Mereka lebih yakin dengan jawaban mereka sendiri dan tidak mudah dipengaruhi oleh jawaban orang lain.
Meski demikian, para peneliti menegaskan bahwa hasil temuan mereka bukan ingin mengatakan bahwa mengikuti mayoritas, atau dalam kasus ini ikut-ikutan membaca KKN di Desa Penari karena sedang tren, adalah hal yang buruk.
Malah, menurut pemimpin studi Michael Muthukrishna yang mendapat gelar PhD dari departemen psikologi UBC dan kini mengajar di London School of Economics, konformitas atau mengikuti mayoritas bisa jadi hal baik.
"Manusia itu konformis dan itu adalah sesuatu yang baik untuk evolusi kultural. Dengan menjadi seorang konformis, kita meniru hal-hal yang populer di dunia dan hal-hal itu biasanya baik dan berguna," ujarnya.
Sebagai contoh, mayoritas orang tidak benar-benar mengerti bagaimana kuman bisa menyebabkan penyakit, tetapi mereka tetap cuci tangan setelah buang air karena itu baik untuk kesehatan.
Muthukrishna mengatakan, seluruh dunia kita terdiri dari hal-hal yang kita lakukan karena baik untuk kita, tetapi kita tidak tahu alasannya.
"Kita tidak perlu tahu alasannya, kita hanya perlu tahu bahwa orang lain juga melakukannya," katanya. (Shierine Wangsa Wibawa)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Belum Baca KKN di Desa Penari? Mungkin Anda Punya IQ Tinggi