Penulis
Intisari-Online.com -Ada begitu banyak kebiasaan yang terdengar sepele dan umum dilakukan ternyata berbahaya bagi kesehatan.
Bahkan beberapa diantara kebiasaan umum itu memiliki konsekuensi yang serius bagi kita.
Misalnya saja kebiasaan umum untuk meretakkan leher ketika pegal.
Rasanya setelah meretakkan leher, apalagi ketika mendengar suara 'krek', kita akan merasa lega dan puas.
Baca Juga: Demi Sumbangkan Ginjal ke Adik Perempuannya, Pria Ini Turunkan Berat Badan Hingga 79 Kilogram
Tak hanya itu, setelah meretakkan leher, kebanyakan orang akan merasa pegal-pegal yang dirasa sebelumnya hilang.
Kebanyakan orang memang biasanya akan meretakkan leher ketika merasa pegal di area leher.
Bahkan mungkin Anda salah satu orang yang sering melakukannya.
Namun, ada risiko serius dari kebiasaan umum meretakkan leher tersebut.
Baca Juga: Tak Perlu Repot Ngetik di WhatsApp, Cukup Ngomong Tulisan Akan Terketik Sendiri, Begini Caranya!
Melansir Mirror, Minggu (8/9/2019), faktanya ada beberapa kasus terkait meretakkan leher dengan stroke.
Hal ini seperti yang terjadi pada Natalie Kunicki, seorang gadis asal Inggris.
Kasusnya yang menderita stroke setelah meretakkan leher menjadi perbincangan empat bulan lalu.
Suara yang kita dengar saat mertakkan leher disebabkan oleh peregangan kecil yang mengarah ke pemisahan sementara permukaan sendi dan pengembangan gelembung udara.
Baca Juga: Meski Masih Miliki 18.000 Pejuang yang Tersisa, ISIS Gunakan 2 Ekor Sapi untuk Bom Bunuh Diri
Namun, dengan melakukan ini, Anda berisiko mengalami robekan kecil (diseksi) di lapisan dalam arteri, yang mengarah ke pembentukan gumpalan darah.
Ada kemungkinan gumpalan ini akan larut dengan sendirinya.
Tetapi dalam beberapa kasus mereka dapat melakukan perjalanan dan menyebabkan penyumbatan di arteri hilir.
Pada akhirnya, ini dapat menyebabkan stroke iskemik, di mana pasokan darah ke otak terputus.
Dua arteri utama di leher (arteri vertebralis) bergabung dan membentuk arteri basilar yang memasok darah ke bagian belakang otak.
Ketika kita menekuk atau memutar leher kita, arteri ini meregang dan menjadi rentan terhadap cedera.
Selain itu, kebiasaan meretakkan leherdapat melemahkan ligamen yang menyatukan sendi di antara tulang belakang.
Ini memungkinkan untuk pergerakan leher yang lebih luas sehingga meninggalkan arteri lebih rentan terhadap cedera.
Meski begitu, ini tidak berarti bahwa stroke adalah konsekuensi umum darimeretakkanleher.
Pasalnya para chiropractor sering meretakkanleher pasien mereka sebagai bagian dari perawatan pereda nyeri.