi, perwira-perwira tinggi TNI AD menjadi sasaran pembunuhan.

Bahkan jenderal kesayangan Soekarno, Ahmad Yani turut dibunuh sehingga mengakibatkan kekosongan di tampuk pimpinan tertinggi angkatan darat.

Soeharto yang kala itu menjabat sebagai Pangkostrad dengan advis dari beberapa perwira tinggi TNI agar memegang kendali AD sementara waktu.

Baca Juga: Termasuk Saat Tandatangani Eksekusi Mati Sahabatnya, Ini 4 Momen Pilu Saat Soekarno Meneteskan Air Mata

Entah disadari atau tidak, Soeharto kemudian 'masuk' menjadi sasaran pembunuhan G30S/PKI karena jabatan yang baru saja ia emban.

Akibatnya, istri Soeharto, Ibu Tien menjadi tak tenang hatinya mengetahui sang suami rawan dibunuh karena tugasnya sebagai pimpinan tertinggi sementara AD.

Dirinya semakin was-was saat Soeharto tak mengabarinya ketika dirinya berada di rumah sakit menunggu Tommy.

"Maka saya nekad saja untuk pulang karena saya gelisah dan tidak betah lebih lama di rumah sakit.

Baca Juga: Saling Todong Pistol, Pengawal PM Israel Jebolan Mossad Pernah Hadapi Paspampres Era Soeharto

Saya pikir, nanti kalau terjadi hal-hal yang lebih gawat anak-anak di rumah, saya di RS, nanti saya tidak bisa berbuat apa-apa." tulis Bu Tien dalam buku otobiografinya.

Karena was-was, Ibu Tien kemudian membawa Tommy pulang ke rumah diantar adik Soeharto, Probosutedjo dan ajudan yang bernama Wahyudi.

Saat itu Probosutedjo mminta izin kepada ibu Tien untuk membawa senjata api.

"Saya minta permisi pada ibu apakah boleh senjata-senjata yang ada di rumah, kita bagi pada Ibnu Hardjanto dan Ibnu Hardjojo. Ibu setuju. Saya sendiri pegang dua jenis senjata," kenang Probosutedjo.

Baca Juga: Reformasi 21 Mei 1998: Saat 14 Menteri Menolak ' Trik Menyelamatkan' Soeharto

Tiba di rumah, ibu Tien tak mendapati suaminya yang ternyata masih berada di markas Kostrad.

Soeharto juga diketahui memberikan amanat kepada pengawalnya agar mengungsikan istri beserta anak-anaknya ke rumah si ajudan di Kebayoran Baru.

Ibu Tien penasaran dengan amanat suaminya ini.

Ia kemudian bertanya kepada ajudan senior Bob Sudijo yang ikut mengamankan pengungsian ibu Tien.

"Ini rahasia Bu," timpal Bob.

Baca Juga: Kisah Dibalik Foto Menyayat Hati yang Diambil oleh Seorang Ibu Tentang Anak-anaknya

Probosutedjo yang mendengar perkataan itu langsung memarahi Bob.

"Bob kamu jangan begitu. Kalau terjadi apa-apa pada Bapak yang akan menderita dan kehilangan adalah istrinya dan semua keluarga termasuk saya," ujar Probo dengan nada marah.

Bob akhirnya menceritakan semuanya kepada ibu Tien yang salah satunya Soeharto sedang sangat sibuk di markas Kostrad untuk meredakan 'gerakan petualangan' PKI.

Ketika sudah berada di rumah ajudannya, Ibu Tien tambah gelisah setelah mendapat kabar ada seorang anak perempuan yang mengaku sebagai putri Soeharto.

"Waktu saya di pengungsian, tiba berita dan diberitahukan kepada saya bahwa ada seorang anak perempuan sedang mencari ayahnya yang bernama Soeharto. Ia sedang menunggu di rumah Chaerul Saleh," tutur ibu Tien.

Baca Juga: 5 Fakta Gila Saddam Hussein, Musnahkan Peradaban dan Hancurkan Taman Legendaris Seluas 9.000 Km

Tak mau menunggu lama, ibu Tien segera berangkat ke rumah Chaerul Saleh dengan dikawal oleh ajudannya.

Benar saja sesampainya disana Ibu Tien mendapati ada seorang anak perempuan yang didampingi oleh anggota AURI.

"Saya lalu membawanya pergi. Tiba di rumah, saya interview. Dari jawaban-jawabannya sama sekali tidak cocok. Raut wajahnya saja tidak mirip sedikitpun dengan Pak Harto. Saya jadi yakin anak ini bukan anak Pak Harto," jelas Ibu Tien.

Ibu Tien masih penasaran dengan anak itu.

Diam-diam dirinya membuka koper yang dibawa si anak dan mendapati sebuah gitar serta sebungkus bubuk racun tikus.

Baca Juga: Terungkapnya Misteri Meninggalnya Tien Soeharto, dari Tertembak Peluru Anaknya Hingga Meninggal di RSPAD Gatot Soebroto

Lantas Ibu Tien meminta agar si anak beristirahat di sebuah kamar yang ia kunci dari luar.

"Setelah itu saya pergi ke Kostrad untuk menemui Pak Harto, melaporkan hal ikhwal anak perempuan itu. Bapak bilang agar dibawa ke Kostrad saja.

Keesokan harinya ketika pintu kamarnya dibuka, kamar sudah kosong. Anak itu telah menghilang. Rupanya dia melarikan diri turun melalui jendela menggunakan stagen," tutur Ibu Tien.

Ibu Tien menafsirkan, anak perempuan itu sengaja dipasang untuk melenyapkan Panglima Kostrad dengan menggunakan racun tikus yang dibawanya.

"Sejak itu saya tidak pernah bertemu lagi dengan anak itu, tidak ada pula kabar beritanya," kata Ibu Tien.(Seto Ajinugroho)

Baca Juga: Ini Kata Soekarno Soal Tongkat Komando Miliknya yang Dianggap Sakti dan Keramat

Artikel ini telah tayang di Sosok.ID dengan judulKetika Soeharto Hendak Diracun Tikus Oleh Seorang Anak Perempuan Gara-gara Pemberontakan G30S/PKI

Artikel Terkait