600 'Makhluk Tak Berdosa' Terbunuh Tahun Ini, Laut di Kepulauan Faroe Berwarna Merah Bersimbah Darah

Nieko Octavi Septiana

Penulis

Tubuh-tubuh anak paus mati dan induk mereka yang terbunuh berbaris di pantai Kepulauan Faroe setelah perburuan selama lima jam.

Intisari-Online.com - Tubuh-tubuh anak paus mati dan induk mereka yang terbunuh berbaris di pantai Kepulauan Faroe setelah perburuan selama lima jam yang mengerikan.

Perburuan itu telah membunuh 94 makhluk tak berdosa, dengan gambar-gambar menyedihkan tentang bayi mereka.

Dilansir dari The Sun, Kamis, (29/8/2019), gambar-gambar itu disebarluaskan oleh badan amal untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.

Ini adalah perburuan kesebelas tahun ini - dengan lebih dari 600 paus pilot dibantai sejauh ini pada tahun 2019.

Baca Juga: Gambar Mengerikan Anjing Seperti Kerangka Hidup Setelah Pemiliknya Alami Hal Ini

Sea Shepherd, sebuah badan amal konservasi laut nirlaba, ada di sana untuk mendokumentasikan pembantaian di pulau-pulau di antara Islandia dan Norwegia.

Perburuan ini berlangsung selama lebih dari 5 jam dengan kapal-kapal yang mengejar-ngejar paus.

Pembunuhan makhluk-makhluk itu, yang belum diidentifikasi terancam punah karena kurangnya dokumentasi, memakan waktu 12 menit.

Baca Juga: Alexander Solonik, Pembunuh Bayaran Paling ditakuti di Rusia, Konon Polisi Tak Berdaya Untuk Menangkapnya Karena Hal Ini

LEBIH DARI 600 PEMBUNUHAN SELAMA TAHUN INI

Foto-foto lain yang diambil oleh badan amal menunjukkan pembuangan sisa-sisa paus kembali ke laut.

Hal itu kemudian juga mengundang tanya mengapa hal semacam itu bisa terjadi.Seorang engguna Instagram berkata:

Baca Juga: Agar Tak Terkena Kanker Usus, Ini 8 Cara Bersihkan Usus Besar Secara Alami

"Sungguh sia-sia, mereka benar-benar mati tanpa hasil."

Paus tersebut diduga disembelih untuk diambil daging dan lemaknya dan seringkali wisatawan akan menyaksikan laut menjadi merah karena bersimbah darah.

Tradisi berabad-abad ini membantu memberi makan penduduk pulau Atlantik yang terpencil selama musim dingin dengan penduduk setempat yang mengklaim bahwa praktik itu berkelanjutan dan diatur oleh hukum.

Baca Juga: 74 Tahun Indonesia Merdeka, Tapi Warga Pedalaman Flores Belum Pernah Menikmatinya, 'Mau Teriak, Teriak Kepada Siapa ...'

Tetapi kelompok-kelompok kampanye mengatakan bahwa itu tindakan tidak manusiawi dan perburuan harus dilarang.

TRADISI KUNO

Praktik ini merupaan acara perburuan paun tahunan di Kepulauan Faroe.

Saat berburu, armada kapal kecil mendorong paus atau lumba-lumba ke teluk dangkal di mana mereka dapat dengan mudah dibunuh dengan pisau.

Baca Juga: Kisah Anak Miliarder yang Disuruh Ayahnya Jadi Orang Miskin, Hanya Dibekali Uang Rp100 Ribu

Perburuan ini adalah tradisi lama yang dipraktikkan dan elatif tidak berubah di dunia, kata Russell Fielding, seorang ahli geografi dari University of the South di Sewanee, Tennessee.

Dia telah mempelajari perburuan Pulau Faroe sejak 2005."Mereka benar-benar merasakan keterikatan budaya yang nyata dengan yang diburu.

"Namun, orang-orang Faroe dengan cepat menunjukkan bahwa perburuan itu ujungya dijadikan makanan."

Baca Juga: Pengakuan Seorang Wanita yang Terobsesi Menjadi Barbie di Dunia Nyata, 'Saya Membenci Hidung Saya Sejak Masih Remaja'

Daging dapat direbus, dipanggang sebagai steak, atau dikeringkan.

"Daging ikan paus yang dikeringkan di udara cukup umum dan dianggap sedikit lezat," kata salah seorang yang ikut berburu.

Biasanya dimakan mentah dalam irisan tipis. Di keluarganya, lemak dimakan sebagai pendamping kentang.

Baca Juga: Berlayar 8 Jam di Laut Tapi Tak Melihat Air, Pelaut Ini Saksikan Kemunculan Batuan Raksasa Selebar 20.000 Kali Lapangan Sepak Bola

Artikel Terkait